www.MartabeSumut.com, Medan
Kawasan situs purbakala Mejan (patung) yang tersebar di Kab Pakpak Bharat merupakan salah satu peninggalan leluhur yang kurang mendapat perhatian dari Pemprovsu, Pemkab Pakpak Bharat dan Badan Otorita Danau Toba (BODT). Padahal, areal heritage (warisan) Mejan memiliki nilai sejarah tinggi untuk memikat wisatawan. Sementara garis pantai di Kec Silahi Sabungan Kab Dairi, adalah salah satu pemandangan yang tergolong sangat menakjubkan. Itulah sebabnya, semenjak dini, sudah saatnya dibangun sekolah pariwisata di Kab Dairi agar bisa mengeksplor potensi wisata ke-2 kabupaten sebagai penarik turis datang ke Provinsi Sumut khususnya Danau Toba.
Baca juga: Kuburan Muslim di Siantar Penuh Terisi, Ketua FP-Hanura DPRDSU Minta Pemko Cari Solusi
Usulan tersebut dilontarkan anggota Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara (DPRDSU) Franc Bernhard Tumanggor kepada www.MartabeSumut.com, Jumat siang (1/11/2019) di gedung Dewan Jalan Imam Bonjol Medan. Franc menilai, ironis sekali bila heritage bersejarah seperti kawasan Mejan tidak dikelola maksimal oleh Pemprovsu, Pemkab Pakpak Bharat dan BODT. Dia menjelaskan, Mejan yang ada di Kab Pakpak Bharat berbentuk patung. Berjumlah belasan dan tersebar pada beberapa kecamatan. Patung-patung itu disebutnya berwujud manusia, gajah dan kuda. Biasanya, ucap Franc, kalau patung manusia bentuknya menunggang gajah, maka sang leluhur diyakini sosok seorang raja. Sedangkan patung manusia yang menunggang kuda dipercaya sebagai figur panglima raja. “Upaya pelestarian dan perlindungan patung-patung (Mejan) tidak dilakukan pemerintah apalagi masyarakat. Ketidakpedulian ini yang kita sayangkan. Sehingga situs purbakala Mejan banyak yang rusak, hilang bahkan terabaikan,” sesal pria kelahiran Prancis tersebut.
Baca juga: Struktur AKD DPRDSU Diumumkan, Sekretaris Komisi A Targetkan 3 Sasaran
Pelestarian Mejan Belum Tampak
Politisi Partai Golkar itu melanjutkan, hingga kini belum tampak semangat pemerintah untuk melestarikan Mejan sebagai peninggalan sejarah Pakpak dan bukti identitas kearifan lokal. Akibatnya, generasi muda Pakpak kerap tidak mengerti sejarah dan fungsi Mejan sebagai legacy (warisan) seni/budaya mahakarya nenek moyang suku Pakpak dimasa lalu. Termasuk menjadi lambang kebesaran leluhur suku Pakpak selaku pewaris marga-marga masyarakat Pakpak yang saat ini populasinya diperkirakan tersisa 500 ribu saja. Artinya, ungkap Franc lagi, pada zaman dahulu Mejan dijadikan lambang kemasyhuran/kebesaran seorang raja atau pemimpin komunitas masyarakat sebagai benteng pertahanan, simbol kepahlawanan bahkan tanda hak ulayat atas tanah seorang raja. Selain itu, Mejan disebut-sebut berfungsi sebagai objek penyembahan terhadap roh-roh leluhur/nenek moyang yang dianggap bersemayam di dalam Mejan. “Itu kan dulu sebelum kita kenal agama. Toh sekarang Mejan harus diakui sebagai benda/artefak peninggalan sejarah purbakala dan legacy seni/budaya leluhur nenek moyang suku Pakpak,” ujarnya. Menurut Franc, situs Mejan menunjukkan fakta tak terbantahkan bahwa nenek moyang Pakpak telah mengenal dan mahir seni pahatan. Pemerintah pun diimbaunya serius melestarikan serta mendorong partisipasi masyarakat untuk memahami heritage Mejan. Sehingga kelak generasi muda Pakpak dan rakyat Indonesia bisa semakin mengenali sejarah nenek moyang. “Makanya Mejan wajib direstorasi oleh para ahli. Bila saya tak salah, sesuai penelitian tahun 2014, etnis Pakpak di dunia tinggal 500 ribu,” singkap Franc, sembari menambahkan, dulunya orang India datang, berlabuh ke Barus, sampai ke Pakpak hingga beberapa wilayah di penjuru Sumut.
Baca juga: Ketua PT Ambil Sumpah 5 Pimpinan Dewan, Ketua DPRDSU Sindir Gubsu
Pemerintah Daerah Belum Bersinergi
Franc memastikan, sejauh ini pihak Pemprovsu, Pemkab Pakpak Bharat dan BODT belum terlihat bersinergi melestarikan situs purbakala Mejan yang bernilai seni budaya tinggi. “Saya rasa tak ada komunikasi Pemkab, Pemprovsu dan BODT. Ada belasan Mejan (patung) di sana. Dibuat oleh leluhur marga Solin, marga Berutu dan sebagainya. Banyak Mejan marga-marga Pakpak namun tidak muncul edukasi pemerintah terhadap warga lokal dalam memberi pemahaman, perlindungan serta pelestarian,” sindirnya, seraya mengimbau para pemangku kepentingan turun ke Pakpak Bharat meninjau lokasi situs Mejan.
Baca juga: 100 Anggota DPRDSU 2019-2024 Dilantik, 37 Legislator 2014-2019 Hadir
Bangun Sekolah Pariwisata di Dairi
Pada sisi lain, Franc menghubungkan potensi situs purbakala Mejan di Kab Pakpak Bharat dengan realitas view (pemandangan) luar biasa garis pantai di Kec Silahi Sabungan Kab Dairi. Saking menakjubkan, wakil rakyat membidangi perekonomian ini percaya, ketika kawasan garis pantai Silahi Sabungan dikelola secara proporsional, niscaya jadi incaran turis mancanegara. Begitu pula Taman Wisata Iman dan Taman Firdaus di Kab Dairi yang mulai minim sentuhan penataan. Bagi Wakil Bendahara DPD Partai Golkar Sumut itu, beragam potensi wisata Pakpak Bharat dan Dairi berkorelasi erat terhadap akselerasi pengembangan destinasi Danau Toba kedepan. Syaratnya disebut Franc dengan membangun sekolah pariwisata yang berkedudukan di Kab Dairi. Jujur saja, simpul Franc lebih jauh, rakyat Indonesia masih kurang attitude dalam hal pengembangan wisata. Buktinya terlihat jelas dari kondisi situs purbakala Mejan yang terabaikan bertahun-tahun. Kini, kawasan Taman Wisata Iman dan Taman Firdaus di Kab Dairi juga terancam redup kalau tidak dibenahi. Tapi bila sekolah pariwisata didirikan, Franc yakin warga lokal 7 kabupaten sekitar Danau Toba bakal mendapat pendidikan khusus menata potensi wisata masing-masing. “Out put sekolah pariwisata akan proaktif memajukan Danau Toba. Saya harap pemerintah membangun sekolah pariwisata di Kab Dairi supaya menjadi pusat edukasi wisata Sumut,” tutup Legislator asal Dapil Sumut XI Kab Tanah Karo, Kab Dairi dan Kab Pakpak Bharat tersebut. (MS/BUD)