GARIS BAWAH ini tidak bermaksud mempermalukan, bukan mencemarkan nama baik apalagi membuat tak enak perasaan Syahrul Effendi Rambe, S.Sos, selaku Camat Medan Kota. Sebab, ketika baru mengenalnya, Syahrul Effendi Rambe sudah lebih dulu mempermalukan dirinya kepada negara khususnya saya selaku warga negara dan kebetulan berprofesi sebagai jurnalismedia online www.MartabeSumut.com dan salah satu media cetak lokal terbitan Medan.
Tulisan ini bukan pula lantaran merasa sakit hati atas pelayanan murahan seorang pejabat negara bernama Syahrul Effendi Rambe kepada insan Pers. Melainkan sebagai bentuk kritik keras agar pejabat negara lain di Kota Medan, Provinsi Sumut bahkan penjuru Tanah Air tidak meniru kelakuan Syahrul Effendi Rambe yang sangat tidak kompeten, tidak beres, memalukan dan saya pastikan telah merugikan negara. Selaku warga Kecamatan Medan Kota saya malu punya Camat seperti Syahrul Effendi Rambe. Sementara sebagai jurnalis yang dipayungi UU Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers, Syahrul Effendi Rambe tidak lebih dari Camat-camatan alias camat abal-abal. Posisi yang masih dijabatnya itu sangat patut dipertanyakan karena hampir tidak terlihat kompetensi seorang abdi negara yang melayani rakyat apalagi sifat kerendahan hati. Kenapa saya sebut Syahrul Effendi Rambe memalukan dan merugikan negara ? Sekali lagi, Garis Bawah ini saya tulis dengan tanggungjawab penuh tanpa ragu sedikitpun. Tidak untuk mempermalukan dia, bukan mencemarkan nama baiknya apalagi membuat perasaan Syahrul Effendi Rambe menjadi tidak enak. Jawabannya dapat Anda temukan melalui kronologis peristiwa di bawah ini. Namun dalam tulisan berikutnya saya cuma menyebut dia Syahrul Effendi Rambe saja dan bukan Camat Medan Kota lagi. Jujur saja, arogansi sikap Syahrul Effendi Rambe saat ini menjadi fakta miris catatan sejarah Kota Medan yang teramat memprihatinkan. Merampok hak-hak publik sesuka hatinya sehingga jabatan lawak-lawak yang diemban Syahrul Effendi Rambe sekarang merupakan bencana membahayakan bagi : negara, pembangunan Kota Medan, citra Walikota Medan Dzulmi Eldin, nasib warga Kota Medan hingga semua rakyat Indonesia yang kebetulan berurusan dengannya.
Fakta Memalukan Syahrul Effendi Rambe
Fakta ketidakberesan mental dan sikap Syahrul Effendi Rambe, S.Sos terungkap saat saya berencana mengkonfirmasi realitas miris pedagang kaki lima di Jalan Gedung Arca Medan. Bukan apa-apa, sejak 1 tahun terakhir, pedagang kaki lima kian tumpah ke jalan sehingga mengganggu arus lalulintas. Sebagai warga Kec Medan Kota yang tinggal di sekitar Jalan Gedung Arca, masalah serupa pernah pula saya tanyakan langsung kepada Camat Medan Kota yang kala itu dijabat Parlindungan Nasution. Kehadiran saya malah disambut baik. Saya datang profesional untuk konfirmasi, dan Parlindungan Nasution menjawab dengan pelayanan seorang abdi negara. Bahkan hebatnya lagi, Parlindungan Nasution mampu tegas membongkar semua lapak-lapak/bangunan semi permanen milik pedagang kaki lima yang memenuhi pinggiran -pinggiran jalan/selokan. Nah, masalah klasik buruk yang berulang lagi sekarang tentu saja menuntun tugas saya untuk mengkonfirmasi Syahrul Effendi Rambe selaku PNS pangkat IV/b NIP 19690322 199003 1 001. Dan akhirnya saya bisa mulai berkomunikasi dengan Syahrul Effendi Rambe pada Kamis siang (28/4/2016). Ponsel Syahrul Effendi Rambe yang saya hubungi beberapa kali sempat tidak membuahkan hasil. Sadar karena nomor ponsel saya kemungkinan tidak dikenali, lalu 1 pesan singkat SMS konfirmasi yang sangat sopan dan beretika saya kirim kepadanya. Luar biasa ! Syahrul Effendi Rambe langsung melakukan kontak telepon balasan dalam hitungan detik. Kendati menyatakan ada OKP membekingi para pedagang kaki lima di Jalan Gedung Arca, toh Syahrul Effendi Rambe mengaku akan ke Berastagi siang itu serta mengarahkan sayadatang ke kantor Camat Medan Kota di Jalan Stadion Teladan keesokan hari, Jumat (29/4/2016). “Saya selalu ada di kantor sore hari. Datanglah besok saja ya,” katanya saat bertelepon.
Arahkan Konfirmasi ke Sekcam, Tapi Muncul Marah-marah
Pada Jumat (29/4/2016) pukul 16.00 WIB, saya sudah berada di kantor Camat Medan Kota Jalan Stadion Teladan Medan. Tapi tidak terlihat sosok Syahrul Effendi Rambe. Beberapa staf yang saya temui mengatakan Syahrul Effendi Rambe sedang berada di luar. Spontan insting jurnalis sayamengontak ponsel Syahrul Effendi Rambe dengan sangat sopan, beretika dan meminta kepastian waktu wawancara. “Saya sedang ada urusan di luar, kepada Sekcam saja konfirmasi ya,” pinta Syahrul Effendi Rambe menjawab telepon saya. Penjelasan Syahrul Effendi Rambe saya sambut positif. Seorang staf perempuan akhirnya mempertemukan saya dengan Sekcam Medan Kota Ahmad, SP. Lucunya, baru hitungan detik saya duduk bersama Ahmad di meja kantin belakang kantor Camat Medan Kota, tiba-tiba Syahrul Effendi Rambe muncul dengan wajah yang teramat tidak bersahabat. “Mana yang namanya Budiman Pardede, Anda ya,” ketus Syahrul Effendi Rambe dengan nada arogan. Mendengar suara kasar dan melihat sikap ala preman itu otomatis saya terkejuti. Sebab memang baru saat itulah saya melihat sosoknya dan baru pertama kali bertemu muka langsung. Namun arogansi sikap Syahrul Effendi Rambe tetap saya tanggapi tenang dengan kalimat sopan: “Ya pak Camat, selamat sore”. Selanjutnya, setelah duduk, tak ada angin atau topan, Syahrul Effendi Rambe tiba-tiba marah-marah berbicara. Menampilkan emosi, nada tinggi, kalimat tidak nyambung, menyerang pribadi dan mencerminkan mental bukan seorang pelayan rakyat melainkan preman. “Semalam di telepon Anda banding-bandingkan saya dengan Camat lama (Parlindungan Nasution). Saya tersinggung. Seolah-olah saya tidak berbuat,” ucapnya emosional. Ketika saya jelaskan bahwa fakta yang disampaikan tentang kebijakan Camat lama melakukan pembongkaran lapak pedagang di Jalan Gedung Arca bukan bermaksud membandingkan, gaya Syahrul Effendi Rambe bak anak SD tak diberi permen kian menjadi-jadi. “Tunjukkan sama saya dimana ada PKL (pedagang kaki lima-Red) bisa ditertibkan, tak ada yang bisa ditertibkan. Kami sudah capek dan habis-habisan menertibkan mereka,” cetusnya tanpa malu, tetap dengan intonasi tidak wajar. Saya masih terdiam mengamati serius wajah marahnya. Fikiran saya pun sempat nyentrik di benak. Membayangkan dia menyerang tiba-tiba bahkan melakukan kekerasan fisik. Maka sebagai orang yang pernah belajar ilmu bela diri selama 4 tahun, saya pun menguatkan benak saya untuk tidak gentar sedikitpun mendengar kemarahannya kecuali tersenyum geli. Sebab saya sangat yakin, dengan perawakan Syahrul Effendi Rambe yang lebih kecil dari saya, maka 3 orang seperti Syahrul Effendi Rambe pun saya bayangkan dapat saya lumpuhkan demi membela diri. Tapi lamunan konflik fisik itu segera buyar. Beberapa kalimat nada tinggi yang saya sampaikan kepada Syahrul Effendi Rambe tetap disahutinya secara kasar seperti perilaku perempuan cerewet yang tak mau kalah bicara. “Bapak pejabat negara, kok marah-marah ? Saya datang mau konfirmasi selaku warga dan jurnalis, apa hak bapak marah-marah ? Tadi bapak sudah mengarahkan saya konfirmasi kepada Sekcam, lalu kenapa bapak tiba-tiba muncul marah-marah ? Rugi sekali negara dan Kota Medan ini memiliki Camat seperti bapak, bagaimana pula bila rakyat kecil yang mengadu kepada bapak ? Bapak kan dibayar negara melayani rakyat,” begitu kira-kira balasan kalimat saya.
Perilaku Buruk Camat Medan Kota Disaksikan Beberapa Lurah
Ironisnya lagi, Syahrul Effendi Rambe bukannya sadar. Beberapa menit kemudian, cara bicara ala preman Syahrul Effendi Rambe kembali mengalir deras sekira 5 menit dan disaksikan sejak awal oleh Sekcam Medan Kota Ahmad, SP, beberapa lurah di wilayah Medan Kota, staf kecamatan serta petugas kantin. Mereka mencoba menenangkan keadaan tapi terkesan takut karena besar kemungkinan sudah kenal watak arogan Syahrul Effendi Rambe. Ketika saya ingatkan bahwa yang dibutuhkan cuma konfirmasi dan bukan jawaban tidak nyambung, emosi, marah dan bernada tinggi, sikap Syahrul Effendi Rambe malah menyerang pribadi saya. “Aku kenal banyak wartawan ya. Anda kan gak kenal aku. Seolah-olah Anda anggap aku tidak berbuat. Jangan banding-bandingkan aku dengan Camat lama. Saya tersinggung. Dia ini juga wartawan ya,” serangnya bertubi-tubi bak perempuan, seraya menunjuk 1 pria yang dianugerahinya profesi wartawan sesukanya. Geli merasakan mental Camat Medan Kota yang tidak beres tersebut, sekira pukul 16.45 WIB saya akhirnya permisi pamit kepada Sekcam Medan Kota Ahmad, sambil menyampaikan pesan kepada Syahrul Effendi Rambe bahwa dia adalah aparat yang dibayar negara dari uang rakyat untuk melayani masyarakat dan bukan untuk marah-marah, arogan, emosi, bicara tidak nyambung apalagi bergaya preman.
Kalau Bersih Kenapa Risih ?
Ketua LSM Komite Integritas Anak Bangsa (KIRAB) Sumut Hamdan Simbolon, SH, saat saya konfirmasi menyesalkan perilaku Syahrul Effendi Rambe, S.Sos yang dianggapnya aneh, ganjil, melanggar etika jabatan serta melecehkan UU No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP). Bila dia merasa pejabat bersih selama ini, kata Hamdan, kenapa harus risih atau menunjukkan sikap marah-marah. “Kalau pun dia selaku Camat dibanding-bandingkan secara proporsional tugas dengan camat sebelumnya, apakah itu salah ? Dan apa pula hak dia marah-marah,” sesal Hamdan Simbolon, Jumat malam (29/4/2016). Pada sisi lain, Hamdan menilai Syahrul Effendi Rambe selaku Camat terindikasi melanggar etika jabatan karena awalnya memberi wewenang kepada Sekcam untuk menjawab konfirmasi wartawan namun justru muncul marah-marah mengambil alih. Bagi Ketua Dewan Koordinasi Cabang (DKC) Garda Bangsa Kota Medan tersebut, perbuatan Syahrul Effendi Rambe terbukti melanggar UU No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. “Jabatan itu amanah. Baru jadi Camat sudah arogan. Bagaimana masa depan Kota Medan ini bila dipimpin Camat bermental murahan ? Jawab saja wajar konfirmasi wartawan supaya informasi publik tersalur. Layani rakyat dengan wajar. Sudahlah tidak menjawab, malah marah-marah. Mungkin banyak yang tidak beres dalam kepemimpinannya sekarang, termasuk ketidakmampuan menertibkan pedagang kaki lima di Jalan gedung Arca lantaran dia kita duga dapat “angpaw” enak bulanan,” sindir Hamdan blak-blakan, sembari meminta Walikota Medan Dzulmi Eldin mengevaluasi posisi Syahrul Effendi Rambe dan bila perlu mencopotnya.
Wakil Rakyat Minta Walikota Medan Copot Syahrul Effendi Rambe
Sedangkan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara (DPRDSU) Sutrisno Pangaribuan, ST, meminta Walikota Medan Dzulmi Eldin mengevaluasi sekaligus mencopot Syahrul Effendi Rambe, S.Sos dari jabatan camat. “Kenapa marah-marah saat dikonfirmasi wartawan terkait tugas-tugasnya ? Rugi besarlah rakyat dan negara ini membayarnya setiap bulan,” yakin Sutrisno, Senin siang (2/5/2016). Politisi PDIP itu percaya, setelah membaca berita www.MartabeSumut.com beberapa hari lalu, maka apa yang dilakukan Syahrul Effendi Rambe, S.Sos adalah cermin sikap memalukan dari seorang pejabat negara yang belum siap memegang jabatan Camat. “Copot dia, tegas saya katakan dan minta kepada Walikota Medan Bapak Dzulmi Eldin. Masak dikonfirmasi wartawan marah-marah. Jawab saja wajar, selesai kan ? Hargai dong tugas wartawan dan junjung UU Keterbukaan Informasi Publik. Patut diduga ada yang tidak beres dikerjakan Camat itu,” tegas Sutrisno Pangaribuan.
Anggota Komisi C DPRDSU ini melanjutkan, Syahrul Effendi Rambe, S.Sos harusnya diajari lagi bagaimana melayani publik. Bila melayani wartawan saja Syahrul Effendi Rambe, S.Sos sudah arogan, Sutrisno pun menyatakan akan celakalah rakyat kecil saat mengadukan kesulitan hidup kepadanya. “Bahasanya Camat ya melayani dan mengayomi. Bukan arogan apalagi marah-marah. Apa haknya marah-marah saat disampaikan fakta kinerja Camat yang lama ? Bagaimana pula kalau rakyat kecil yang datang ? Bisa-bisa diperlakukan dia seenaknya,” sesal Sutrisno dengan nada tinggi. Itulah sebabnya, imbuh Sutrisno lebih jauh, kelakuan buruk yang ditunjukkan Syahrul Effendi Rambe, S.Sos patut mendapat perhatian serius Walikota Medan. “Sekali lagi saya katakan, copot Camat Medan Kota itu. Tak pantas dia jadi abdi negara untuk melayani rakyat. Tak jamannya lagi merasa diktator karena kebetulan memegang jabatan,” simpul Sutrisno. Perlu diketahui, semasa Camat Medan Kota dipegang Parlindungan Nasution, sebelum sekarang dijabat Syahrul Effendi Rambe, ada tindakan tegas penertiban dilakukan Parlindungan Nasution bersama Satpol PP semisal pembongkaran lapak-lapak pedagang kaki lima di Jalan Gedung Arca Medan bahkan Jalan Juanda.
BUKA & BACA KOMENTAR BANYAK PIHAK SOAL TIDAK KOMPETENNYA SYAHRUL EFFENDI RAMBE SEBAGAI CAMAT MEDAN KOTA. KLIK ATAU SEARCH LINK BEBERAPA BERITA TERKAIT SYAHRUL EFFENDI RAMBE: