ORANGNYA sederhana. Tidak banyak cakap, lebih suka mendengar namun gigih bekerja. Apalagi kalau melakukan perintah atasan. Kendati sejak awal cuma pegawai honor pembuat kopi/teh di dapur Sekretariat DPRD Sumut, tapi pengabdian Ahmad Effendi Batubara, S.Sos, MSP, selama 35 tahun telah menghantarkan posisi Kabag Umum pegawai Esselon III Gol IV/A pangkat Pembina. Tak heran, sebanyak 9 Sekretaris Dewan (Sekwan) pernah dilayani tanpa masalah.
Senyum ramah. Begitulah sambutan Effendi tatkala dijumpai Jurnalis www.MartabeSumut.com Budiman Pardede di ruang kerjanya Sekretariat DPRD Sumut Jalan Imam Bonjol Medan, Senin (9/5/2016) pukul 15.00 WIB. Sempat terkejut ditawari tulisan profile namun pria yang akrab disapa “Bang Pendi” ini akhirnya setuju dengan alasan ingin berbagi motivasi kepada masyarakat. Seragam dinas Aparatur Sipil Negara (ASN/PNS) yang dikenakan ikut mengentalkan sosok elegan seorang abdi negara pada sore pukul 15.00 WIB. Kalaulah bisa berterus terang, saat itu, sebenarnya terbersit kagum mengamati pria kelahiran Medan 6 Juni 1962. Pasalnya, jabatan Kabag Umum yang diemban merupakan buah keikhlasan dan kesabaran menapaki karir dari bawah alias pegawai honor yang bertugas di dapur. Toh semua diakui Effendi adalah perjuangan hidup yang harus dijalani. “Ikhlas dan loyal. Cuma itu resep abang sejak honor dan jadi PNS selama 35 tahun di DPRD Sumut,” terang buah pernikahan Ajir Batubara (Alm) dan Siti Fatimah Pulungan (Alm). Itulah sebabnya, kata anak ke-1 dari 7 bersaudara ini, apapun tugas yang diperintahkan pimpinan selalu dikerjakan senang hati. Effendi menceritakan, menjadi pegawai honor di DPRD Sumut sejak 1981 bermula ketika putus sekolah setelah tamat SMP akibat ketiadaan biaya. Namun justru dari sanalah hidup Effendi mulai berubah secara perlahan. Pasalnya, H Amran Malik, yang masih ada hubungan keluarga dan menjabat Kabag Keuangan DPRD Sumut merangkap bendahara, tanpa sengaja mengajak Effendi bekerja sebagai pegawai honor. “Sebelumnya saya kerja serabutan di bengkel bak mobil daerah Marindal Jalan SM Raja. Ada order ya bantuin kerja, kalo gak ada ya nganggur aja,” akunya. Suami Ernawati (Alm) dan Rosnelly, SH, MH (48) ini melanjutkan, sebagai pegawai honor yang bekerja di dapur DPRD Sumut, tugas membuat kopi dan teh merupakan rutinitas aktivitas setiap hari. Belum termasuk kegiatan lain yang muncul insidentil dari berbagai pihak di DPRD Sumut. Walau jadwal tugas dapur selesai, Effendi menyatakan tidak pernah berdiam diri. Melainkan membantu kegiatan tertentu anggota Dewan di komisi maupun urusan pribadi. Hal tersebut ditegaskan Effendi sangat disukai lantaran memiliki kebanggaan khusus saat membantu orang lain.
Pendidikan dan Karir
Dibesarkan dari keluarga sederhana, Effendi menghabiskan masa kecil dan pendidikan di Kota Medan. Bangku SD diselesaikan dari TPI Marindal Medan pada tahun 1976. Kemudian melanjut ke SMP Parulian Marindal hingga tamat tahun 1980. Sempat putus sekolah tapi kegigihan membuatnya mampu meraih ijazah SMA dari Bina Guna Medan tahun 1983. Tak puas sebatas ijazah SMA, Effendi kembali menimba ilmu ke bangku pendidikan tinggi sambil tetap bekerja di gedung DPRD Sumut. Tahun 1994 dia pun berhak atas gelar “S.Sos” Fisip Universitas Medan Area (UMA). Selanjutnya predikat Magister Studi Pembangunan (MSP) diraihnya lagi pada tahun 2008. “Dulu saya bekerja sambil mengumpul uang. Lalu pelan-pelan menyelesaikan kuliah S1 dan S2,” ungkap pria yang menikahi isteri pertama Ernawati (Alm) tahun 1988 dan dikaruniai anak Silvi Ade Kartika (28), Efni Sri Andriani (26) dan M Irfan (24).
Berbicara mengenai karir, Effendi menganggap tidak pernah membayangkan muluk-muluk. Bisa bekerja sebagai pegawai honor DPRD Sumut saja dinilai anugerah besar. Makanya, semua tangungjawab tugas di dapur selalu dibereskan Effendi, untuk selanjutnya meluangkan waktu sisa untuk membantu anggota Dewan dalam urusan dinas hingga kepentingan pribadi banyak kalangan. Jerih gigih Effendi ternyata berbuah manis. Waktu itu, singkapnya, seorang tamu bernama Mahidin Damanik rutin berkunjung ke DPRD Sumut menemui koleganya anggota Dewan F-Golkar H Japarmasa. “Pak Mahidin Damanik simpati pada sikap saya. Lalu mengajak melanjutkan sekolah ke SMA Bina Guna. Pagi saya kerja sore sekolah,” ujar pemilik tubuh 167 Cm dan berat 75 Kg. Menurut Effendi, selama bekerja di dapur DPRD Sumut dirinya mendapat penghasilan Rp. 15 ribu/bulan. Setahun berkiprah di dapur, Effendi diangkat sebagai pegawai sekretariat pengantar surat internal-eksternal dengan gaji Rp. 30 ribu/bulan plus insentif. Lantaran geliat kerjanya penuh dedikasi, tahun 1986-1987 Effendi dipercaya memegang sepeda motor dinas Astrea Star untuk kelancaran pekerjaan. Nah, usai tamat SMA atau kurun 5 tahun berstatus pegawai honor di dapur, tahun 1985 muncul informasi pengangkatan pegawai honor menjadi CPNS. Effendi termasuk 1 yang beruntung ! Dia diangkat PNS dan ikut prajabatan pada tahun 1986. Status PNS 100 persen resmi disandangnya dengan tugas utama mengatur lalulintas surat-surat Sekretariat DPRD Sumut. “Saya ditempatkan staf biasa tata usaha DPRD Sumut Gol II/A pangkat Pengatur Muda,” kenang pria yang tahun 2010 menikahi istri ke-2 Rosnelly, SH, MH karena istri pertama meninggal tahun 2009.
Layani 9 Sekwan
Pecinta olahraga sepakbola dan penggemar kuliner risol ini memastikan, selama bekerja dari pegawai honor sampai Kabag Umum Sekretariat DPRD Sumut, sebanyak 9 Sekwan pernah dilayani sebagai pimpinan. Mulai dari Firman Siahaan, Pangian Siregar, Adbul Rajab Simatupang, Zaini Dahlan, Ridwan Batubara, Ali Musa Siregar, Nurdin Lubis, Ridwan Bustan hingga Randiman Tarigan. Effendi juga sempat dipercaya jadi ajudan Sekwan Ridwan Batubara bahkan Nurdin Lubis. “Setelah ajudan kembali staf biasa. Pernah bendahara barang masa Sekwan Pak Ridwan Batubara dan Pak Nurdin Lubis. Saya baru diamanahi jabatan ketika Pak Nurdin Lubis menjabat Sekwan. Saya ajudan beliau sekaligus Kasubag Perawatan Bagian Umum sedari tahun 2004-2010 dengan pangkat penata Gol III/C,” cetusnya bangga. Kini Anda telah dipercaya sebagai Kabag Umum sejak 2014-sekarang berpangkat Penata Tingkat Satu Gol III/D. Apa masih ada obsesi hidup yang ingin dicapai ? Effendi justru terdiam sejenak. Sembari menandatangani beberapa surat yang dibawa staf, Effendi menegaskan tidak punya keinginan luar biasa selain bekerja sebaik-baiknya. Bagi Effendi, jabatan yang diemban adalah amanah dan merupakan karunia besar Sang Kuasa yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. “Karena usul Pak Randiman Tarigan ke Gubsu, maka saya dipercaya sebagai Kabag Umum. Saya juga terus terkesan nasihat Pak Nurdin Lubis yang banyak membimbing mental/moral ketika beliau Sekwan. Saya dipesankan Pak Nurdin agar tahu diri dalam hidup. Beliau banyak mendorong saya hingga bisa seperti sekarang,” ungkap Effendi merendah, dengan mata berkaca-kaca.
Lalu, apa target hidup dan pekerjaan kedepan ? Effendi mengingatkan bahwa dari pegawai honor menjadi Kabag Umum merupakan suatu keniscayaan. Dia percaya, menuntaskan sisa pengabdian melalui semangat kerja yang lebih baik, sebelum akhirnya pensiun pada tahun 2020, adalah prioritas utama yang selalu dimaksimalkan. Sebab setelah pensiun Effendi bertekad menguatkan keindahan hidup dengan menunaikan ibadah haji. “35 tahun saya di DPRD Sumut. Dari honor dapur, melayani 9 Sekwan hingga Kabag Umum. Saya mencintai pekerjaan walau kerja buat kopi/teh di dapur. Saya ikhlas apapun tugas yang datang. Saya tetap loyal apapun perintah atasan. Kalo ada urusan dengan kebijakan Dewan, saya tetap minta petunjuk pimpinan,” tutup ASN yang pada April 2016 harusnya naik Gol IV/B pangkat Pembina Tingkat Satu. (BUDIMAN PARDEDE/PARIWARA)