PRIDE : Penyebab Banjir Jakarta Buruknya Drainase

Bagikan Berita :

MartabeSumut, Medan


Banjir yang melanda Kota Jakarta diakibatkan oleh buruknya drainase. Sekian banyak kali dan waduk yang terdapat di Jakarta seharusnya menjadi bagian utama untuk menampung air ketika hujan terjadi. Namun fungsi tersebut tidak maksimal dikarenakan terjadinya pendangkalan kali dan waduk. Sementara daerah pinggiran kali/waduk dijadikan tempat permukiman, bahkan kali dan waduk dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah oleh penduduk sekitar.

Penilaian tersebut dilontarkan Direktur Pusat Riset dan Investigasi Data Elektronik (PRIDE) Hotland S. Pane kepada MartabeSumut, Jumat (13/2/2015). Menurut dia, usaha Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menormalisasi fungsi kali dan waduk sudah dilakukan. Hampir setiap tahun program penanggulangan banjir diluncurkan melalui proyek-proyek pengerukan kali dan waduk tapi sangat disayangkan usaha yang menelan biaya ratusan miliar itu justru sia-sia. “Sebab kali dan waduk masih tidak berfungsi secara maksimal. Pertanyaannya adalah, apakah proyek normalisasi kali/waduk sudah tepat? Apakah proyek tersebut sudah dilakukan dengan benar sesuai dengan rencana Pemprov DKI Jakarta? Apakah pelaksanaan proyek pengerukan kali/waduk dilakukan dengan benar,” tanya dia, seraya menambahkan, pantas diduga kalau proyek normalisasi kali/waduk tidak dilakukan dengan benar sehingga proyek berjalan tidak semestinya.

Proyek Pengendalian Banjir Tak Berjalan

Dia mencontohkan, banjir Jakarta kian buruk akibat tidak berjalannya proyek pengendalian banjir tahun anggaran 2013 dengan 5 (lima) paket kerja yang dilakukan oleh PT. Perjuangan Lima Naga (Direktur utamanya adalah Pandapotan Sinaga yang kini jadi anggota DPRD DKI Jakarta). Kelima paket tersebut meliputi : Pengerukan Waduk Tomang Barat senilai Rp. 4,3 miliar, Pengerukan Waduk Sunter senilai Rp. 19,7 miliar,   Pengerukan Waduk Sodetan Kali Sekretaris senilai Rp. 4,6 miliar,       Pengerukan Kali Mookevart senilai Rp. 17, 7 miliar dan Pengerukan Kali Grogol senilai Rp. 1,7 miliar.
 
Menurut Hoitland, ke-5 paket pengerukan sebagian besar diduga tidak terdapat dalam Rencana Kerja dan Anggaran Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta tahun 2013. “Lihat Bukti Dokumen pada Dinas Pekerjaan Umum-11. Kita duga proyek pengerukan merupakan proyek titipan oknum anggota DPRD DKI Jakarta yang dikerjakan oleh PT. Perjuangan Lima Naga,” duganya. Kentalnya aroma korupsi ke-5 paket diindikasikannya berdasarkan 4 hal :

1.       Menurut temuan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) terdapat dana siluman 3,518 triliun di Dinas Pekerjaan Umum (DPU) tahun anggaran 2013. Menurut pengakuan Agus Priyono, Kepala DPU DKI Jakarta saat itu, dana siluman tersebut adalah usulan dari DPRD DKI Jakarta.

2.       Proyek-proyek tersebut tidak terdapat di dalam dokumen Rencana Kerja dan Anggaran DPU DKI Jakarta tahun anggaran 2013.

3.       Pengadaan proyek-proyek tersebut tidak melalui tender umum, tetapi penunjukan langsung.

4.       Sub Bidang klasifikasi proyek pengerukan kali/waduk dengan nomor kode 22014 diberikan kepada PT Perjuangan Lima Naga yang tidak memiliki sub bidang klasifikasi yang sama. (Lihat Bukti DOkumen: Daftar Bukti Investigasi Proyek Pengendalian Banjir Jakarta t.a. 2013, Kode P3).

Sebagaimana diketahui, lanjutnya, Pandapotan Sinaga yang telah terpilih sebagai anggota DPRD DKI Jakarta periode 2014-2019 dan sudah dilantik pada Agustus 2014 lalu, masih tetap sebagai Direktur Utama PT Perjuangan Lima Naga. “Sebagian besar saham perusahaan dimiliki oleh Pandapotan Sinaga. Lihat Bukti DOkumen Daftar Bukti Investigasi Proyek Pengendalian Banjir Jakarta t.a. 2013, Kode P1 dan P2,” singkap Hotland. (MS/Rel/DEKSON)

Bagikan Berita :

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here