www.MartabeSumut.com, Medan
Setelah pada Senin 23 Desember 2019 www.MartabeSumut.com memberitakan fakta miris 96 siswa SMAN 2 Maniamele di Desa Ndraso Kec Maniamele Kab Nias Selatan (Nisel) belajar di ruang kelas darurat mirip kandang ternak, publik mulai bertanya-tanya kesungguhan visi Sumut Bermartabat yang dicetuskan Gubsu Edy Rahmayadi dan Wagubsu Musa Rajekshah pasca-dilantik Presiden Jokowi di Jakarta 5 September 2018. Bukan apa-apa, kini ada 5 pertanyaan meresahkan masyarakat Sumut yang menyeruak ke permukaan. Diantaranya, jika pembangunan sekolah saja sangat sulit disetujui Gubsu, Wagubsu dan Kadis Pendidikan Sumut, bagaimana jadinya kualitas pendidikan generasi penerus bangsa kedepan ? Kalau untuk meningkatkan mutu pendidikan selalu muncul alasan klasik keterbatasan uang (APBD), bukankah selama ini terlalu banyak proyek pengadaan barang/jasa yang tidak berskala prioritas primer tapi cukup mudah diputuskan karena hasrat tersembunyi untuk korupsi, pemborosan dan menghamburkan uang rakyat dari APBD Sumut ? Apakah ke-3 pejabat penting Sumut itu tidak memahami perintah konstitusi UUD 1945 Pasal 31 ayat 4 tentang anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari kantong APBN/APBD ? Lalu, kok bisa ratusan pelajar pada 7 SMAN/SMKN di Kepulauan Nias masih belajar seperti zaman batu di ruang kelas beralaskan tanah, nomaden bahkan di pondok-pondok darurat macam kandang ternak akibat tidak punya gedung sekolah ? Benarkah visi Sumut bermartabat cuma “lips service” karena pendidikan Sumut justru kembali ke zaman batu ? Kira-kira begitulah 5 suara risau, skeptis dan protes dari publik Sumut terkait realitas pilu atas keberadaan sekolah tanpa gedung tempat belajar.
Kacabdis & Kepsek Sedih
Kepala Cabang Dinas (Kacabdis) Pendidikan Teluk Dalam Kab Nisel Waosaro Hulu, SPd, MIP dan Kepsek SMAN 2 Maniamele Butir Nilam Wau, terdengar sedih saat menyampaikan penjelasan. Kendati mengucapkan terimakasih dan mengapresiasi berita yang dipublikasikan sebab dianggap sebagai bentuk kepedulian media massa dalam menggugah Dinas Pendidikan Sumut maupun Pemerintah Provinsi Sumut (Pemprovsu) agar secepatnya melakukan pembangunan sekolah, toh keduanya mengaku tak bisa berbuat banyak. Sengaja melakukan kontak telepon kepada www.MartabeSumut.com, Senin sore (23/12/2019), Waosaro Hulu dan Butir Nilam Wau menyatakan, hingga kini para pelajar di Kepulauan Nias sangat merindukan bisa belajar di gedung sekolah yang wajar atau normal saja. Menurut Waosaro Hulu, dirinya telah dihubungi oleh Kadis Pendidikan Sumut Arsyad Lubis ketika berita SMAN 2 Maniamele dipublis media massa. “Berita media tersebut langsung diteruskan Pak Kadis Pendidikan Sumut ke WhatsApp saya. Beritanya sudah saya baca, terimakasih ya Pak,” ucap Waosaro Hulu. Dia menjelaskan, SMAN 2 Maniamele berdiri tahun 2014. Sehingga bukan 12 tahun tanpa gedung melainkan 5 tahun. “Selaku Kacabdis Teluk Dalam Kab Nisel, saya perlu meluruskan data dari Sekretaris Desa Ndraso Restumart Dachi dan anggota DPRD Sumut Thomas Dachi, SH. Salah itu data mereka Pak, sekolah SMAN 2 Maniamele baru berdiri 2014,” ralatnya lagi.
Ini 5 SMAN & 2 SMKN Tanpa Gedung
Dengan suara tersendat-sendat, Waosaro Hulu mengungkapkan, saat ini memang masih ada sekolah di Kab Nisel dan Kab Nias Barat (Nisbar) yang beralaskan tanah, menumpang di gedung lain serta belajar di bangunan darurat karena tidak memiliki gedung sekolah sendiri. Dia merinci, ratusan siswa yang masih belajar dengan kondisi memprihatinkan mencakup 7 sekolah. Sebanyak 5 SMAN di Kab Nisel dan 2 SMKN di Kab Nisbar. Pertama, SMAN 2 Maniamele di Desa Ndraso Kec Maniamele Kab Nisel. Kedua, SMAN 1 Tanah Massa di Kec Tanah Massa Kepulauan Batu Kab Nisel. “Sekolah ini sudah 1 kali menamatkan siswa. Mereka menumpang di gedung salah satu SD. Siswanya sekira 200 orang,” ungkap Waosaro Hulu. Ketiga, SMAN 3 Huruna di Kec Huruna Kab Nisel. “Bangunan sekolahnya darurat beralaskan tanah,” singkapnya. Keempat, SMAN 2 Ulu Noyo Kec Ulu Noyo Kab Nisel. Sebanyak 250 siswa disebutnya belajar di pondok-pondok darurat dan menumpangi tanah warga. Kelima, SMAN 3 Lahusa Kec Lahusa Kab Nisel. Keenam, SMKN 1 Sirombu Kab Nisbar dengan jumlah siswa 30 orang. Ketujuh, SMKN 2 Ulumoroe Kec Ulumoroe Kab Nisbar yang mengasuh 150 siswa. “Itulah 7 sekolah yang belum punya gedung, Pak. Baru 1 sekolah bisa kita bangun pada tahun 2018. Yaitu SMKN 1 Ulu Noyo Kec Ulu Noyo Kab Nisel. Itu pun dibantu Kementerian pusat. Sekarang sekolah sedang dalam proses pembangunan,” terangnya.
Sering Diusulkan ke Provinsi
Waosaro Hulu melanjutkan, persoalan pembangunan gedung SMAN 2 Maniamele dan 6 sekolah lain kerap diusulkan ke provinsi. Tapi Pemprovsu menyatakan sedang mengalami keterbatasan anggaran. “Saya sudah lakukan banyak hal. Lantaran tak ada bantuan anggaran, maka kita minta warga, guru, Kepsek dan orangtua siswa agar membangun sekolah secara swadaya. Nah, jadilah kondisi bangunan darurat yang bapak sebut mirip kandang ternak itu. Begitulah hasil maksimal kami, Pak,” ucapnya pelan. Selain itu, imbuh Waosaro Hulu lebih jauh, usaha meminta bantuan ke Kementerian pusat pernah pula dicoba pada 14-15 November 2019 silam. Bahkan pada tahun 2018 Waosaro Hulu memberanikan diri menemui Direktur PLN saat ada pengerjaan proyek di Kepulauan Nias. PLN pun membantu pembangunan 2 ruang kelas milik SMAN 3 Lahusa Kec Lahusa Kab Nisel. “Pendidikan itu prioritas kita bersama. Tapi kapasitas saya juga terbatas, Pak. Saya wajib melaksanakan arahan provinsi. Pemprovsu bilang anggaran terbatas, ya saya kan harus memahami. Makanya saya juga tak sungkan minta bantuan ke Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Sumut beberapa waktu lalu,” cetusnya. Bukankah amanat UUD 1945 harus ada alokasi dana pendidikan 20 persen dari APBD/APBN ? Waosaro Hulu tidak mengingkarinya. Bagi dia, walau Pemprovsu menyatakan keterbatasan anggaran, namun cara alternatif membangun sekolah selalu diusahakan. Lalu, dari 7 sekolah tanpa bangunan itu, mana yang berpotensi akan didirikan dalam waktu dekat ? “Maaf Pak, tak ada yang pasti. Macam manalah mau saya bilang. Perlu duduk bersama mencari solusi. Sekali lagi, saya berterimakasih atas pemberitaan bapak tentang sekolah SMAN 2 Maniamele. Semoga imbasnya positif menimbulkan perhatian berbagai pihak,” tutup Waosaro Hulu, tetap bernada terbata-bata.
BACA LAGI: P3K Sumut tak Jelas, Komisi E DPRDSU Gemas, Kaiman Turnip & Arsyad Lubis pun Kenak Gasss…
BACA LAGI: AKD DPRDSU 2019, Komisi E Targetkan Penguatan Pendidikan, Kesehatan & Bereskan Konflik Tenaga Kerja
Suara Hati Kepsek SMAN 2 Maniamele
Sedangkan Kepsek SMAN 2 Maniamele, Butir Nilam Wau, membeberkan, dirinya baru menjabat sedari tahun 2016. Selama 3,5 tahun, katanya, para siswa memang menumpang di salah satu gedung SD. Kemudian pindah di tanah yang dihibahkan masyarakat. Ketika menjalani ujian kemarin, Nilam Wau membenarkan bahwa para siswa memakai bangunan darurat yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat, guru dan orangtua siswa. Dia mengatakan, para guru, orangtua dan masyarakat telah melakukan rapat bersama sehingga lahirlah keputusan memberi sumbangan sukarela Rp. 100 ribu untuk pembangunan sekolah darurat. “Sebanyak 6 ruangan kelas sudah selesai didirikan. Saya membantu secara pribadi Rp. 3 juta, Pak. Sering saya usulkan pembangunan sekolah SMAN 2 Maniamele ke provinsi. Namun kayaknya belum rezeki. Saya hanya penerima keputusan dari provinsi. Maklumlah Pak. Tadi saya ditelepon salah satu Kepala Seksi Cabdis Pendidikan Teluk Dalam. Mungkin pengaruh pemberitaan bapak tersebut,” aku Nilam Wau, seraya mengucapkan terimakasih atas dukungan media yang peduli menyoroti masalah pendidikan di Kepulauan Nias. Bekas tenaga pengajar di salah satu SMKN Teluk Dalam ini menilai, apa yang dialami siswa SMAN 2 Maniamele tergolong memilukan. Tapi Nilam Wau memastikan, semangat guru, orangtua, masyarakat bahkan siswa masih tetap tinggi walau hanya mampu membangun sekolah papan beratap rumbia. “Tahun 2018 kami dirikan bangunan darurat namun roboh. Tahun 2019 kami semangat lagi mendirikan pondok semi permanen di lokasi yang sama. Gak bisa saya bayangkan situasi ini. Kami terus berjuang sambil tetap mengusulkan pembangunan kepada Kacabdis Teluk Dalam dan Kadis Pendidikan Provinsi Sumut,” timpalnya.
BACA LAGI: Sumut Belum Bermartabat Akibat KKN, Massa Serukan Kadis Pendidikan Sumut Arsyad Lubis Dicopot
Kursi & Meja Belum Ada
Nilam Wau menginformasikan, setelah 6 kelas darurat selesai, masalah baru kembali muncul. Kursi dan meja untuk para siswa ternyata belum tersedia. Sementara dana swadaya yang terkumpul cuma bisa membeli 24 kursi. Sedangkan pembuatan meja dan lantai masih dalam tahap pengerjaan. Nilam Wau berharap, Gubsu Edy Rahmayadi dan Kadis Pendidikan Sumut Arsyad Lubis berkenan membangun gedung permanen SMAN 2 Maniamele di Desa Ndraso. “Kami hibur diri sendiri ajalah Pak. Kadang-kadang saya pening memikirkannya. Kami rindu gedung sekolah. Sedih kalo begini terus. Apalagi jika melihat siswa yang sangat semangat belajar. Terimakasih ya Pak. Semoga dampak berita bapak membuat sekolah kami dilirik dan menimbulkan belas kasihan berbagai pihak. Saya ucapkan terimakasih sama bapak karena iklas menulis berita SMAN 2 Maniamele. Kami betul-betul merindukan gedung sekolah. Mohon doakan terwujud ya Pak,” tutup Nilam Wau dengan suara sedih. (MS/BUD)