Tahun 2020 ada Rp. 1 M Pugar Situs Mejan, Anggota DPRDSU Franc Bernhard Tumanggor Apresiasi Pemkab Pakpak Bharat

Bagikan Berita :

www.MartabeSumut.com, Medan

Kabar gembira datang dari anggota Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara (DPRDSU) Franc Bernhard Tumanggor (foto). Bukan apa-apa, kondisi situs purbakala Mejan yang terlantar di Kab Pakpak Bharat dan sempat “diributkannya”, kini bakal dipugar. Pemkab Pakpak Bharat telah mengalokasikan dana dalam APBD tahun 2020 sebesar Rp. 1 Miliar. Franc pun mengapresiasi rencana Bupati Pakpak Bharat Asren Nasution tersebut.

 

Baca juga: Antisipasi Pihak Ketiga Tebar Isu SARA, DPRDSU Imbau Polisi Selidiki & Cari Pelaku Pembuang Bangkai Babi ke Sungai

Ditemui www.MartabeSumut.com di gedung Dewan Jalan Imam Bonjol Medan, belum lama ini, Franc mengatakan, pemugaran situs Mejan telah masuk prioritas anggaran Pemkab Pakpak Bharat untuk tahun 2020. “Pemugaran situs bersejarah patung Mejan akan dilakukan Pemkab Pakpak Bharat. Ada 10 situs yang bakal dipugar dengan anggaran Rp. 1.000.000.000. Terimakasih Pak Bupati Pakpak Bharat,” ucap Franc. Tatkala pemugaran dilakukan nanti, dia mengingatkan Pemkab Pakpak Bharat agar memberikan kepercayaan kepada para ahli yang benar-benar paham seni ukir dan patung. “Jangan sampai salah apalagi menghilangkan bentuk orisinilnya,” harap Franc.

 

Baca juga: DPRDSU Geram, Minta Bupati & Kapolres Labura Tindak Oknum Aparat/Pejabat Kec Kualuh Leidong yang Terlibat Praktik Pungli Sopir Rp.50-100 Ribu

Seperti diberitakan www.MartabeSumut.com sebelumnya, kawasan situs purbakala Mejan (patung) yang tersebar di Kab Pakpak Bharat merupakan salah satu peninggalan leluhur yang kurang mendapat perhatian dari Pemprovsu, Pemkab Pakpak Bharat dan Badan Otorita Danau Toba (BODT). Padahal, areal heritage (warisan) Mejan memiliki nilai sejarah tinggi untuk memikat wisatawan. Anggota DPRDSU Franc Bernhard Tumanggor kepada www.MartabeSumut.com, Jumat siang (1/11/2019) di gedung Dewan Jalan Imam Bonjol Medan, menilai, ironis sekali bila heritage bersejarah seperti kawasan Mejan tidak dikelola maksimal oleh Pemprovsu, Pemkab Pakpak Bharat dan BODT. Dia menjelaskan, Mejan yang ada di Kab Pakpak Bharat berbentuk patung, jumlahnya belasan dan tersebar pada beberapa kecamatan. Patung-patung itu disebut Franc berwujud manusia, gajah dan kuda. Biasanya, ucap Franc, kalau patung manusia bentuknya menunggang gajah, maka sang leluhur diyakini sosok seorang raja. Sedangkan patung manusia yang menunggang kuda dipercaya sebagai figur panglima raja. “Upaya pelestarian dan perlindungan patung-patung (Mejan) tidak dilakukan pemerintah apalagi masyarakat. Ketidakpedulian ini yang kita sayangkan. Sehingga situs purbakala Mejan banyak yang rusak, hilang, terlantar bahkan terabaikan,” sesal pria kelahiran Prancis ini.
Pelestarian Mejan Belum Tampak 
Politisi Partai Golkar itu melanjutkan, hingga kini belum tampak semangat pemerintah untuk melestarikan Mejan sebagai peninggalan sejarah Pakpak dan bukti identitas kearifan lokal. Akibatnya, generasi muda Pakpak kerap tidak mengerti sejarah dan fungsi Mejan sebagai legacy (warisan) seni/budaya mahakarya nenek moyang suku Pakpak dimasa lalu. Termasuk menjadi lambang kebesaran leluhur suku Pakpak selaku pewaris marga-marga masyarakat Pakpak yang saat ini populasinya diperkirakan tersisa 500 ribu saja. Artinya, ungkap Franc lagi, pada zaman dahulu Mejan dijadikan lambang kemasyhuran/kebesaran seorang raja atau pemimpin komunitas masyarakat sebagai benteng pertahanan, simbol kepahlawanan bahkan tanda hak ulayat atas tanah seorang raja. Selain itu, Mejan disebut-sebut berfungsi sebagai objek penyembahan terhadap roh-roh leluhur/nenek moyang yang dianggap bersemayam di dalam Mejan. “Itu kan dulu sebelum kita kenal agama. Toh sekarang Mejan harus diakui sebagai benda/artefak peninggalan sejarah purbakala dan legacy seni/budaya leluhur nenek moyang suku Pakpak,” ujarnya. Menurut Franc, situs Mejan menunjukkan fakta tak terbantahkan bahwa nenek moyang Pakpak telah mengenal dan mahir seni pahatan. Pemerintah diimbaunya serius melestarikan serta mendorong partisipasi masyarakat untuk memahami heritage Mejan. Sehingga kelak generasi muda Pakpak dan rakyat Indonesia bisa semakin mengenali sejarah nenek moyang. “Makanya Mejan wajib direstorasi oleh para ahli. Bila saya tak salah, sesuai penelitian tahun 2014, etnis Pakpak di dunia tinggal 500 ribu,” singkap Franc, sembari menambahkan, dulunya orang India datang, berlabuh ke Barus, sampai ke Pakpak hingga beberapa wilayah di penjuru Sumut.
Pemerintah Daerah Belum Bersinergi 
Franc memastikan, sejauh ini pihak Pemprovsu, Pemkab Pakpak Bharat dan BODT belum terlihat bersinergi melestarikan situs purbakala Mejan yang bernilai seni budaya tinggi. “Saya rasa tak ada komunikasi Pemkab, Pemprovsu dan BODT. Ada belasan Mejan (patung) di sana. Dibuat oleh leluhur marga Solin, marga Berutu dan sebagainya. Banyak Mejan marga-marga Pakpak namun tidak muncul edukasi pemerintah terhadap warga lokal dalam memberi pemahaman, perlindungan serta pelestarian,” sindirnya, seraya mengimbau para pemangku kepentingan turun ke Pakpak Bharat meninjau lokasi situs Mejan.
Bangun Sekolah Pariwisata di Dairi 
Pada sisi lain, Franc menghubungkan potensi situs purbakala Mejan di Kab Pakpak Bharat dengan realitas view (pemandangan) luar biasa garis pantai di Kec Silahi Sabungan Kab Dairi. Saking menakjubkan, wakil rakyat membidangi perekonomian ini percaya, ketika kawasan garis pantai Silahi Sabungan dikelola secara proporsional, niscaya jadi incaran turis mancanegara. Begitu pula Taman Wisata Iman dan Taman Firdaus di Kab Dairi yang mulai minim sentuhan penataan. Bagi Wakil Bendahara DPD Partai Golkar Sumut itu, beragam potensi wisata Pakpak Bharat dan Dairi berkorelasi erat terhadap akselerasi pengembangan destinasi Danau Toba kedepan. Syaratnya disebut Franc dengan membangun sekolah pariwisata yang berkedudukan di Kab Dairi. Jujur saja, simpul Franc lebih jauh, rakyat Indonesia masih kurang attitude dalam hal pengembangan wisata. Buktinya terlihat jelas dari kondisi situs purbakala Mejan yang terabaikan bertahun-tahun. Kini, kawasan Taman Wisata Iman dan Taman Firdaus di Kab Dairi juga terancam redup kalau tidak dibenahi. Tapi bila sekolah pariwisata didirikan, Franc yakin warga lokal 7 kabupaten sekitar Danau Toba bakal mendapat pendidikan khusus menata potensi wisata masing-masing. “Out put sekolah pariwisata akan proaktif memajukan Danau Toba. Saya harap pemerintah membangun sekolah pariwisata di Kab Dairi supaya menjadi pusat edukasi wisata Sumut,” tutup Legislator asal Dapil Sumut XI Kab Tanah Karo, Kab Dairi dan Kab Pakpak Bharat tersebut. (MS/BUD)
Bagikan Berita :

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here