MartabeSumut, Medan
Sudah 16 tahun era reformasi berjalan tapi negara Indonesia masih belum berjalan baik. Sepanjang reformasi, kualitas pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) merosot terus karena kalangan legislatif (wakil rakyat) dan pejabat eksekutif (pemerintah) banyak yang korupsi. Rakyat cape memilih saat Pemilu namun anggota Dewan dan pemerintah yang dipilih justru seenaknya merampok uang rakyat.
Pernyataan keras tersebut dilontarkan Ketua Umum Partai Keadilan Persatuan (PKP) Indonesia Sutiyoso saat berkampanye di hadapan ribuan kader, simpatisan dan massa, Selasa siang (1/4/2014). Pengamatan MartabeSumut, kampanye PKP Indonesia dimulai pukul 14.30 WIB. Dengan mengenakan ulos dan pakaian adat Batak, plus celana panjang putih serta baju seragam merah PKP Indonesia, Sutiyoso memastikan, setelah 7 tahun pensiun dan 10 tahun pernah menjabat Gubernur DKI Jakarta, dirinya tidak pernah tersandung kasus korupsi. “Sampai saat ini saya tidak pernah bermasalah dan tidak pernah korupsi,” aku Sutiyoso
Elite Parpol Sekadar Cari Kekuasaan
Sutiyoso mengungkapkan, realita buruk sistem tata negara Indonesia selama ini telah memposisikan elite Partai Politik (Parpol) sekadar mencari kekuasaan tanpa memikirkan keletihan rakyat yang menggunakan hak politik masing-masing dalam setiap pentas Pemilu. Artinya, lanjut purnawirawan TNI AD berpangkat Letnan Jenderal ini, setelah rakyat memilih anggota Dewan atau pejabat pemerintah, kecenderungan yang mucul adalah melupakan rakyat dan tidak berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat. Dari sisi ekonomi, kata Sutiyoso mencontohkan, Indonesia merupakan negara subur, strategis dan kaya sumber daya alam. “Kita negeri kaya raya tapi rakyat belum sejahtera. Makanya ekonomi negara ini perlu diperbaiki,” ingatnya. Sementara menyangkut pembangunan hukum, Sutiyoso menilai masih berjalan lemah sebab hukum selalu tajam ke bawah namun tumpul ke atas. Pencuri uang rakyat yang menyimpan uang ke Singapura disebutnya masalah serius yang pantas ditelusuri. Menyinggung pembangunan bidang pendidikan dan kesehatan, Sutiyoso menyatakan tekad memberikan secara gratis. “Pendidikan dan kesehatan rakyat harus gratis. Saya akan lakukan untuk seluruh rakyat indonesia,” janjinya. Pada bidang pertahanan keamanan, Sutiyoso mengakui Indonesia memerlukan wibawa TNI dan Polri yang lebih kuat lagi. Sehingga tidak muncul sosok TKI yang dilecehkan atau ada wilayah Indonesia yang diterobos negara asing. “Kenapa kita sering dilecehkan negara tetangga? Padahal kita negara merdeka dan bukan berdarah-darah,” herannya. Sutiyoso berkeyakinan, semua program memajukan Indonesia yang disebutkan itu hanya bisa terwujud bila rakyat Sumut dan warga negara Indonesia mempercayakan PKP Indonesia sebagai pemenang Pemilu 2014. “Kita laksanakan semuanya kalo PKP Indonesia menang Pemilu. Paling tidak DPT Sumut menyumbang 2 kursi DPR RI, 15 kursi di DPRD Sumut dan sedikitnya 3 kursi untuk DPRD kab/kota se-Sumut,” beber Sutiyoso soal target perolehan suara minimal PKP Indonesia di Sumut.
Golput Bukan Pilihan
Oleh sebab itu, Sutiyoso mengimbau kader, simpatisan, massa PKP Indonesia dan seluruh rakyat Indonesia agar datang ke tempat pemungutan suara (TPS) pada Pemilu Legislatif 9 April 2014. “Golput bukan pilihan. Datanglah ke TPS. Tapi ingat, jadilah pemilih cerdas. Pilih Parpol yang tidak korup seperti PKP Indonesia. Kita tidak mempersoalkan perbedaan. Saya Jawa dan Islam tapi semua sama dalam bingkai Pancasila. PKP Indonesia partai top serta menjadi alternatif pilihan. Kota Medan tergolong hebat. Saya sudah kampanye di 11 titik. Sekarang titik ke-12 di Medan. Dan Medan hebat. I love you,” seru Sutiyoso, diikuti tepuk tangan dan yel-yel massa.
Masih berdasarkan pantauan MartabeSumut, tepat pukul 15 .30 WIB, Sutiyoso memanggil beberapa pedagang kacang, sate dan gorengan dari atas panggung kampanye. Semua dagangan langsung diborong Sutiyoso dan diikuti aksi massa yang berebutan mengambili dagangan yang sudah dibeli. Sutiyoso juga memperkenalkan Caleg-caleg PKP Indonesia yang hadir. Kemudian di akhir kampanyenya Sutiyoso menyanyikan lagu berjudul Sing Sing So dan Anak Medan. Sementara pelanggaran aturan semisal keterlibatan anak-anak kecil juga masih terlihat di arena kampanye. Kemudian massa yang berkendaraan melanggar aturan lalulintas. Kemacetan lalulintas terjadi di bundaran Lapangan Merdeka namun tidak terlalu parah. (MS/BUD)