www.MartabeSumut.com, Medan
Saat merebut kemerdekaan dari tangan penjajah, para pahlawan bangsa mengorbankan jiwa raga untuk mempertahankan Indonesia. Seluruh pahlawan bersatu tanpa mengenal konflik Suku, Agama dan Ras (SARA). Itulah sebabnya, usia NKRI yang sudah 75 tahun patut dipandang sebagai momentum sakral penghormatan jasa-jasa pahlawan. Selanjutnya menjaga keutuhan negara serta merajut kebersamaan dalam bingkai kemajemukan anak bangsa.
BACA LAGI: Partogi Sirait Geram, Sebut Drive-Thru Top Up E-Toll di Pintu Keluar Tol Tebing Tinggi Amburadul
BACA LAGI: DPRDSU “Buang” 2 Legislator, Partogi Sirait: 5 Pimpinan Dewan Gagap Benahi Internal
Harapan tersebut dilontarkan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara (DPRDSU) Franky Partogi Wijaya Sirait, BSc, menyahuti peringatan Hari Pahlawan tahun 2020. Dihubungi www.MartabeSumut.com via ponselnya, Selasa siang (10/11/2020), Partogi mengatakan, semua elemen bangsa khususnya generasi penerus perlu merenung sesaat sembari melihat realitas kekinian perjalanan negara. Berbagai dinamika seputar merebaknya paham radikal destruktif, ancaman konflik SARA hingga ketidak-siapan atas kemajuan teknologi/informasi tanpa batas, disebutnya tantangan besar yang harus dijawab bersama melalui semangat mempertahankan keutuhan NKRI.
Legacy Pahlawan
Politisi PDIP ini menilai, kurun 75 tahun Indonesia merdeka, founding father (pahlawan/pendiri negara) sudah meletakkan legacy (warisan) luar biasa bernama Pancasila. Artinya, terang Partogi lagi, kebinekaan Indonesia nyata bisa bertahan sampai sekarang karena kekuatan Pancasila. Partogi pun mengutip kalimat Presiden Amerika Serikat ke-44 Barrack Obama yang berbunyi: “Unity in diversity. This is the foundation of Indonesia’s. That spirit of tolerance written into constitution. This is why Indonesia became example to the world and will play such important part in the 21st century”. (Bhineka Tunggal Ika. Dasar negara Indonesia. Semangat toleransi yang tertulis dalam konstitusi. Sehingga Indonesia menjadi contoh negara plural yang dapat bersatu dan akan berperan penting pada abad ke-21). “Itu perkataan Barrack Obama, loh. Bayangkan, pemimpin negara adi daya saja mengakui kesaktian Pancasila. Apalagi kita ? Jangan sampai kita mau dipecah belah paham radikal atau konflik SARA. Mari pertahankan legacy para pahlawan kita,” imbau Partogi diplomatis.
BACA LAGI: Soal Cakada Bobby Nasution & Aulia Rachman, Ketua FP-NasDem DPRDSU: Jangan Terlibat Money Politics
Hormati Pengorbanan Pahlawan
Maka dari itu, semenjak dini, wakil rakyat asal Dapil Sumut 10 Kab Simalungun dan Kota Pematang Siantar tersebut menyerukan berbagai pihak menghormati pengorbanan pahlawan serta tidak membuat kegaduhan. Terhadap generasi muda, Partogi berharap lahir semangat meneladani jasa-jasa pahlawan melalui metode belajar sejarah bangsa. Kemudian meneruskan cita-cita pahlawan dengan mengaktualisasikan peran-peran bermanfaat sesuai aktivitas yang digeluti. “Jangan mau dipengaruhi kegiatan-kegiatan merusak mental, moral apalagi memecah belah kepluralan warga negara. Paham radikal destruktif dan hasutan konflik SARA urgen kita waspadai. Termasuk aktivitas menghalalkan segala cara bertamengkan agama (politik identitas),” yakin Partogi.
BACA LAGI: Raker dengan Biro Perekonomian Pemprovsu, DPRDSU Sesalkan Layanan Debit Kartu ATM Bank Sumut Invalid
Seluruh Elemen Bersatu
Lalu, bagaimana cara generasi penerus menyikapi paham radikal destruktif, hasutan konflik SARA, berita hoax, ujaran kebencian bahkan ajakan permusuhan yang marak disebarkan melalu Medsos ? Partogi terdengar menarik nafas sesaat. Bagi anggota Komisi A DPRDSU bidang hukum/pemerintahan tersebut, secara Nasional iklim politik Indonesia sudah cukup kondusif. Namun berbagai pengaruh bersifat instabilitas masih tergolong masif. Intinya, simpul Partogi lebih jauh, seluruh elemen bangsa dan generasi muda harus bersatu melindungi stabilitas keamanan dan keutuhan NKRI. Jangan gara-gara kemajuan teknologi/informasi, generasi penerus justru ikut terlibat merongrong Indonesia. “Ayo rawat kepluralan anak bangsa. Dulu pahlawan tak kenal SARA tatkala merebut kemerdekaan. Lawan paham radikal dengan semangat integral. Jauhi berita hoax, ujaran kebencian, pengaruh permusuhan, hasutan konflik SARA serta ajakan memecah belah. Jika itu dilakukan, niscaya kita telah ikut melindungi legacy para pendiri Indonesia. Selamat Hari Pahlawan,” tutup Franky Partogi Wijaya Sirait. (MS/BUD)