NAMANYA M Akbar. Lahir di Medan 28 April 2000. Kendati masih belia, toh Akbar sudah 3 tahun memutuskan berjualan kue keliling usai keluar sekolah. Tekadnya cuma ingin mandiri dan membantu beban orangtua.
Awalnya Akbar menolak diwawancarai. Maklum, selain tidak menyangka akan ditanya wartawan saat berjualan kue di ruang Inpro Sekretariat DPRD Sumut Jalan Imam Bonjol Medan, usia relatif muda mungkin saja membuatnya malu berinteraksi dengan orang asing. Namun warga Jalan Asrama Bumi Asih Blok D No 55 Kel Dwikora Kec Medan Helvetia itu akhirnya tak mampu menolak. “Aku mau mandiri dan bantu-bantu orangtua Bang. Pulang sekolah jualan kue buatan mamak dan buatan orang lain,” ucap Akbar pelan, mengawali percakapan dengan www.MartabeSumut.com, Selasa (20/12/2016) pukul 11.00 WIB.
Tiap Hari Jualan Kue
Anak ke 4 dari 4 bersaudara iini menjelaskan, bapaknya kerja pada salah satu bengkel mobil di kawasan Krakatau. Sementara sang ibu di rumah membuat kue untuk dijual. Menurut pelajar Kelas I SMA Persit II Jalan Gaperta Medan ini, dagangan yang dijual diantaranya kue bawang, kue ubi ungu wijen, kue kentang keju, kue jagung, kue brokoli dan kue keju goreng. Harganya berkisar Rp. 12 ribu hingga Rp. 13 ribu. “Aku sekolah pagi, pulang jam 1 siang. Lalu makan di rumah dan jam 2 siang jualan sampai pukul 5 sore,” terang Akbar, seraya menambahkan, tiap hari membawa 2 pelastik besar berisi 60 bungkus kue yang berasal dari ibunya dan diambil dari orang lain. Sejak kapan jualan kue dan apa pendapat orangtua? Buah kasih M Arifin (58) dan Herlina Arsyad (52) tersebut mengaku sudah berjualan kue ketika duduk dibangku kelas II SMP. Sedangkan orangtua disebutnya tidak melarang sepanjang kewajiban sekolah tetap nomor satu. “Aku mau mandiri Bang. Senang bisa bantu-bantu orangtua. Aku tidak digaji orangtua tapi sekali seminggu diberi jajan Rp. 130 ribu. Uang aku pakai seperlunya. Kalo ada sisa ditabung,” katanya.
Bila banyak mendapat uang tip dari pembeli, Akbar pun menyatakan menyisihkan untuk infak mesjid. Dia membeberkan, rute berjualan sehari-hari ke kantor DPRD Sumut, kantor Walikota Medan, kantor Bank Mandiri, kantor Bank BRI, kantor Gubsu hingga beberapa kantor swasta lain. Percakapan terhenti sejenak. Kabag Inpro DPRD Sumut Dra Nuraini, MSP dan Kasubag Hamdan Rifai G, SH ikut terenyuh mendengar dari jarak 2-5 Meter. Serius mengamati bocah tergolong kurus itu tatkala menjawab pertanyaan demi pertanyaan. Lalu, bagaimana prestasi sekolah ? Akbar justru jelalatan memandangi beberapa staf PNS/honor yang sedari awal “nguping” suasana wawancara. Sembari meremas erat 2 pelastik besar berisi beberapa bungkus kue, Akbar memastikan sekolahnya tidak ketinggalan. Bagi dia, hingga kini nilai rata-rata rapor mencapai 7,5. “Sekolah tidak terganggu Bang. Alhamdulillah kue juga selalu habis terjual atau sisa 2 bungkus,” tutup remaja yang bercita-cita masuk Akpol tersebut. (MS/BUD)