www.MartabeSumut.com, Medan
Sebelum pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) menyerang Indonesia, harga komoditas karet memang cukup rendah. Hanya Rp. 7-8 ribu per Kg dan tidak bisa menyentuh harga Rp. 10 ribu per Kg. Kini, setelah virus Corona menembus semua wilayah Provinsi Sumut, harga karet di daerah Tapanuli Bagian Selatan (Tabagsel) cuma berkisar Rp. 4-5 ribu per Kg. Oleh karenanya, Gubsu Edy Rahmayadi dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) patut serius menyikapi anjloknya harga karet melalui kebijakan pengalihan usaha pertanian/perkebunan rakyat.
Usulan tersebut dilontarkan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara (DPRDSU) H Fahrizal Efendi Nasution, SH, kepada www.MartabeSumut.com, Senin siang (27/4/2020). Berbicara melalui saluran telepon, Fahrizal mengatakan, pandemi wabah Corona sudah merontokkan hampir 50 persen pendapatan warga di wilayah Kab Madina, Kab Paluta, Kab Palas, Kab Tapsel dan Kota Padang Sidimpuan (Tabagsel). Sangat berdampak terhadap pendapatan warga di Tabagsel bahkan membuat perekonomian masyarakat hancur lebur. “Sederhana saja mengukurnya. Jika harga karet turun, pasar-pasar pasti sepi. Namun kalo harga karet naik, kondisi pasar langsung ramai,” terang Fahrizal.
BACA LAGI: Fahrizal Efendi Nasution: Pemerintah Perlu Jelaskan Adakah Pasien Meninggal Akibat Covid-19 Murni ?
Khawatir Kondisi Berkepanjangan
Anggota Komisi B DPRDSU bidang perekonomian ini khawatir, bila situasi sulit terus berkepanjangan, maka peristiwa tak terduga bukan mustahil terjadi. Misalnya tindak kriminal. Pasalnya, rakyat dianjurkan tetap di rumah sementara penghasilan masyarakat tidak jelas. Sedangkan warga Tabagsel disebutnya dominan memperoleh penghasilan dari usaha berkebun karet, bertani padi, berkebun sawit, cokelat dan kelapa. “Telah lama sih petani karet menjerit di sini. Saya rasa sejak beberapa tahun silam. Harusnya harga karet per Kg Rp. 10 ribu ke atas. Barulah petani karet dapat tenang,” ungkapnya. Nah, kendati pemerintah memberi subsidi pupuk agar produksi karet meningkat, toh Fahrizal menilainya belum berdampak signifikan. Sampai sekarang harga komoditas karet tetap saja anjlok dan pemerintah tak berdaya menaikkan harga jual-beli karet.
Artinya, timpal Fahrizal lagi, Gubsu dan Pemprovsu urgen mengambil kebijakan ekstrim. Mengarahkan pengalihan lahan pertanian rakyat kepada produksi tanaman bernilai ekonomi tinggi. Kemudian memberi modal awal serta pendampingan penyuluh pertanian secara konsisten. “Fokus saya komoditas karet ya. Kita belum bicara komoditas usaha pertanian lain yang juga terdampak akibat pandemi Corona,” tegasnya.
BACA LAGI: Dicari Calon Sekwan DPRD Sumut ! Tuahman & Thomas Ingatkan Pimpinan Dewan Sosok Bersinergi
Fahrizal Tagih Janji Gubsu
Legislator asal Dapil Sumut 7 Kab Madina, Kab Paluta, Kab Palas, Kab Tapsel dan Kota Padang Sidimpuan itu pun mengungkapkan kekecewaan terhadap Gubsu Edy Rahmayadi. Menurut Fahrizal, beberapa waktu lalu sebelum pandemi Covid-19, Gubsu pernah berjanji akan menghentikan operasi tambang liar yang ada di Tabagsel. Selanjutnya warga yang beraktivitas di tambang liar dijanjikan pengalihan usaha pada sektor pertanian/perkebunan bernilai ekonomi tinggi. Fahrizal heran, hingga kini Gubsu Edy Rahmayadi belum kunjung merealisasikan janji tersebut. Padahal bencana pandemi Corona secara nyata telah merong-rong tatanan perekonomian rakyat di bidang pertanian/perkebunan.
“Mana nih action Gubsu ? Seharusnya Gubsu bertindak konkret sehingga bisa dirasakan rakyat. Jangan hanya lips service belaka,” sindirnya. Fahrizal menegaskan, warga penambang liar masih marak beraktivitas di Tabagsel. Umumnya menunggu janji Gubsu sebab tidak tahu lagi berusaha pada bidang apapun. “Kita desak Gubsu dan Pemprovsu bersikap dalam relatif singkat. Realisasikan dong pengalihan usaha pertanian rakyat ke arah lain yang lebih menguntungkan,” imbau politisi Partai Hanura tersebut. (MS/BUD)