H. Saleh Bangun, Ketua DPRD Sumatera Utara Tegas Mengabdi, Ikhlas Berbakti

Bagikan Berita :

Makin berisi makin merunduk. Sepertinya pribahasa ilmu padi itu tidak salah bila disandingkan pada sosok H Saleh Bangun (59). Bukan apa-apa, selaku Ketua DPRD Sumatera Utara (Sumut), ketegasan pengabdiannya dibuktikan dengan mencontohkan hal-hal yang sering dianggap orang sepele. Sebut saja datang ‘ngantor’ lebih cepat namun pulang paling lambat. Menariknya, kendati sebelum duduk di Dewan sudah tergolong ‘wah’ alias hidup berkecukupan, toh Saleh Bangun mensiasati semua bak air mengalir. Tenang, rendah hati dan taat beribadah. Tak heran, potensi-potensi tersebut mengentalkan keikhlasan berbakti sebagai penerjemah aspirasi rakyat.


Sebenarnya rencana awal menuliskan sosok Ketua DPRDSU H Saleh Bangun dimulai pada hari Kamis 29 Juli 2010. Selanjutnya proyeksi tersebut harus ditempuh dalam kurun waktu panjang disebabkan kesibukannya. Walau akhirnya, Saleh Bangun baru bisa ambil perhatian pada Senin 2 Agustus 2010. Saat itu Saleh Bangun mengirimkan satu short messages service (SMS) ke Ponsel Jurnalis MartabeSumut Budiman Pardede, yang berisi tentang ‘ketidakberdayaannya’ meluangkan waktu untuk wawancara langsung.

Sebagai jurnalis yang menjunjung tinggi value reportase indepht (nilai/kebenaran reportase mendalam) plus kekuatan etika profesi, SMS ‘penolakan’ Saleh Bangun tidak mematahkan semangat namun segera bisa dimaklumi. Bahkan sempat pula terbersit kagum manakala bahasa ‘penolakan’ yang dikemas Saleh Bangun bernuansa elegan dibaluti kerendahan hati. “Terimakasih, mohon maaf sebelumnya. Hari ini jadwal saya padat sekali. Nanti kita atur jadwal kembali ya dek. Thanks,” begitulah kira-kira isi lengkap SMS Saleh Bangun yang diterima pukul 10.02 WIB, Senin 2 Agustus 2010.

Beberapa hari kemudian upaya follow up ulang kepada Saleh Bangun dijadwalkan lagi. Mendatanginya ke kantor DPRD Sumut dengan maksud mengingatkan atau memastikan kemungkinan waktu terluang. Hasilnya ? Ya, tetap masih belum memuaskan. Saleh tak kunjung keluar dari pintu kantornya gara-gara sibuk melayani tamu-tamu dari berbagai lapisan. Bahkan, menurut stafnya Pane, dalam waktu tak terduga saja Saleh Bangun bisa segera ke luar daerah semisal Tanah Karo disebabkan ‘desahan’ Gunung Sinabung, kala itu. Toh langkah tak putus semangat tak pupus. Komunikasi pun dijalin dengan tim ahli DPRDSU, Muhri Fauzi Hafiz, SE, yang sehari-harinya rutin mendampingi Saleh Bangun. Hingga akhirnya semua terjawab pada Selasa (28/9) saat Fauzi melakukan kontak telepon. Dia memberitahukan kesiapan waktu Saleh Bangun untuk wawancara profil secara langsung. “Besok pagi Bapak bersedia dan ada waktu ya bang,” kata Fauzi.

Bukti Tulus dan Cermat

Patut diketahui, konologis di atas sengaja diungkapkan bukanlah tanpa alasan. Selain ada 57 hari penantian setelah SMS pertama dari Saleh Bangun diterima, cerita ini juga ingin mengisyaratkan bahwa sekian lama itu pula Saleh Bangun tetap tulus memenuhi janji dan cermat memutuskan waktu yang tepat. Saleh Bangun pun berkenan bertemu dan keluar dari ruangannya sekira pukul 10.00 WIB, Rabu (29/9). Dengan setelan Safari lengan pendek warna abu-abu kehitaman, Saleh Bangun sumringah berjalan ke lobby tamu di sebelah ruang kerjanya, gedung DPRDSU lama.

Sepintas mengamati, ada aura ketenangan hati berbalut kematangan diri. Pada detik berikut, legislator yang diusung Partai Demokrat (PD) Sumut ini sudah pula menebar sorotan jeli beraroma penilaian terhadap sosok jurnalis yang ‘ngotot’ menemuinya. “Mau tulis Profil ya dek, maaf ya baru sekarang bisa bertemu. Memangnya apa yang menarik dari saya,” ujar Saleh Bangun merendah kepada Budiman Pardede, mengawali pembicaraan. Selanjutnya sudah bisa ditebak, Saleh Bangun menampilkan sambutan familiar sembari mencerna serius puluhan pertanyaan yang disodorkan secara verbal.

Kesederhanaan dan Disiplin

Semenjak dini Saleh Bangun memang tidak memiliki latar belakang pendidikan khusus ilmu politik apalagi ‘ngoyo’ berencana duduk di gedung parlemen. Kehidupan yang ada selalu dilalui seperti air mengalir, penuh kesederhanaan dibarengi disiplin tinggi. Buktinya bisa dilihat tatkala Saleh Bangun tegas akan hal-hal yang sering dipandang orang sepele. Selama mengemban amanah sebagai Ketua DPRD Sumut, Saleh Bangun selalu datang lebih awal namun justru pulang paling belakang. Kemudian secara rutin memenuhi jadwal kegiatan-kegiatan internal/eksternal DPRDSU, untuk selanjutnya jeli mempelajari semua agenda persidangan yang telah dirumuskan. “Saya hidup dan dididik dari keluarga petani. Sudah jadi tradisi kami selalu disiplin dan konsisten dalam apapun. Saya jalani semuanya tidak canggung karena menerapkan filosofi air mengalir,” cetus pria kelahiran Lau Ratah, Kecamatan Sungai Bingei Kabupaten Langkat 16 Desember 1951.

Kendati demikian, falsafah hidup yang dipakai Saleh Bangun jangan pula disalahartikan. Sebab dia bukanlah orang yang suka dipuja-puji apalagi ‘ditekan’ pada satu situasi normatif hanya untuk mengikuti kepentingan sesaat. Sebagai wakil rakyat yang bertanggungjawab terhadap regulasi kesejahteraan orang banyak, Saleh Bangun memastikan kalau dirinya bukanlah tipikal orang yang pandai banyak bicara. Melainkan cenderung berbuat, membuktikan dan memberikan contoh nyata. Diakui Saleh Bangun, ketegasan diri pada tugas dan pengabdian telah menuntun lahirnya sikap ikhlas berbakti bagi masyarakat serta kemajuan daerah. Dan semua itu tidaklah sebatas cerita atau kebanggaan jabatan semata karena telah ditunjukkan melalui disiplin bertugas, kecermatan membahas kertas kerja, menganalisis persoalan, merumuskan solusi serta menjabarkan berbagai aspirasi politik yang dimuarakan kepada tujuan inti; kesejahteraan rakyat.

Berbuat untuk Rakyat

Berbuat untuk rakyat adalah 3 kata kunci milik Saleh Bangun yang kerap ikhlas diperjuangkan sejak dipercaya menjabat Ketua DPRD Sumut 1 tahun lalu. Berbekal didikan orangtua, pengalaman di berbagai usaha dan motivasi tinggi untuk berbuat baik, maka tidak sedikitpun ada rasa ragu di benaknya memantapkan kiprah. Filosofi air mengalir yang diemban ikut pula membuat Saleh Bangun semakin tenang dan tidak silau memandang jabatan. Menurut dia, harta, tahta dan kuasa hanyalah titipan sementara bagi manusia sehingga wajib dikelola terus melalui kerja keras secara tulus-ikhlas diikuti kejujuran perilaku. “Politik ini merupakan salah satu cara untuk berbuat yang lebih baik kepada masyarakat. Sedangkan saya memang sudah dari sananya suka berbuat baik kepada sesama,” ujar Saleh Bangun. 

Buah kasih Mintri Bangun (Alm) dan Sampe br Ginting ini memang pantas diacungi jempol. Pasalnya, selain mampu berkarya tanpa harus banyak bicara, Saleh Bangun juga tegas menghargai orang dalam keragaman lapisan. “Saya memang baru kali ini jadi anggota DPRD. Tapi kita duduk di sini karena amanah rakyat. Setelah duduk saya mau menghormati kepercayaan rakyat dengan memberikan bakti terbaik. Tidak neko-neko, ikhlas, rendah hati dan selalu berfikir untuk berbuat baik kepada orang lain,” kata suami dari Hj.Supiah Etty tersebut.

Defenisi berbuat baik dijelaskan Saleh Bangun tidak pula harus dengan memberi uang. Tapi dapat melalui fikiran dan pengayoman ataupun kepedulian. “Ada orang susah kita datangi. Saya selalu mencoba hadir kepada masyarakat walau mereka punya hajatan suka/duka sekalipun,” cetus Bapak dari Sapta Bangun (Ketua Fraksi Partai Demokrat DPRD Kabupaten Langkat), dr Melyani br Bangun (PNS di Pemerintahan Kota Binjai), Nurita br Bangun, S.Pd. (pengajar salah satu sekolah di Kabupaten Langkat), Rudi Hartono Bangun (Ketua DPRD Kabupaten Langkat) dan si bungsu Johan Wiryawan Bangun, SE (pengusaha muda sukses di Sumut).

Masih belum percaya dan mau bukti ? Coba saja bertandang ke DPRD sebelum Saleh Bangun memulai formalitas tugas. Atau, temui dia ke ruangannya kala sore menjelang mengingat kebiasaannya selalu pulang paling lambat. Kemudian jadilah lawan tandingnya bicara. Maka tanpa Anda sadari, kerendahan hati, keterbukaan, ketulusan dan pemikiran brilian akan memunculkan kagum yang sulit dibayangkan. Dalam sekejap Anda sudah terpesona dengan gaya ilmu padi atau filosofi air mengalir yang ditebarkannya. “Kita dinilai orang dari perbuatan dan karya. Bukan mengumbar diri apalagi didasari kesombongan, iri, dengki serta sikap merusak. Kalau seseorang mau maju dalam hidup, dia harus mau mengakui kelebihan-kelebihan orang lain. Caranya dengan bertanya dan belajar, lalu  mengoptimalkan diri agar bermanfaat bagi orang lain,” ingat anak ke-4 dari 5 bersaudara ini.

Latar Belakang Politik

Berbicara dengan Saleh Bangun memang tidak ada habisnya. Waktu saja tak terasa cukup padahal sudah tersita hampir 2 jam bersamanya. Namun itulah yang membuat dia berbeda dengan kebanyakan politisi lain. Dari catatan kami, Saleh Bangun termasuk praktisi yang sudah mapan dan besar dulu sebagai pengusaha baru kemudian terjun ke blantika politik. Saat mengelola berbagai unit usahanya dia juga duduk sebagai pengurus salah satu partai lain. Nah, bermodal pengalaman bisnis, sikap tulus, tegas dan ikhlas bersuara untuk kepentingan rakyat, Saleh Bangun memantapkan langkah terjun ke politik hingga amanah jabatan Ketua Dewan Pakar di Partai Demokrat Kabupaten Langkat pernah dipercayakan padanya sekira tahun 2005.

Dalam Pemilu Legislatif 2009 lalu Saleh Bangun maju dari Daerah Pemilihan (Dapil) Kabupaten Langkat dan Kota Binjai. Amanah suara yang demikian besar membuat dirinya duduk sebagai anggota DPRD Sumut. Saleh Bangun tetap saja tidak merasa luar biasa apalagi sekadar ingin membusungkan dada. Namun cenderung low profile dan melihat dukungan tersebut sebagai bentuk tanggungjawab moral yang patut dijunjung maksimal. Apalagi, selaku partai peraih suara terbanyak, DPP Partai Demokrat kembali meletakkan harapan besar ke pundaknya sebagai Ketua DPRD Sumut masa bakti 2009-2014. Salehpun resmi mengawali tugas setelah dilantik tanggal 21 Oktober 2009. Mulai saat itu, ketegasan mengabdi, keikhlasan berbakti serta kesungguhan melayani semakin terpatri dalam perspektif kesejahteraan rakyat dan daerah ke arah yang lebih baik.

Pada sisi lain, sebagai Ketua DPRD, secara struktural dan fungsional Saleh Bangun dihadapkan pada ‘kewajiban’ memimpin banyak kelompok dengan latar belakang anggota DPRD yang berbeda-beda. Namun, lagi-lagi, Saleh Bangun tak sekalipun pernah merasa ‘kesepian ditengah-tengah keramaian’ legislator. Tekad mengabdi dan berbakti yang sudah terpatri memampukannya mengkombinasikan fungsi antara kepentingan Partai Demokrat dan urusan partai lain. Untuk mengelola kelembagaan DPRD, kata Saleh Bangun, lebih mudah dibanding mengatur kelompok masyarakat umum. Sebab di DPRD semua orang disebutnya berpendidikan, punya tujuan jelas dan mengerti aturan. Sementara lingkungan umum dipenuhi berbagai latar belakang yang belum tentu memahami hukum. “Kita di Dewan ini jadi satu asal mau legowo dan jangan mementingkan diri sendiri. Saya bekerja dengan tulus saja, tidak neko-neko serta selalu terbuka. Kalo ada masalah kita ajak semua bicara. Kita berkeinginan membangun Sumatera Utara dan kesejahteraan rakyat,” aku penggemar makanan sayur dan ikan itu.


Didikan Keluarga Petani

Ditempa dari keluarga petani yang ketat akan kedisiplinan, Saleh Bangun menghabiskan masa kecil dan bangku pendidikan formal di beberapa kota seperti Langkat, Binjai dan Medan. Saleh Bangun mengatakan, usai menuntaskan jenjang studi dari bangku SMA, dirinya memutuskan menggeluti dunia usaha di bidang jasa konstruksi. Bersama sang istri Hj.Supiah Etty, Saleh Bangun merintis usaha tersebut sedari tahun 1975. Hasilnyapun tidak isapan jempol belaka. Kedisiplinan yang tertanam sejak dini serta penerapan manajemen kelola profesional, berhasil menghantarkan perusahaannya ‘berbuah’ dan kerap dipercaya menangani beberapa pekerjaan di PT Perkebunan Nusantara (PTPN) II, PTPN III, PTPN IV, PT Socfindo dan PT Raja Garuda Mas. Dari sana pula Saleh Bangun secara perlahan tapi pasti mengumpulkan investasi untuk selanjutnya membeli beberapa lahan kosong di penjuru Sumut. “Sedikit demi sedikit kami budidayakan menjadi kebun karet dan kelapa sawit. Alhamdulillah, akhirnya berkembang sampai sekarang,” singkap pria bertinggi 165 Cm dengan berat 79 Kg dengan mata berbinar-binar.


Panutan Keluarga

Lalu, bagaimana Anda membagi waktu dengan keluarga ? Pemakai parfum tanpa gas ini justru terlihat mengalihkan pandangan ke arah Staf Ahli Fauzi. Baginya, tak ada yang muluk-muluk kecuali mensyukuri berbagai karunia Tuhan serta bertekad memaksimalkan diri menjadi panutan keluarga dan masyarakat luas. Waktu buat keluarga diakuinya selalu disiapkan setiap hari Sabtu dan Minggu dalam bentuk kegiatan ke ladang atau acara makan bersama. Menurut Saleh Bangun, merajut komunikasi keluarga yang baik hanya bisa tercipta bila ada semangat luhur mentradisikan keterbukaan bersama. Mulai dari urusan pribadi, keluarga, sosial, politik atau hal-hal ringan sekalipun.

“Demokrasi juga ada di rumah kok. Kami sering berbeda pendapat, tapi jauh-jauh hari saya sudah meletakkan dasar pada mereka agar mengedepankan semangat saling menghormati,” tegas Saleh Bangun. Sebagai seorang ayah, imbuhnya, sikap selalu memperhatikan semua anggota keluarga  menjadi sesuatu yang tak pernah ditawar-tawar. Dilakukan setiap saat tatkala dirasakan perlu dan mendesak dalam bingkai keharmonisan. “Saya membiasakan setiap orang bebas berpendapat/bersikap namun wajib bertanggungjawab serta saling menghormati. Sehingga mereka sendiri sudah belajar menjadi panutan bagi keluarga, orang lain ataupun lingkungannya,” tutup Saleh Bangun di akhir percakapan. Selamat mengabdi dan berbakti Bang Saleh..! (Budiman Pardede/Foto: MartabeSumut/IKLAN PROFILE PARIWARA)

Apa Kata Mereka Tentang

H Saleh Bangun ?


Sebagai sosok pengusaha yang terjun ke blantika politik, geliat Ketua DPRDSU H Saleh Bangun telah banyak menorehkan decak kagum berbagai pihak. Kendati baru 1 tahun memimpin lembaga legislasi, toh sebagian kalangan sudah berani menjamin bahwa kebesaran jiwa dan ketulusan sikap-sikapnya adalah ciri-ciri calon pemimpin Sumut di masa depan. Benarkah sejauh itu? Lalu, apa kata 4 unsur Pimpinan DPRDSU dan tokoh akademis terkait sepak terjang Saleh Bangun selama ini? Budiman Pardede dari MartabeSumut menggali opini mereka yang dihimpun terpisah, beberapa waktu lalu. Berikut petikannya:


Zamzami Umar, SH, M.Hum (45), Dosen Universitas Medan Area :

Tak Takut Kehilangan Pamor


Ada kesan sejuk saat bersama Pak Saleh Bangun. Sosoknya lebih tepat bila dikatakan sebagai pembawa damai. Penampilannya sederhana, jujur dan mampu membawa suasana ke arah yang lebih kondusif. Yang paling penting adalah, selaku masyarakat dengan kapasitas Ketua DPRD, beliau tak pernah takut kehilangan pamor hidup alagi jabatan. Hidup dijalani dengan apa adanya sementara jabatan dipandang amanah dan biasa saja. Artinya, orang yang tidak pernah takut kehilangan pamor biasanya bekerja dengan benar, iklas bertugas, tidak mau populis dan tulus berbuat.

Walau mengenalnya baru hitungan 2-3 tahun, namun sepanjang mengamati, sepak terjang Saleh Bangun tidak kenal kata ambisius kendati semua orang menyimpan ambisi. Saya tidak punya kepentingan apapun, tapi saya melihat Saleh Bangun itu kebanggaan masyarakat yang sangat berpeluang membawa dan memimpin Sumut ke arah yang lebih baik. Memang mustahil dia seperti malaikat tanpa cacat. Setiap manusia pasti punya kekurangan ataupun kelemahan. Saya hanya mau katakan, pribadi Saleh Bangun lebih banyak benar dari pada salahnya. Jadi wajar sekali bila sikapnya selalu tenang karena memang tak pernah takut kehilangan pamor dalam hidup. Percayalah, orang-orang berkarakter seperti dia pasti panjang umur, sehat dan tanpa beban melalui dinamika apapun. (MS/BUD)


Sigit Pramono Asri, SE (44), Wakil Ketua DPRDSU (PKS) :

Rendah Hati

Sebagai pihak yang kerap mendampingi dan mengamati kiprahnya di DPRDSU, Pak Saleh Bangun itu tergolong pribadi yang rendah hati, mau mendengar dan taat prosedur. Secara makro sikap tersebut sangat berpengaruh atas pendongkrakan kewibawaan lembaga DPRDSU dalam kerangka menjalankan tugas maupun fungsi. Sejak 1 tahun mengenal dekat Saleh Bangun, menarik sekali memperhatikan kiprahnya yang tegas menjaga aturan dan mau mendengar saran-saran.

Saya harus mengakui, sosok Saleh Bangun sebagai Ketua secara tidak langsung telah menjadi panutan bagi anggota dalam menjalankan tugas masing-masing. Buktinya terlihat dari pembahasan APBD 2010-2011 yang diselesaikan tepat waktu dan sebanyak 7 Perda berhasil dibahas selama 1 tahun ini. Saya juga berkeyakinan, sebanyak 100 anggota DPRDSU sekarang pasti merasakan pengaruh makro atas gaya kepemimpinan Saleh Bangun. Untuk itu, kedepannya, saya berharap interaksi baik dari Pak Saleh Bangun tetap dipertahankan sehinga wibawa DPRDSU kian positif di mata masyarakat. (MS/BUD)

Ir Kamaluddin Harahap, MSi, (42), Wakil Ketua DPRDSU (PAN) :

Figur Pengayom

Tak banyak pemimpin di Republik ini memiliki karakter seperti Pak Saleh Bangun. Dia figur pengayom, kebapakan dan membangun kebersamaan. Walau punya hak prerogatif sebagai Ketua, tapi Saleh Bangun tidak pernah menggunakan kartu itu. Saleh Bangun akrab membangun citra koleganya melalui semangat pengayoman. Sebagai legislator yang sudah 3 periode dipercaya rakyat, saya melihat gaya kepemimpinan Saleh Bangun sangat berbeda dari masa-masa sebelumnya. Saleh Bangun berhasil memberikan dampak yang cukup positif bagi lembaga DPRDSU atau besar kemungkinan menularkan tauladan kepada pribadi lepas pribadi.

Dalam artian, dengan pola sikap Saleh Bangun yang menghargai semua partner kerja sebagai tim yang utuh, maka tugas-tugas berat bisa diselesaikan cepat secara kolektif. Bila saya bandingkan dengan periode-periode sebelum Saleh Bangun, yang terasa adalah aroma tanpa pengayoman bahkan memudarnya semangat kebersamaan. Dan otomatis, iklim itu ikut memberi pengaruh minus atas kinerja lembaga dan anggota Dewan sendiri. Kini dengan Pak Saleh Bangun kita memiliki aktivitas yang penuh pengayoman serta warna kebersamaan. (MS/BUD)

HM Affan, SS, (35), Wakil Ketua DPRDSU (PDIP) :

Sangat Disiplin

Saya tahu persis Pak Saleh Bangun tipe orang yang sangat disiplin dalam hidup apalagi menyangkut waktu bertugas. Pernah saya selisih hanya 5 Menit saja tapi ternyata beliau sudah ada di kantor. Selain itu Saleh Bangun juga menghargai orang lain dalam berbagai keragaman. Hubungan pergaulan yang dilakoninya penuh kebapakan, santun serta berjiwa demokratis. Sebagai Ketua DPRDSU yang notabene saya anggap orangtua, kepemimpinan Saleh Bangun mencerminkan pola yang benar dikarenakan mau terbuka menyerap masukan dan tak pernah malu bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui.

Realita sikap Saleh Bangun seperti itu jelas memberikan pengaruh segar bagi lembaga DPRDSU. Namun masyarakat perlu juga memahami bahwa unsur di DPRDSU adalah keragaman partai yang berhimpun dalam satu institusi. Pengamatan saya selama ini, kinerja yang ditampilkan Saleh Bangun tergolong cukup baik. Sebagai pimpinan yang mengelola ranah politik, sikap Saleh Bangun cenderung memberikan kebebasan terhadap kinerja keragaman unsur partai tadi. Namun dia meletakkan kebebasan itu dengan kedisiplin tinggi berdasar koridor aturan Dewan, Tatib, PP dan UU. Harapan saya kedepan, pimpinan sebagai alat kelengkapan Dewan bisa menata terus lembaga DPRDSU secara demokratis sesuai aturan dan ketentuan berlaku. (MS/BUD)

Ir Chaidir Ritonga, MM (49), Wakil Ketua DPRDSU (Golkar) :

Arif dan Bijaksana

Tentu saja saya tidak ragu mengatakan kalau sosok beliau masuk kategori arif dan bijaksana. Penilaian ini tidak sebatas Pak Saleh Bangun sebagai Ketua DPRDSU melainkan fakta empiris dari sisi pribadinya saat menjalani kehidupan. Selama 5 tahun mengenal Saleh Bangun dari kelompok pengusaha, dimana-mana dia menerapkan gaya berkomunikasi publik yang penuh kekeluargaan. Performancenya tenang, mau mendengar dan terampil menciptakan suasana kondusif atas berbagai situasi.

Selaku anggota dan pimpinan DPRDSU, memang relatif sekali bila kita menilai kepribadian seseorang. Tapi inilah menurut saya, entahlah kalau pendapat orang lain. Paling tidak, 1 tahun menjadi mitra kerjanya di DPRDSU, apa yang dibutuhkan dari seorang Ketua ada pada diri Saleh Bangun. Kami juga sama-sama duduk baru 1 periode ini, tapi kejujuran, ketulusan, keiklasan dan keterbukaannya memberi peran pada pimpinan lain membuat Saleh Bangun mendapat simpati banyak pihak. Saleh Bangun memperlakukan semua anggota Dewan kolektif dan kolegial. Sedangkan dia sebagai Ketua memakai gaya koordinasi tanpa pola instruksi. Jadi tercermin sifat egaliter. Harapan saya kedepan, mudah-mudahan tetap berjalan baik, saling memahami kelebihan dan kekurangan, melengkapi untuk selanjutnya meraih target-target yang ditetapkan. Perlu dicatat yang jauh lebih penting juga adalah, sosok Saleh Bangun sekarang sangat kondusif dalam kerangka mencapai perbaikan yang bisa dipersembahkan pada rakyat melalui lembaga DPRDSU. Sehingga anggota Dewan ini tidak lagi dipandang hanya sekadar menjalani rutinits apalagi melanjutkan praktik-praktik yang kurang baik dari masa lalu.(MS/BUD)

Bagikan Berita :

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here