Kendati harus ditinggal suami tercinta St. Drs WA Pardede sedari tahun 1986, toh Regianna br Sihombing Nababan (67 tahun-saat tulisan dibuat bulan Februari 2008), yang berpredikat single parents (sendiri membesarkan anak), tidak pernah main-main mendidik buah hatinya. Bagi ibu yang semasa gadis bekerja sebagai bidan, perhatian terhadap anak adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar.
Manakala diwawancarai di kediamannya Jalan Pelopor No. 21 Belpon-Medan-Sumut, ibu beranak 5 itu tampak tersenyum sumringah. “Apalah yang mau saya ceritakan, biasa-biasa saja kok,” ungkapnya santai, mengawali percakapan. Itulah Regianna Sihombing Nababan. Tenang, mudah tersenyum, penuh perhatian dan familiar. Tapi jangan heran, justru sikap-sikap seperti itulah yang membuatnya berhasil dalam mendidik dan membesarkan ke-5 anaknya.
Mengandalkan Tuhan
Menurut Regianna, setelah sang suami meninggal dunia karena sakit pada 10 September 1986, dirinya sempat sangat terpukul. Ketika itu Regiana memikirkan ada 4 orang putera dan 1 orang puteri yang sedang dalam masa pertumbuhan dan harus dibesarkan seorang diri. Walau demikian, Regianna menyatakan hanya memiliki keyakinan iman pada Tuhan saja sehingga memiliki dorongan dan semangat kuat untuk bangkit kembali. “Disaat-saat seperti itu saya hanya berdoa dan mengandalkan Tuhan. Saya percaya sekali Tuhan tidak akan membiarkan janda-janda yang benar mengalami kesulitan seorang diri,” kenang ibu yang sangat rajin ibadah ke gereja setiap hari Minggu ini dengan mata berkaca-kaca.
Masa Kecil
Lahir di Pematang Siantar 10 Desember 1945, buah pernikahan dari D Sihombing Nababan dan Riste br Silitonga ini menjalani masa kecil dalam lingkungan sederhana. Didikan agama dan disiplin hidup dari orangtuanya yang pensiunan PNS PU bagian Pengairan, menghasilkan pribadi matang manakala menanjak dewasa. Sehingga tahun 1960 Regianna berani memutuskan mengikuti seleksi penerimaan Bidan yang cukup ketat se-Sumatera Utara (Sumut), untuk selanjutnya dididik di Rumah Sakit Umum (RSU) Pusat Medan (sekarang RSU Pirngadi). Ternyata “Dewi Fortuna” berpihak kepada Regianna. Penggemar makanan pecal tersebut tampil menjadi salah satu siswi Bidan dari 40 orang yang disekolahkan di RSU Pemerintah tersebut. Tatkala menimba ilmu, sosok Regianna juga tidaklah biasa-biasa saja. Melainkan cerdas dan pantas diacungi jempol. Dia pun berhasil tamat dengan predikat memuaskan pada tahun 1963. Tak heran, Dr Hulman Tobing selaku Kepala Ilmu Kesehatan Sumut (IKESU) saat itu, berkenan memberikan hadiah sepasang alat-alat partus (bersalin) dikarenakan Regianna masuk kategori siswi berprestasi. Regianna pun selanjutnya ditugaskan menjadi Pegawai Negeri di RSU Binjai sedari tahun 1964-1969.
Menikah
Sebagai Pegawai Negeri, Regianna memutuskan untuk menikah dengan Washington Aman Pardede, BA pada tahun 1967. Walaupun kala itu sang suami masih berstatus mahasiswa yang sedang menempuh studi sarjana lengkap di Universitas HKBP Nomensen Medan. Regianna tidak pernah mengeluh apalagi berputus asa. Sambil mengurusi anak dan rumahtangga, dukungan terhadap suami juga dioptimalkan secara moril dan materil. Diantaranya; selama 5 tahun berkeliling ke klinik-klinik di Binjai untuk menjual obat-obatan plus menjadi Bidan 1 Kompi Brimob Yon 5132 di Jalan Medan-Binjai. Usaha Regianna membuahkan hasil. Sang suami tercinta berhasil menyelesaikan studi dari Universitas HKBP Nomensen pada tahun 1969.
Keuletan Regianna mendukung suami ternyata berimbas pula pada kemajuan kehidupan ekonomi rumahtangga. Buktinya, pada tahun 1969 sang suami Washington Aman Pardede diterima sebagai Dosen Kopertis (PNS) dan ditempatkan mengajar di Universitas HKBP Nomensen. Selanjutnya pada tahun 70-an, bersama Dr TD Pardede (Alm), sang suami mengelola Universitas Darma Agung (UDA) Medan. Dan terakhir semasa hidupnya sempat dipercaya menjadi Dekan di Fakultas Ekonomi UDA. Semasa hidupnya Regianna bolehlah berbangga hati. Pasalnya, harapan ibu bertinggi badan 160 Cm dengan berat 57 Kg itu terkabul melalui berkat Tuhan yang melimpahi keluarganya hingga dia dipanggil Tuhan pada hari Selasa 6 Januari 2015 pukul 08.00 WIB di Kota Padang dan dikuburkan bersama sang suami di pekuburan Tanjung Sari Medan pada Jumat 9 Januari 2015. Artinya, Regianna memang telah pergi selama-lamanya ke sisi Tuhan. Namun Ke-5 buah hatinya berhasil dibesarkan seorang diri, dituntun menyelesaikan studi hingga mengakhiri masa lajang dalam kemandirian hidup masing-masing. Diantaranya Dr Leonard Pardede, SpOG (47) di Timika Papua, Kristoffel Pardede, SE (46) di Jakarta, Budiman Pardede, S.Sos (43) di Medan, Yanti br Pardede, SPd (42) di Kota Padang dan David Pardede, Amd (40) di Cibubur.
Lalu, apa kiat-kiat Regianna sehingga berhasil mendidik dan membesarkan anak seorang diri? Sambil mengarahkan pandangan ke arah langit-langit rumah, kala itu, Regianna justru tersenyum simpul dan memperbaiki cara duduk. Bagi Regianna, mengandalkan Tuhan adalah kunci utama keberhasilan. Selanjutnya menerapkan 5 prinsip hidup yang diibaratkannya sangat berperan memuluskan kunci masuk ke dalam lobang pintu. Menurut dia, ke-5 anak-anaknya selalu diserahkan ke pada Tuhan melalui doa. Lalu memberi perhatian maksimal dalam pergaulan hidup, mengontrol siang/malam, sering berdoa bersama-sama serta mengadakan perayaan ulang tahun semua anggota keluarga bila waktunya tiba. “Saya bersyukur untuk semua berkat Tuhan pada keluarga kami,” tutup Regianna diakhir perbincangan. Selamat Jalan Ibunda Tercinta Regianna Sihombing br Nababan ke Rumah Bapa di Surga. Semoga dosa-dosamu diampuni Tuhan dan mendapat tempat di sisiNya. Amin. (BUDIMAN PARDEDE)
_________________________________________
Tulisan ini ditulis dan dipersembahkan oleh Budiman Pardede, S.Sos, anak ke-3 dari Regianna br Sihombing Nababan yang beraktivitas sebagai Jurnalis di wilayah Kota Medan. Regianna br Sihombing Nababan telah dipanggil Tuhan Yang Maha Kuasa pada hari Selasa 6 Januari 2015 pukul 08.00 WIB di Kota Padang Sumatera Barat. Acara Pesta Adat Maria Raja digelar pada Kamis 8 Januari 2015 di rumah duka Jalan Pelopor 21 Medan. Kemudian pada Jumat 9 Januari 2015 dilakukan Adat Saur Matua di rumah duka Jalan Pelopor 21 Medan, lalu membawa jenazah ke Gereja HKBP Teladan Medan untuk didoakan dan terakhir menguburkan ibunda Regianna br Sihombing Nababan bersama suami tercinta St Drs WA Pardede di pekuburan Tanjung Sari Medan pada pukul 17.00 WIB. Ketika Regianna masih hidup, tulisan serupa yang ditulis Budiman Pardede ini sudah pernah dipublikasikan sebelumnya pada beberapa Media Massa lokal terbitan Medan dan Nasional. Diantaranya:
1. Harian WASPADA terbitan Sabtu 23 Februari 2008 (Judul : Regianna, Single Parents yang Berhasil Mendidik Anak).
2. Harian BATAK POS terbitan Kamis 28 Februari 2008 (Judul : Percaya Tuhan, Sang Bidan Regianna Sihombing Sukses Jalani Kehidupan).
3. Harian PERJUANGAN terbitan Kamis 13 Maret 2008 (Judul : Regianna Sihombing, Kesuksesan Bidan yang Single Parents).
4.
Harian SINAR INDONESIA BARU (SIB) terbitan Minggu 16 Maret 2008 (Judul :
Bidan Sepuh Regianna Sihombing Bicara dalam Hari Perempuan
Internasional: Berjuang Sendiri Besarkan 5 Anak)
5. Mingguan DOR terbitan 10-27 Desember 2009 (Judul : Regianna Sihombing, Kiprah dan Semangat Sang Ibu yang Single Parents).
5. Harian BERSAMA terbitan Rabu 22 Desember 2010 (Judul : Regianna Sihombing, Didik Anak dengan Doa dan Rewel).
6. Foto-foto Regianna br Sihombing Nababan bersama suami St Drs WA Pardede dan ke-5 anak-anaknya. (Dokumentasi milik MartabeSumut dan Dokumentasi Keluarga).