Sosok Dr Asren Nasution, MA, Kaban PPSDM & Plt Kasatpol PP Sumut: Mengasah Hati untuk Keberhasilan Tugas

Kepala Badan (Kaban) Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (PPSDM) dan Plt Kasatpol PP Sumut Dr Asren Nasution, MA. (Foto Dok: www.MartabeSumut.com)
Bagikan Berita :

SETELAH 22 tahun bertugas militer dan sekarang dipercaya menjadi pejabat Esselon II Pemprovsu bergolongan IV D, ternyata Dr Asren Nasution, MA (56), mempunyai nilai seni tinggi terhadap dunia jurnalistik. Bukan apa-apa, pada 6 Maret 2011, pria yang kini dipercaya sebagai Kepala Badan (Kaban) Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (PPSDM) dan Plt Kasatpol PP Sumut, ini pernah meluncurkan 1 buku berjudul ‘Mengasah Hati untuk Keberhasilan Tugas’. Buku setebal 64 halaman berukuran panjang 18 Cm dengan lebar 11,5 Cm itu dikeluarkan Asren di Jakarta melalui penerbit Prenada Media Group.

BACA LAGI: Menelisik Buku Asren Nasution ‘Mengasah Hati untuk Keberhasilan Tugas’

BACA LAGI: Wadir Reskrimum: Ada Tangkap Lepas Kasus Narkoba, Laporkan ke Propam Poldasu !

BACA LAGI: Sumut “Juara 1” Narkoba, Kab Tapteng Punya Perda Pengusiran Pemakai Narkoba

Menelisik sosok Asren Nasution sebenarnya telah dilakukan sejak 2011 saat dia menjabat Kadis Kominfo Sumut. Falsafah ‘sabut kelapa di tengah lautan’ merupakan pegangan eratnya dalam meniti kehidupan. Menurut Asren, sabut kelapa yang tidak pernah karam diilustrasikan sebagai cermin bijak penyesuaian diri manusia menghadapi ‘gelombang’ aktivitas terutama mengasah hati. Buat pria yang kenyang didikan ilmu agama Islam sedari kecil, ‘kegilaan’ mengoleksi beragam buku adalah bagian tidak terpisahkan dari hasrat meraih predikat guru besar alias profesor. Kendati sempat ‘diterjang’ pemberitaan media beraroma kurang sedap seputar kapasitasnya sebagai TNI aktif yang beralih status jadi PNS/ASN pasca-dilantik Plt Gubsu Gatot Pujo Nugroho, ST, pada 26 Juli 2011, toh Asren tidak menampakkan aura alergi terhadap insan Pers. Buktinya, Jurnalis www.MartabeSumut.com Budiman Pardede, S.Sos yang menghubungi Asren melalui ponsel, Sabtu (13/2/2021) sekira pukul 12.00 WIB, disuguhi respon elegan atas rencana wawancara khusus profil pribadi. Asren terdengar tertawa familiar. Tak tercium lagi aroma kaku perawakan militer yang kental melekat puluhan tahun silam. Singkat cerita, upaya mengabadikan Asren dilakukan secara kilat dengan berbincang-bincang kecil. “Apa kira-kira yang mau ditulis,” sapa Asren akrab, mengawali percakapan.

BACA LAGI: Anggota DPRDSU Fahrizal Efendi Gelar Sutan Kumala Bongsu Lenggang Alam Desak Kapoldasu Tetapkan Tsk PT SMGP

BACA LAGI: Usung “Hatiku Hatimu Bersatu Dalam Nilai & Doa”, Ketua FP-Hanura DPRDSU Rusdi Lubis Pimpin KAHMI Sumut

Buku karya Asren Nasution berjudul ‘Mengasah Hati untuk Keberhasilan Tugas’. (Foto: www.MartabeSumut.com)

Masa Kecil

Dilahirkan di Kisaran 19 Oktober 1965, Asren melalui masa kecil dalam balutan keterbatasan keadaan. Usia 1 minggu Asren diboyong orangtua ke Desa Sukamaju Kec Tanjung Tiram Kab Batubara. Sang bapak cuma buruh kasar pada salah satu perusahaan milik etnis Tionghoa di Kota Kisaran. Sementara ibunya pembuat kue, penjual pecal/rujak serta mengambil upah jahitan. Sepertinya kondisi hidup apa adanya telah menempa Asren tumbuh menjadi pribadi matang. Cepat belajar mengenal lingkungan, jeli membaca situasi dan cakap menyesuaikan diri. Sejalan dengan perputaran waktu, orangtua Asren yang memiliki keluarga diamanahi 1 kedai sepeda oleh pemilik perusahaan tempatnya bekerja untuk dikembangkan di Batubara. “Pak Aleng memberikan modal, itulah awal ayah saya mandiri,” ungkapnya.

BACA LAGI: Soal 16 Ruko Bermasalah di Bahagia Bypass, Kadis Perkim Medan Benny Iskandar Ngacir dari Kantornya

BACA LAGI: Sumut “Juara 1” Narkoba, Polda Sumut Sebut Pengungkapan Kasus & Jumlah Tsk Tinggi

Pendidikan Formal

Menyadari betul keterbatasan ekonomi orangtua, buah pernikahan Amir Hasan Nasution (Alm) dan Siti Asmah Rangkuti (Alm) itu akhirnya bersungguh-sungguh membekali diri dengan ilmu pengetahuan. Pendidikan formal SD Negeri 2 Kampung Lalang Tanjung Tiram dan Madrasah Ibtidaiyah Alwasliyah (diikuti sore hari) Labuhan Ruku Talawi/Tanjung di Tiram Batubara dirampungkan tahun 1977. Setelah itu Asren memperdalam studi ke Madrasah Mualimin yang berada di Kompleks Univa Marindal Medan hingga lulus tahun 1980. Masih pada tahun yang sama, Asren juga menggali pengetahuan ke Madrasah Alqismul Aly di Jalan Ismaliyah Medan. Tuntas jenjang pendidikan setara menengah atas, anak ke-4 dari 8 bersaudara ini mendaftar ke Fakultas Dakwah Jurusan Penyuluhan dan Penerangan IAIN Medan. Hasilnya cukup memuaskan. Asren menggondol gelar sarjana pertama secara cepat dengan nomor ijazah sarjana 001 pada tahun 1987. Merasa belum puas dengan kemampuan ilmu yang ada, dicelah-celah rutinitas dinas TNI kala itu, Asren melanjut ke jenjang magister (S2) di kampus yang sama hingga meraih Magister of Art (MA) tahun 2001. Asren tetap saja tidak berhenti. Dia sangat membenarkan pribahasa ‘capailah ilmu sampai ke negeri Cina’. Tahun 2005 Asren meneruskan studi S3 ke USU dan berhak menyandang titel Doktor (Dr) tahun 2008 dengan judul Disertasi Pengembangan Wilayah (aspek sosial ekonomi budaya) terhadap pertahanan negara di wilayah pantai Timur Sumatera Utara. “Dulu bapak dan ibu tidak punya pendidikan. Makanya saya sekolah tinggi-tinggi agar berhasil dikemudian hari,” aku pria bertinggi badan 167 Cm dengan berat 80 Kg.

BACA LAGI: Wakil Ketua KPK: Sumut Ranking 3 Korupsi, Suap & Pengadaan Barang Jasa Paling Rawan

BACA LAGI: Sumut “Juara 1” Narkoba, Kepala BNN Sumut Akui tak Mampu

PNS Kandas, jadi Militer

Berbicara mengenai karir pekerjaan, penyuka warna biru laut tersebut menginformasikan sempat kandas di tengah jalan. Cita-cita awal PNS/ASN gagal lantaran tidak adanya formasi tenaga yang dibutuhkan. Menurut Asren, setelah mengikuti wisuda sarjana pada November 1987, dirinya mendapat kabar tentang ketidaklulusan dalam penerimaan PNS/ASN. Asren terpukul namun enggan patah semangat. Gelora hati yang tidak sudi memikul atribut pengangguran menuntunnya mencoba peluang penerimaan Sekolah Perwira Wajib Militer (Sepawamil) yang kebetulan dipersiapkan untuk sarjana (S1). Asren mendaftar pada Desember 1987. Hasilnya ? Ternyata bukan isapan jempol belaka. Suratan hidup berpihak terhadap Asren. Usai mengikuti proses seleksi dengan 400-an sarjana dari berbagai disiplin ilmu, Asren dinyatakan lulus untuk tingkat wilayah (Kodam I BB). Bersama 14 calon daerah yang lolos, dia berangkat ke Bandung menjalani seleksi pusat kurun 3 minggu. Di sana, Asren berkompetisi lagi dengan 200-an calon tingkat pusat. “Semua peserta yang tersaring langsung mengikuti pendidikan dasar kemiliteran di Akmil Magelang. Saya lulus 18 Juni 1988 dengan pangkat Letnan Dua (Letda),” ucap penggemar nasi dan ikan asin tersebut. Suami dari Raudatussofa, M.Psi (55) itu memang pantas diacungi jempol. Pasalnya, selain menampilkan sinar karir melalui tugas pertama di Kodam IX Udayana Bali sebagai Perwira Remaja, keseharian Asren tetap akrab bersama dunia sipil maupun lembaga pendidikan. Lihat saja, selang 1 tahun bertugas di Kodam IX Udayana Bali, tahun 1990 Asren telah dipercaya memegang posisi strategis sebagai Kepala Penerangan Korem (Kapenrem) 162 Wirabakti Lombok Mataram Nusa Tenggara Barat (NTB). Disusul posisi sebagai Kepala Pembinaan Mental (Kabintal). Nah, disaat-saat seperti itulah Asren membagi waktu dinas kemiliteran dengan dunia sipil pada beberapa lembaga pendidikan. Tekad bulat untuk terus belajar dibuktikan melalui peran aktif mengajar ke kampus IAIN dan Universitas Muhammadiyah Mataram. “Saya cukup lama bertugas di Lombok sambil menjadi dosen perguruan tinggi negeri/swasta,” ujar Asren.

TONTON VIDIO: Sambutan Ketua KAJI Unit DPRD Sumut Budiman Pardede, S.Sos saat HUT ke-4 KAJI Unit DPRD Sumut dan Aksi Sosial Bagi Sembako Buat Yatim Piatu Panti Asuhan Al-Marhamah Medan Sunggal

Logo Komunitas Aksi Jurnalis Independen (KAJI) Unit DPRD Sumut. (Foto: www.MartabeSumut.com)

BACA LAGI: Hadiri HUT ke-4 KAJI DPRD Sumut, Zeira & Robert Dorong Bansos ke Panti Asuhan Al-Marhamah

Ikut Suslapa

Tahun 1999 Asren mengikuti Kursus Lanjutan Perwira Pertama (Suslapa). Selanjutnya mendapat jabatan baru sebagai Kepala Binarois Bintal Kodam I BB pada akhir 1999. Dua tahun jadi staf pembinaan mental Kodam I BB, Asren dimutasi ke Kodim 1303 Kampar Riau dengan jabatan Kepala Staf hingga tahun 2003. “Tahun 2004 saya pernah anggota DPRD Kab Kampar dan juru bicara Fraksi TNI/Polri. Namun tahun 2004 Fraksi TNI/Polri bubar karena tuntutan reformasi,” ucapnya. Dari Kampar Riau, sekira tahun 2005, Asren pindah tugas lagi ke Kodam I BB sebagai staf Pamen biasa selama 6 bulan. Di Kodam I BB dia mendapat jabatan sebagai Kasi Penerangan dan Mass Media Pendam I BB sampai akhir 2005. “Waktu itu Kapendamnya Pak Letkol Arm Felix Hutabarat,” terangnya. Dijelaskan Asren, tahun 2006 Pangdam I BB Liliek AS Soemaryo mempromosikan dirinya sebagai Kabintal Kodam I BB. Kiprah Asren kian tak terbendung dan semakin meroket. Tahun 2008 dia diberi jabatan strategis sebagai Kapendam I BB menggantikan Togar Panjaitan. Karir militer Asren akhirnya tamat akhir Juni 2011 setelah menempati posisi Kabintal Kostrad berpangkat Kolonel di usia 45 tahun. “Alhamdulillah, tenggat waktu pangkat Kolonel, tepat saya usai mengabdi selama 22 tahun,” cetus Asren bangga.

TONTON VIDIO: Sambutan Ketua KAJI Unit DPRD Sumut Budiman Pardede, S.Sos, saat Aksi Sosial Natal di Panti Asuhan Anak Gembira Simalingkar Medan

BACA LAGI: KAJI Unit DPRD Sumut Rayakan Natal, Salurkan Sembako & Tali Asih Buat Yatim Piatu PA Anak Gembira Simalingkar

Membaca Kemauan Pimpinan

Apa prestasi militer paling memuaskan Anda ? Pemilik hobby olahraga sepakbola ini justru melepaskan tawa kecil. Sembari terlebih dulu menerima 1 panggilan masuk di ponselnya, Asren menganggap prestasi membanggakan kerap dirasakan tatkala mampu menjabarkan perintah-perintah pimpinan. Asren menyatakan mampu memahami apa kemauan pimpinan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan banyak belajar, bertanya, menyesuaikan diri, mengasah hati serta mengandalkan filosofi sabut kelapa di tengah lautan. “Itulah falsafah hidup saya ketika bertugas dimana saja,” tegasnya. Asren menerangkan, selama berkarir di militer posisinya selalu berada dalam ring satu komando tertinggi. Artinya, imbuh pemakai sepatu Nomor 40 itu, disamping sibuk melayani komandan/pimpinan, sikap bersyukur atas rejeki pengalaman dari orang-orang besar kerap disadari secara mendalam. “Ada 8 Danrem di Lombok saya layani langsung, 7 Pangdam di Kodam I BB dan Pangkostrad Letjen TNI Pramono Edhie Wibowo selaku Kasad bintang 4 (Jenderal). Luar biasa pengalaman melayani mereka karena saya banyak belajar dan mengasah hati. Mereka adalah orang-orang hebat,” puji bapak dari M Solahuddin Nasution/alumnus Universitas Pertahanan (30), M Yasir Nasution/jebolan Akmil Magelang bertugas di Grup 3 Kopassus (28), M Faruk Nasution/proses jadi Psikolog (27), M Zakhwan Zuhdi Nasution/semester akhir Fakultas Kedokteran (24) serta Marwah Syofia boru Nasution/kelas 2 MAN (16).

BACA LAGI: RDP Sumut “Juara 1” Narkoba: Pemprovsu tak Datang, Komisi A DPRDSU Meradang

BACA LAGI: Tuntut Keadilan, Pendeta Binsar “Curhat” ke DPRDSU Kasus Ancaman Bunuh “Ngendap” 6 Tahun di Polrestabes Medan

Falsafah Sabut Kelapa

Asren terdiam sesaat. Seolah-olah menunggu respon ditanya kembali. Bagaimana pendapat Anda atas reaksi masyarakat yang sempat menolak sosok Anda/TNI di birokrasi Pemprovsu ? Asren menilai, kontroversi tersebut sangat wajar mengingat situasi politik pemerintahan masa lalu. Bagi Asren, didikan keras keluarga telah membuat mentalnya belajar mengasah hati dan bercermin dari sabut kelapa di tengah lautan. Manakala diterjang gelombang ke penjuru arah, sabut kelapa disebutnya tetap menyesuaikan bentuk tanpa karam ke dasar laut. Dalam artian, timpal Asren lagi, dinamisnya bentuk sabut kelapa saat berada di atas air kerap dihubungkan dengan prinsip-prinsip hidup yang memposisikan pekerjaan sebagai amanah, harga diri serta kehormatan. Mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Sumut itu percaya, setiap jabatan semata-mata hanya titipan kepercayaan yang wajib diemban dengan penuh tanggungjawab. Apalagi amanah merupakan bagian tidak terpisahkan dari unsur harga diri dan kehormatan seseorang. Ketika amanah dijalankan benar, Asren optimis makna profesional yang sesungguhnya akan terwujud. “Jangan mendefenisikan profesional sebatas skill (ahli) secara teknis. Melainkan harus teruji berdasarkan integritas pribadi,” ingatnya. Asren juga menegaskan, semenjak dini dirinya tidak pernah berencana jadi TNI apalagi pejabat Pemprovsu. Namun cuma bercita-cita masuk PNS/ASN saat menimba ilmu di bangku pendidikan formal. Dia memastikan, jabatan pertama selaku Kadis Kominfo Sumut (2011) dan posisi sekarang adalah suatu kejutan. Sebab tidak pernah diumbar terhadap siapapun termasuk lingkungan keluarga. Bahkan keluarganya sendiri ada yang tidak tahu-menahu atas kapasitas yang bukan tentara aktif lagi. Tak heran, perilaku ‘risih’ mengumbar itu pula yang membuat Asren berinisiatif mengumpulkan semua perlengkapan militer semasa dinas. Lalu mengunci dan menyimpannya dalam 1 peti khusus. “Sikap ini membuat anak saya yang dulunya Taruna Akmil terkejut dan sempat bertanya serius,” singkapnya terharu. Asren menduga, maraknya reaksi warga menolak TNI masuk ke birokrasi dilatarbelakangi pemikiran yang belum memahami secara utuh Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 15 tahun 2001. Dia menjelaskan, PP bertujuan mengatur prajurit TNI/Polri menjadi PNS dengan syarat pangkat minimal Letkol dan berdasarkan kebutuhan daerah. “Kok masih ada menyebut saya Kolonel Purnawirawan padahal sekarang saya tidak pakai pangkat, NRP atau sebutan Purnawirawan ? Kalo ada yang kaget wajar-wajar saja,” ucapnya. Dulu di Kab Langkat, timpal Asren lebih jauh, seorang seniornya bernama Zulkifli berpangkat Letkol dipercaya sebagai staf ahli di kantor Gubsu. “Saya PNS tidak mengatasnamakan TNI. Saya sekarang sipil murni. Gak ada hubungan/pesan-pesan atau membawa misi TNI. Kita normatif saja untuk kebangsaan, Pancasila, NKRI, Bhineka Tunggal Ika dan kesejahteraan rakyat Sumut,” yakin pria beralamat di Jalan Eka Suka Medan Johor.

BACA LAGI: Carut-Marut Seleksi Berujung SK Timsel KPID Dipending Pimpinan DPRDSU, 2 Mantan Ketua Komisi A: Jangan Tafsirkan Aturan !

BACA LAGI: Tanggapi KMDT, Ketua DPRDSU: Secara Politis Kita Dukung Peran Warga Majukan Wisata

Berhenti Prajurit TNI

Suami dari PNS/ASN Guru SMAN 12 Medan ini menambahkan, saat masuk ke jajaran birokrasi Pemprovsu, dirinya belum pensiun tapi berhenti sebagai prajurit TNI sejak 1 Juli 2011 alias beralih status sebagai PNS/ASN sesuai SK Badan Kepegawaian Negara (BKN). “Sekali lagi, posisi saya sekarang telah melahirkan semangat belajar, mengasah hati dan menyesuaikan diri seperti sabut kelapa di tengah lautan. Walau sebenarnya saya sudah terbiasa di kalangan fungsional/struktural Pemprovsu. Zamannya Pak Eddy Syofian Kaban Kominfo Sumut, saya selalu dipanggil memberi ceramah pembinaan mental untuk jajaran Kominfo Sumut,” kata pria yang menikahi putri ke-4 mantan Ketua DPW PPP Sumut HM Kasim Inas. Pada sisi lain, sejak tahun 2010, Asren menyebut Gubsu Syamsul Arifin telah berniat memproyeksikan dirinya menjadi staf khusus Pemprovsu. “Bang Syamsul Arifin melontarkan secara terbuka pada acara buka puasa bersama dengan insan Pers saat Ramadhan tahun 2010 silam,” ungkapnya. Bapak yang akrab disapa buya oleh istri dan anak-anaknya itu menceritakan, berbagai niat dan dukungan yang mengalir akhirnya dilanjutkan dengan proses konsultasi kepada Sekda Provsu RE Nainggolan dan Wagubsu Gatot Pujo Nugroho, ST. Jika secara politis Syamsul Arifin dan Gatot menyimpan permasalahan, Asren menyatakan tidak mungkin Plt Gubsu Gatot Pujo Nugroho, ST, melanjutkan apa-apa yang sedari awal diusulkan Gubsu non aktif Syamsul Arifin.

BACA LAGI: Polda Sumut Siap Laksanakan Maklumat Kapolri Tentang Larangan Kegiatan FPI

BACA LAGI: Lampu Jalan Banyak Padam, Parlaungan Simangunsong Ingatkan Pemko Medan Penuhi Hak Masyarakat

Waktu untuk Keluarga

Berbicara dengan Asren Nasution memang tidak akan ada habis-habisnya. Seolah masih terasa kurang mengingat banyaknya cerita yang ingin digali. Masih ada obsesi kedepan dan apa kiat-kiat membagi waktu dengan keluarga ? Asren menyampaikan, sejak berpangkat Letnan, aktivitas melayani pimpinan sepertinya terulang lagi saat berstatus PNS/ASN. Sementara waktu khusus untuk keluarga dipastikannya tidak pernah tertradisi selain bersifat insidentil. Biasanya, ujar Asren, dia mengajak keluarga jalan-jalan, makan mie atau duduk-duduk di kawasan umum semisal di kawasan Warkop Elisabeth. “Tak ada jadwal khusus. Kapan waktu luang, ya kami go. Keluarga selalu mengerti kok,” terang Wakil Sekretaris DPW Generasi Muda Persatuan (GMP) Sumut era 80-an ini. Sedangkan obsesi hidup kedepan dinilai Asren tidak muluk-muluk selain bersyukur pada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat yang telah diterima. Dalam pandangan kader Ikatan Pemuda Alwasliyah (IPA) Sumut itu, cita-cita PNS/ASN sedari awal semata-mata merupakan tujuan antara agar bisa terus berkiprah seraya belajar keras mewujudkan tujuan utama meraih profesor.

BACA LAGI: Konflik Kemitraan Kebun Sawit di Madina, Fahrizal Nasution: PTPN 4 Transparanlah, Bank Mandiri Buka Pencairan Rp84 M KUD Batahan

BACA LAGI: SOTK DPRDSU Berubah Sesuai Permendagri 104/2016, Inpro Diganti Fasilitasi Penganggaran & Pengawasan

Buku “Mengasah Hati untuk Keberhasilan Tugas”

Menyinggung soal buku “Mengasah Hati untuk Keberhasilan Tugas” yang pernah ditulisnya, Asren terdengar makin bersemangat. Boleh tahu, dari mana Anda dapat ide menulis buku ‘Mengasah Hati untuk Keberhasilan Tugas’ ? Asren menguraikan, buku tersebut sebenarnya disusun sebagai refleksi hati paling dalam setelah mendengar seksama kata-kata bijak mantan Pangkostrad Letjen TNI Pramono Edhie Wibowo dalam satu kesempatan di hadapan prajurit/PNS Kostrad. “Saya itu sedikit lain lho, bila melihat/mendengar hal-hal unik, menarik dan menyentuh perasaan, hati ini terus terusik ingin melakukan sesuatu,” urainya. Memang apa yang dilontarkan Letjen TNI Pramono Edhie Wibowo ? Pada hari Jumat tanggal 4 Maret 2011, kenang Asren, Letjen TNI Pramono Edhie Wibowo mengucapkan kalimat yang sangat menyentuh hati. “Andaikan kalian mau dikatakan bersih, mulailah dari hatimu. Aku tidak ingin kalian takut dengan pemimpinmu, tetapi berlaku jujurlah. Kejujuran yang berasal dari hatimu. Itulah kalimat beliau sehingga menggerakkan saya menulis buku Mengasah Hati untuk Keberhasilan Tugas,” kenang Asren mantap. Dia mengakui, tidak kurang 3.000 koleksi buku tersedia di rumahnya. Selalu dicicil dibaca selain memonitor perkembangan dunia internet.

BACA LAGI: Ribuan Orang Tolak Rizieq Shihab di Medan, Ustad Martono: Tebar Kebencian, Provokator, Ngaku-ngaku Cucu Nabi & Politisasi Agama

BACA LAGI: Sumut Tolak Orang-orang & Kelompok Penebar Kebencian Berkedok Agama

Mantan Pj Bupati Kab Pakpak Bharat ini melanjutkan, sebagai seorang Muslim, dirinya ingin mengutip sabda Rasulullah SAW yang berbunyi: “di dalam diri manusia ada segumpal daging, yang apabila baik kondisinya, maka orang itu akan baik. Tapi apabila sebaliknya, rusak, maka rusaklah individu tersebut. Gumpalan tersebut adalah qalb (hati)”. “Berkaca dari realitas kekinian hidup manusia, melalui buku Mengasah Hati untuk Keberhasilan Tugas, saya ajak masyarakat Sumut menjadi elemen penting dalam kehidupan dan kerangka peningkatan potensi diri selaku sosok khalifah di muka bumi. Adalah sangat ideal rasanya bila semua warga Sumut memiliki karakter hati atau sifat terpuji seperti loyal, jujur, berani, tegas, adil, bijaksana, tidak mementingkan diri sendiri, ulet, tahan uji, peduli keadaan sekitar, simpatik, menjadi teladan/panutan, mampu mempertimbangkan/mengambil keputusan, dapat dipercaya serta memiliki integritas. Asahlah hati dengan sikap-sikap tersebut saat menjalankan tugas apapun,” imbau Asren, seraya menyatakan pernah 3 tahun berturut-turut mendapat juara koleksi buku ketika kuliah di IAIN.

BACA LAGI: Ada 5 BUMD “Disusui” Penyertaan Modal Rp. 207 M, Sekretaris Gerindra Sumut: Bubarkan yang Tidak Produktif !

BACA LAGI: 87 Ha Lahan Sport Centre Bermasalah, Zeira: Kita Tinjau, Hati-hati DPRDSU Langgar Hukum Terkait Pinjaman Rp. 5,6 T

Asren pun mengakhiri wawancara dengan mengungkapkan perasaan bangga karena diwawancarai oleh Jurnalis yang pernah 2 kali mendapat predikat juara/terbaik lomba menulis antar-wartawan saat memperingati HUT Sumut tahun 2010 era Gubsu Syamsul Arifin dan Gubsu Gatot Pujo Nugroho tahun 2011. “Saya bangga sekali ditelepon seorang Jurnalis yang saya ketahui pernah dianugerahi juara oleh Pak Gubsu Syamsul Arifin dan Pak Gubsu Gatot Pujo Nugroho. Tolong dicatat juga kalimat saya ini ya, tolong tulis kalau saya bangga pada Anda dan media Anda bertugas sekarang,” tutup Asren lugas di akhir percakapan. (Budiman Pardede/PARIWARA)

Bagikan Berita :

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here