www.MartabeSumut.com, Medan
Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara (DPRDSU) menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) membahas pembangunan jalan tol dan jalan layang rute Medan-Berastagi, Kamis (5/9/2019) pukul 10.50 WIB. Usai mendengar para pihak bicara, Komisi D DPRDSU akhirnya mengeluarkan 3 rekomendasi.
Baca juga: Massa ke Gedung DPRDSU, Tuntut Pembangunan Jalan Tol Medan – Berastagi
Pengamatan www.MartabeSumut.com, RDP dipimpin Ketua Komisi D DPRDSU Sutrisno Pangaribuan. Dihadiri anggota Komisi D DPRDSU seperti Fahrizal Efendi Nasution, SH, Layari Sinukaban dan Yantoni Purba. Sementara pihak eksternal tampak Bupati Karo Terkelin Brahmana, Ketua Ikatan Cendikiawan Karo (ICK) Prof Dr Budi Sinulingga, pejabat Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Wilayah I Medan Cut Retno, Dinas PU Pemkab Deli Serdang (DS), Amat Ismail, mewakili Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi Provinsi Sumut T Erika F Hutapea, Staf Bupati Dairi, SCh Bantjin, Kabid PRD Dinas Perkim Kota Medan Indri Meiyanti serta Julianus dari Forum Masyarakat Nasional (Formanas). Tiga kesimpulan RDP yang dikeluarkan Komisi D DPRDSU diantaranya, pertama, meminta pemerintah pusat segera mengalokasikan anggaran pembangunan jalan tol dan jalan layang rute Meda- Berastagi. Kedua, meminta pemerintah pusat dan Bappenas melakukan studi dan kajian akademis pembangunan jalan. Ketiga, meminta Gubsu, DPRDSU dan seluruh kepala daerah di Sumut menemui Presiden RI untuk bersama-sama menyampaikan usulan pembangunan jalan tersebut. Bahkan forum RDP sepakat menjadikan usulan sebagai perjuangan bersama seluruh warga Sumut, untuk selanjutnya dibawa ke Komisi V DPR RI, Wakil Ketua DPR RI dan Kementerian PUPR di Jakarta pada Jumat (6/9/2019).
Baca juga: Ganti Rugi Lahan Imbas Jalan Tol Kisaran-Tebing Tinggi, Warga Keberatan Disarankan Cari Celah Baru
Solusi Masa Depan Jalan Layang Rp. 400 Miliar
Sebelumnya, masih pantauan www.MartabeSumut.com saat RDP, Ketua ICK Budi Sinulingga menegaskan, ada banyak usulan yang telah disampaikan kepada DPRDSU bahkan pemerintah pusat (Kementerian PUPR). Namun tinggal menunggu politik anggaran pemerintah pusat dan DPR RI. “Kalo usul kami, yang jadi solusi masa depan adalah pembangunan jembatan layang 1.600 M berbiaya Rp. 400 Miliar. Bukan rencana Kementerian PUPR dengan pelebaran jalan 2 titik sepanjang 4.600 M berbiaya Rp. 80 Miliar. Rencana ini tidak efektif, sayang uangnya,” Ingat Budi. Dia memastikan, hingga kini belum tahu persis apa rencana Kementerian PUPR dalam pembangunan jalan Medan-Berastagi. “Apa sebenarnya planning PUPR ? Apakah pemerintah mengalami keterbatasan anggaran atau memang solusi pemerintah yang Rp. 80 Miliar itu,” timpal Budi bertanya. Pejabat BBPJN Wilayah I Medan, Cut Retno, mengakui, tahun 2020 akan ada pelebaran jalan Medan-Berastagi pada 2 titik. Yaitu di STA 37 (PDAM Tirtanadi) dan STA 53 (Panatapan). Dua lokasi itu disebutnya segera dilebarkan dan masih dalam proses persetujuan. “Disainnya memang belum ada. Sebab struktur jalan sangat serius. Makanya disain tidak boleh main-main disusun. Apalagi lahan jalan kurang. Strukturnya ke lahan yang ada tapi pelebaran justru ke arah jurang,” ungkap Cut Retno, seraya menginformasikan, khusus jalan Tanjung Morawa, Saribu Dolok dan Tongging (Rawasaring) telah masuk rencana strategis (Renstra) tahun 2024 dengan alokasi dana sekira Rp. 650 Miliar. Sedangkan pejabat Dinas PU Pemkab DS Amat Ismail membeberkan, pihaknya sudah banyak melakukan upaya dan intens mewujudkan peningkatan jalan semisal di Deli Tua, Biru Biru, Bandar Baru dan sebagainya. Terutama wilayah Percut, Sunggal, Deli Tua dan Tanjungmorawa yang merupakan kantong-kantong strategis atau sering dilintasi publik. Ismail menjelaskan, Pemkab Deli Serdang memiliki keterbatasan anggaran dalam peningkaan jalan. Kendati demikian, tahun 2012 jalan di STM Hulu telah dibuka sepanjang 13 Km. “Ada kawasan hutan lindung dan konservasi di sana sehingga sulit meningkatkan jalan. Intinya, ruas jalan tersebut butuh sentuhan lebih lanjut karena merupakan wilayah perbatasan. Butuh dana BKP dari provinsi. Prinsipnya kami siap dukung jalan tol/layang Medan- Berastagi,” ucap Ismail.
Baca juga: Delmeria Ingatkan Jalan Rusak ke Kawasan Wisata Langkat, Hidayati: Kami Sudah Koordinasi dengan PU
Baca juga: Jalan ke Kawasan Wisata Bahorok & Tangkahan Langkat Rusak, Delmeria Imbau Pemprovsu Memperbaiki
Dampak Macet Timbulkan Beragam Kerugian
Beberapa elemen Formanas ikut angkat suara. Mulai dari mahasiswa, pemuda, pedagang, masyarakat transportasi hingga perwakilan warga Simalungun dan Karo yang terdampak kemacetan rute Medan-Berastagi. Aspirasi pembangunan jalan tol dan jalan layang Medan-Berastagi diyakini satu-satunya cara memupus beragam kerugian besar akibat kemacetan. Suara-suara tersebut disampaikan Julianus, Petrus Sembiring, Jusuf Ginting dan beberapa unsur lainnya. Julianus menilai, Formanas datang untuk mendorong pembangunan infrastruktur. “Kami gak ada info sampai sekarang, kok jalan Medan-Berastagi selalu macet ? Kenapa tak ada solusi,” herannya. Petrus Sembiring mewakili kalangan tansportasi, menyebut, sampai sekarang rute Medan-Berastagi ditempuh kendaraan 7-8 jam. Padahal biasanya hanya 2 jam. “Sopir tak dapat apa-apa dari pangkalan, spare part kendaraan sering rusak dan banyak kerugian tak terduga muncul. Dampak wisata jatuh. Orang gak datang lagi ke Tongging dan Berastagi lantaran takut macet atau cemas bermalam di jalan. Ruas jalan layang dan jalan tol Medan-Berastagi harus terwujud,” harapnya.
Pedagang Rugi Rp. 59 Juta/Hari
Jusuf Ginting selaku Ketua Harian Pedagang Pasar Tradisionil Medan, mengungkapkan, di Kota Medan terdapat 52 pasar. Ruas jalan Medan-Berastagi sepanjang 74 Km yang setiap hari macet dinilainya berdampak buruk terhadap mutu bahan baku tradisional yang dibawa dari Kab Karo ke Kota Medan. “Busuk semua di jalan. Pedagang kami sekira 3.500 orang selalu merugi Rp. 50 juta per hari. Lintasan Tanah Karo-Kota Siantar juga macet. Harga cabe Rp. 50 ribu/Kg. Namun ketika busuk atau tidak segar, maka kualitas harga ikut anjlok. Kerugian pedagang sangat besar,” cetusnya. Warga Simalungun dan Karo menginformasikan, dampak macet juga mengancam jiwa pasien yang dibawa ambulance tatkala melintasi rute Medan-Berastagi. Terakhir, Bupati Karo Terkelin Brahmana meyakini, wisatawan yang berkunjung ke Danau Toba akan mendapati panorama paling indah bila melintas dari Tanah Karo. Alasannya, terang Bupati, ketika pengunjung berangkat dari Medan, maka setiap mata akan disuguhi keindahan alami puncak gunung. Kemudian bisa menikmati hawa sejuk serta dapat menyaksikan pemandangan menakjubkan dengan keramahan warga setempat. “Saya klaim, dari Karo-lah jalan terbaik menuju Danau Toba. Kita bawa isu mana sekarang untuk pembangunan jalan Medan-Berastagi ? Acuannya tetap Perpres 62/2011 tentang rencana tata ruang kawasan Medan, Binjai, Deli Serdang dan Tanah Karo (Mebidangro). Semua berangkat dari Perpres tersebut. Ayo kita majukan sama-sama,” ajak Bupati. (MS/BUD)