www.MartabeSumut.com, Medan
Keluarga Besar Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara (DPRDSU) berduka. Anggota DPRDSU Budieli Laia, SPd, meninggal dunia di RS Royal Prima Medan, Senin (21/9/2020) pukul 06.00 WIB. Kolega Almarhum di DPRDSU menyebut, politisi PDIP asal Dapil Sumut 8 Kepulauan Nias itu meninggal akibat Stroke Hemorrhagic (pendarahan otak) atau pecah pembuluh darah.
BACA LAGI: Kadishut “Bermain” dengan Perambah Hutan, DPRDSU Ingatkan Ancaman Pasal 421 KUHPidana & UU 31/1999
Pantauan www.MartabeSumut.com saat Sidang Paripurna DPRDSU beragenda Pemandangan Umum anggota Dewan atas nama Fraksi terhadap Ranperda tentang Perubahan APBD Sumut 2020, Senin siang (21/9/2020) di gedung Dewan Jalan Imam Bonjol Medan, pimpinan DPRDSU mengucapkan belasungkawa, mengajak hening cipta bersama sekaligus mengumumkan jadwal acara pelepasan jenazah Budieli Laia pada Selasa (22/9/2020) pukul 09.00 WIB di aula depan ruang Sidang Paripurna DPRDSU. Disela-sela Paripurna berlangsung, www.MartabeSumut.com mengkonfirmasi secara terpisah anggota Komisi B DPRDSU H Fahrizal Efendi Nasution, SH, anggota Komisi D DPRDSU H Darwin Marpaung, SAg, MAP, anggota Komisi E DPRDSU dr Poaradda Nababan, SpB dan anggota Komisi C DPRDSU dr Tuahman F Purba. Keempat legislator pun menyatakan perasaan duka mendalam atas kepergian Budieli Laia.
BACA LAGI: Banyak UMKM & Koperasi Collapse, Politisi Partai Hanura Imbau Gubsu Copot Plt Kadiskop Sumut
BACA LAGI: DPRDSU “Buang” 2 Legislator, Partogi Sirait: 5 Pimpinan Dewan Gagap Benahi Internal
Ada Riwayat Hipertensi
Dokter Poaradda Nababan, misalnya. Politisi PDIP ini mengungkapkan, Almarhum dan dirinya sama-sama bertugas di Komisi E DPRDSU membidangi Kesra. Menurut Poaradda, jauh-jauh hari Almarhum pernah menceritakan riwayat penyakit hipertensi yang diderita. “Kita sangat berduka. Kader terbaik PDIP yang juga anggota DPRDSU telah mendahului kita. Dulu Almarhum mengatakan pada saya memiliki hipertensi,” ucap dr Poaradda lesu. Sedangkan Darwin Marpaung menjelaskan, peristiwa meninggalnya Budieli Laia bermula saat acara Rapat Kerja (Raker) DPRDSU di Hotel Labersa Balige Kab Toba, Rabu-Sabtu (16-19/9/2020). Pada Kamis (17/9/2020) sekira pukul 20.00 WIB, seusai makan malam, ungkap Darwin, Almarhum bermain catur dengan salah satu anggota DPRDSU. “Tiba-tiba Almarhum memegang kepala dan meronta kesakitan,” kata Darwin. Politisi PPP ini melanjutkan, melihat situasi tak terduga tersebut, Almarhum langsung dibawa ke RSUD Balige. “DPRDSU berduka. Semoga diterima di sisiNya,” ujar Darwin pelan. Hal senada disampaikan Fahrizal Efendi Nasution. Bagi politisi Partai Hanura itu, kepergian Budieli Laia telah menorehkan duka mendalam terhadap institusi DPRDSU. “Kami turut berdukacita. Mudah-mudahan Tuhan memberikan ketabahan dan penghiburan terhadap keluarga yang ditinggalkan. Semoga dosa-dosa Almarhum diampuni, amin,” cetus Fahrizal sedih.
BACA LAGI: Ditanya Soal 2 Anggota F-PKS DPRDSU Tanpa AKD, Ketua DPRDSU Sebut SK Mendagri
BACA LAGI: RIP Jakob Oetama: Sehat Pemberitaan, Hentikan jadi Wartawan Kalau Bekerja Tanpa Pikiran !
Ini Penjelasan Dokter Tuahman Purba
Sementara itu, dr Tuahman F Purba membenarkan bahwa Almarhum menderita sakit tatkala sedang bermain catur. “Saya ditelepon staf. Saya diberitahu kalo Almarhum tiba-tiba sakit keras. Saya langsung datang ke tempat mereka main catur,” tegasnya. Setiba di lokasi, Politisi Partai NasDem ini melihat Almarhum sudah duduk di kursi roda namun masih bisa merespon. Dokter Tuahman langsung membaringkan Almarhum pada salah satu sofa hotel. Kemudian memberikan obat anti jantung bernama Isosorbide Dinitrate (ISDN). “Kan saya periksa, denyut jantung Almarhum cepat sekali. Awalnya saya pikir jantung dan stroke. Buka mulut masih bisa. Makanya saya kasih obat ISDN,” terang dr Tuahman. Setelah memberikan obat ISDN, dr Tuahman memeriksa denyut jantung Almarhum mulai stabil dan tidak cepat lagi. Selanjutnya dia memutuskan membawa Almarhum ke RSUD Balige agar bisa ditangani lebih serius. “Saya ikut ke RSUD Balige. Di sana saya kenalkan diri sebagai dokter anestesi. Tensinya di rumah sakit 240/tak terhingga. Dikasih lagi obat, turun tensinya 175/120. Tapi posisi alat ukur tensi di kakinya. Sebab tangan Almarhum tak terkendali atau lasak saat infus terpasang. Almarhum sempat muntah dan kejang-kejang,” urainya, sembari menambahkan, selang beberapa menit berada di RSUD Balige, pasien Budieli Laia (Almarhum) diserahterimakan ke dokter.
BACA LAGI: Cakada Medan Akhyar Nasution Merasa Ponselnya Dibajak, DPRDSU Sarankan Lapor Polisi
Ditransfer ke Medan
Nah, kendati sudah serah-terima pasien, dr Tuahman merasa tak puas. Dia mempertanyakan pada dokter RSUD Balige apakah pasien perlu ditransfer ke Medan atau tidak. Sebab dr Tuahman mengamati RSUD Balige memiliki keterbatasan alat CT Scan bahkan tidak ada dokter bedah saraf. “Makanya pada pukul 11 malam, Kamis (17/9/2020), saya berinisiatif menghubungi seorang rekan dokter bedah saraf di Medan. Dokter itu menyarankan pasien dibawa ke RS Royal Prima Medan. Selama pasien ditransfer ke Medan, ada 2 perawat di dalam ambulance ikut mendampingi,” kenang dr Tuahman. Lalu, apa penyakit Almarhum sesuai diagnosa dokter di RS Royal Prima ? Menurut dr Tuahman, pada Jumat (18/9/2020) pukul 05.00 WIB, pasien (Almarhum Budieli Laia) sampai di RSU Royal Prima Medan dan pukul 06.30 WIB menjalani operasi. Dokter Tuahman pun mengaku melakukan kontak telepon dari Balige untuk bertanya pada dokter yang mengoperasi. “Kata dokter itu, selama operasi (durante) pasien stabil. Tapi selesai operasi, pasien dimasukkan ruang Intensive Care Unit (ICU). Dokter menyatakan Almarhum menderita Stroke Hemorrhagic (pendarahan otak). Pecah pembuluh darahnya. Sejak dibawa ke ruang ICU dan dinyatakan meninggal pada Senin (21/9/2020) pukul 06.00 WIB, kesadaran Almarhum Budieli Laia tidak kunjung pulih,” tutup dr Tuahman haru. Untuk diketahui, Almarhum Budieli Laia dilahirkan di Balohili Gomo Kepulauan Nias, 5 Januari 1967. Meninggalkan istri Yuliani Zebua dan 4 orang anak. (MS/BUD)