
www.MartabeSumut.com, Medan
Dulu pendiri Negara berkorban jiwa, raga dan harta untuk memerdekakan Indonesia dari tangan penjajah. Di usia 76 tahun kemerdekaan, sangat pantas Indonesia memetik hasil “tanaman” para pejuang termasuk pembangunan yang dilaksanakan selama ini. Hasil yang dipetik seyogianya bukan bibit perpecahan melainkan stabilitas integrasi (keutuhan). Oleh sebab itu, seluruh elemen wajib menghentikan konflik-konflik internal kebangsaan. Sedangkan generasi penerus merawat terus integrasi sebagai produk bangsa (kebanggaan) untuk “dijual” kepada dunia internasional.
BACA LAGI: Dengar Pidato Presiden Peringati HUT ke-76 RI, 36 Anggota DPRDSU Hadir Secara Pisik
BACA LAGI: Semarak HUT ke-76 RI, 15.259 Napi di Sumut Bakal Dapat Remisi
BACA LAGI: Ada Ruko Diduga Lokasi Judi Samkwan di Deli Serdang, Ketua FN-DPRDSU Sentil Kapolres & Kapoldasu
BACA LAGI: Ketua FP-Hanura DPRDSU: Seimbangkah Kontribusi Sumut ke Pusat Dibanding DAU/DAK ke Sumut ?
Filosofi berpikir tersebut dilontarkan Ketua FP-Hanura Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara (DPRDSU) H Rusdi Lubis, SH, MMA, menyahuti peringatan HUT Kemerdekaan ke-76 Indonesia 17 Agustus 2021. Ditemui www.MartabeSumut.com di gedung Dewan Jalan Imam Bonjol Medan, Senin siang (16/8/2021), Rusdi mengatakan, konflik-konflik internal bangsa yang belakangan kerap mencuat meliputi: masalah keadilan, perdamaian, keutuhan-ciptaan, penegakan hukum, kemiskinan, korupsi, Narkoba, paham radikal, terorisme, bibit perpecahan rakyat hingga potensi disintegrasi. Dia menilai, berbagai konflik mengakibatkan “buah” kemerdekaan yang dipetik mengkhawatirkan sebagian besar anak bangsa dan tidak laku “dijual” (bukan kebanggaan) terhadap dunia luar.
Jangan Kita jadi Penjajah
Menurut Rusdi, disela-sela konflik internal bangsa berlangsung, kini seluruh umat manusia menghadapi pula ironi berperang melawan pandemi Covid-19. Suatu musibah kemanusiaan yang diistilahkannya memerlukan kebersamaan menyelesaikan dan tidak malah gontok-gontokan sesama elemen bangsa. Rusdi beralasan, lebih baik menyelesaikan masalah daripada membuat masalah baru. “Jangan justru kita jadi penjajah buat diri, keluarga, lingkungan atau bangsa sendiri. Lakukan yang terbaik sesuai tugas/fungsi masing-masing. Mohon dicatat ya, menyalahgunakan Narkoba aja kita sudah ikut menambah konflik internal bangsa dan tergolong penjajah buat Indonesia. Apalagi melakukan kegiatan pelanggaran hukum yang merupakan musuh Negara,” terang Rusdi blak-blakan.
BACA LAGI: Gubsu Akui Sumut “Juara” 2 Terkorup Indonesia, Partogi Sirait Singgung WTP & Sindir Playing Victim !
Rawat Legacy Pendiri Negara
Anggota Komisi A DPRDSU bidang hukum/pemerintahan ini menegaskan, beragam konflik internal kebangsaan yang muncul nyata menuntun komponen bangsa lupa merawat bahkan abai memupuk legacy (warisan perjuangan) pendiri Negara. Sementara Tanah Air (Indonesia) yang subur dititipkan pahlawan kemerdekaan untuk dijaga dan dilindungi. “Kok kita membuatnya gembur ? Kok kita biarkan konflik-konflik kebangsaan memicu Indonesia mundur ? Kita lalai “memupuk Tanah Air” dengan paham integralistik. Padahal sampai sekarang “azimat” Pancasila serta Bhineka Tunggal Ika sangat sakti mempersatukan kemajemukan NKRI. Bagaimana mungkin memetik hasil pembangunan (keutuhan/kesejahteraan bangsa) jika kelak kita tercerai-berai ? Tentu para pendiri Negara menangis,” sesal Rusdi pelan.
BACA LAGI: Walikota Medan Siapkan 2 Tempat Isoman Terpadu, Fahrizal Nasution Yakin Bobby Penuhi Harapan Rakyat
BACA LAGI: PPP Sumut Kutuk Pembunuhan Ketua MUI Labura, Sekretaris FN DPRDSU: Beri Hukuman Setimpal !
Butuh Penguatan Komitmen Bersama
Apa yang mendesak dilakukan kedepan ? Rusdi terharu sejenak. Sembari merenung dengan tatapan menerawang, legislator asal Dapil Sumut 10 Kota Pematang Siantar dan Kab Simalungun itu menyatakan urgensitas penguatan komitmen bersama memupus konflik internal. Apapun ceritanya, lanjut mantan Direksi PTPN 4 ini, setiap konflik internal bangsa berimplikasi pada krisis. Baik krisis ekonomi, politik, hukum, sosial, budaya, moral, mental, kebangsaan, stabilitas, keamanan hingga keutuhan. Kendati anak bangsa punya banyak selera pemikiran, toh Rusdi memastikan harus tetap berada dalam koridor mensejahterakan rakyat dan menjaga keutuhan bingkai NKRI.
BACA LAGI: Alami Kecelakaan Kerja, Rizal Asmara Tuntut Tanggungjawab PT Multi Adverindo
Rusdi pun tidak mengingkari setiap konflik internal kebangsaan merupakan dinamika yang wajar. Namun dia mengingatkan, konflik bisa berdampak buruk secara luas kalau tidak dikendalikan. “Logikanya nih, Provinsi Sumut masuk predikat daerah “juara” korupsi dan Narkoba. Bukan mustahil Indonesia menghadapi bencana lost generation (kehilangan generasi) tatkala korupsi dan Narkoba “diaminkan” sebagai pembusukan budaya bangsa ? Indonesia juga diambang perpecahan bila paham radikal/gerakan terorisme merongrong dasar Negara Pancasila. Belum lagi ketika jeritan menuntut keadilan, perdamaian, keutuhan-ciptaan, pelayanan publik, penegakan hukum bahkan jurang kemiskinan dibiarkan terus menganga cukup dalam,” sindir politisi yang pernah menjabat asisten dosen dan aktivis LBH.
BACA LAGI: LBH Rajawali Indonesia Dukung BIN Sumut Fasilitasi Vaksinasi Warga Door to Door
Satukan Hati, Bangun Nilai-nilai
Konkretnya apa saran Anda ? Kini Rusdi tampak bersemangat. Bagi Ketua Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Provinsi Sumut periode 2021-2026 tersebut, ada 3 jalan menyelesaikan konflik internal kebangsaan. Diantaranya, pertama, semangat merefleksi (merenung). Kemauan merefleksi bertujuan melihat ke belakang semua legacy luhur pendiri bangsa, mengamati kondisi kekinian yang dimiliki/dihadapi dan membayangkan masa depan andaikan Indonesia kehilangan Tanah Air. Kedua, melahirkan penyadaran diri/kelompok untuk menghargai pengorbanan jiwa raga pahlawan, pejuang dan pendiri Negara. Ketiga, merajut konsensus pemikiran/sikap menghindari jerat-jerat konflik internal kebangsaan. Rusdi percaya, momentum HUT ke-76 Indonesia dapat menyatukan hati untuk membangun nilai-nilai sakral. Tidak lagi sebatas mengedepankan ego sektoral kepentingan pribadi/kelompok, tapi lebih dari itu mengutamakan manfaat jangka panjang dari nilai-nilai kemanusiaan serta kebangsaan.
BACA LAGI: PPKM Darurat Harus Berhasil Dibanding PSBB, Ketua Komisi B DPRDSU: Subsidi Usaha Kecil..!

VIDIO: HUT ke-4 KAJI Unit DPRD Sumut Bersama Anak Yatim Piatu Panti Asuhan Al-Marhamah Medan Sunggal
BACA LAGI: Hadiri HUT ke-4 KAJI DPRD Sumut, Zeira & Robert Dorong Bansos ke Panti Asuhan Al-Marhamah
BACA LAGI: Sosialisasi Bahaya Narkoba KAJI Unit DPRD Sumut: 6 Narasumber Ingatkan 1.500 Siswa SMAN 5 Waspada
BACA LAGI: Rayakan Natal di LP Tanjung Gusta Medan, KAJI Unit DPRD Sumut Beri Narapidana 100 Paket Natal
BACA LAGI: HUT ke-1, KAJI Unit DPRD Sumut Berbagi Kasih dengan Lansia di Panti Jompo Harapan Jaya Marelan
BACA LAGI: Aksi Sosial KAJI Unit DPRD Sumut Jelang Idul Fitri 1438 H itu Bikin 106 Anak Yatim Tersenyum
BACA LAGI: Korban Jiwa Gempa Lombok 387 Orang, KAJI Unit DPRD Sumut Salurkan Bantuan Rp. 650 Ribu
Generasi Rawat Integrasi Bangsa
Lalu, ada pesan buat penerus Indonesia ? Terhadap generasi muda, Rusdi meletakkan harapan besar memfilter segala konflik internal. Kemudian merawat kepluralan NKRI, menolak perbuatan melanggar hukum dan melawan segala bentuk aktivitas berorientasi disintegrasi bangsa. Rusdi meyakini, moral force dan intelectual force generasi muda yang dipupuk semenjak dini akan kokoh menjaga potret keutuhan Indonesia dimasa datang. “Insya Allah, saat konflik internal bangsa tersingsing, niscaya nama Indonesia disegani negara asing. Kita tidak menjadi penjajah di Negara sendiri akibat perilaku-perilaku yang tanpa disadari telah merusak diri, keluarga, lingkungan dan bangsa. Hatiku, hatimu bersatu dalam nilai dan doa demi kemanusiaan/kebangsaan. Dirgahayu Indonesia,” tutup Rusdi Lubis mantap. (MS/BUD)