www.MartabeSumut.com, Medan
Ribuan orang berbendera Mahasiswa Medan Bersatu unjukrasa ke gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara (DPRDSU) di Jalan Imam Bonjol Medan, Selasa (24/9/2019) pukul 13.10 WIB. Massa memprotes bencana asap yang telah melanda wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Selain itu, demonstran juga menyesalkan revisi UU KPK yang telah disetujui pemerintah pusat dan DPR RI. Demonstran mulai anarkis pukul 15.30 WIB. Barikade kawat berduri dihancurkan dan batu berterbangan dari kerumunan massa ke arah gedung DPRDSU dan polisi. Akibatnya, kaca-kaca gedung DPRDSU pecah dan 1 wartawan foto, Arman, terkena batu sehingga keningnya mengeluarkan darah.
Baca juga: Dua Gelombang Aksi ke DPRDSU: Tolak RUU Pertanahan & Dukung Revisi UU KPK
Pengamatan www.MartabeSumut.com, ribuan pengunjukrasa memenuhi ruas jalan Imam Bonjol Medan depan gedung DPRDSU dari simpang Paladium hingga simpang Bank Mandiri-Lippo. Mereka berdiri membawa spanduk dan poster-poster mengisi semua bahu jalan. Ruas jalan terpaksa ditutup total oleh polisi. Barikade kawat berduri juga dipasang di depan gedung Dewan. Seorang pengunjukrasa, dalam orasinya dari atas mobil komando, mengatakan, musibah bencana asap yang kembali terjadi di Indonesia tidak terlepas dari keterlibatan oknum aparat dan pejabat korup. “Bagaimana mungkin aparat dan pejabat yang memiliki anggaran besar serta teknologi tinggi kalah sama pembakar hutan ? Katanya 30 menit sebelum kebakaran bisa ketahuan titik merah apinya, tapi kok sekarang dari Sabang sampai Merauke muncul bencana asap,” herannya, diikuti yel-yel massa “aparat dan pejabat makan suap, rakyat menghirup asap”. Dengan teknologi canggih saat ini, ucap dia lagi, harusnya mudah diketahui penyebab dan pelaku pembakaran hutan. Sebab hutan disebutnya bukan terbakar tapi dibakar oleh korporasi. “Pengusaha berani bakar hutan karena dilindungi oknum-oknum aparat dan pejabat korup. Kalian anggota DPRDSU terpilih masih santai dan senang setelah terpilih. Tugas kalian bukan memperkaya diri namun melindungi rakyat. DPRDSU jangan acuh tak acuh. Kalian Dewan pengkhianat rakyat, eee… salah maaf, Dewan Perwakilan Rakyat. Lindungilah rakyat,” teriaknya.
Baca juga: Empat Gelombang Demo ke DPRDSU, Tuntut Evaluasi Kadis Pariwisata Sumut, Tolak & Dukung Revisi UU KPK
Baca juga: Massa ke DPRDSU, Serukan Pencopotan Plt Kadis Pendidikan Batubara Ilyas Sitorus
Baca juga: Demonstran Dukung Revisi UU KPK, Anggota DPRDSU Nezar Djoeli Yakin Penyadapan Butuh Pengawasan
Revisi UU KPK Bukan Keinginan Rakyat
Tetap dari atas mobil komando, seorang pengunjukrasa lain menyampaikan orasi seputar revisi UU KPK. Menurut dia, keberadaan pimpinan KPK dari unsur polisi patut dipertanyakan. Pasalnya, revisi UU No 30/2002 tentang KPK tidak mencerminkan keinginan rakyat. “KPK itu mengembalikan uang rakyat, bukan menanam uang rakyat. Seleksi Capim KPK banyak melanggar hukum. Mahasiswa harus mengawal independensi KPK. Jangan sampai uang kita disalahgunakan,” cetusnya, sembari membeberkan, aksi massa awalnya diharapkan 700 orang tapi yang hadir mencapai 3.000 lebih. Dia memastikan, revisi UU KPK adalah persekongkolan pemerintah pusat dan DPR RI untuk melindungi kepentingan pejabat merampok uang rakyat serta melindungi koruptor. “Ada 2 pimpinan KPK terpilih yang tersandera banyak masalah. Mahasiswa Medan tidak sepakat dengan keputusan merevisi UU KPK,” tegasnya.
Massa Mulai Anarkis
Masih pantauan www.MartabeSumut.com, pukul 15.00 WIB aksi massa terlihat terbelah menjadi 2 bagian. Sebagian mulai menerobos barikade kawat berduri dan tampak anarkis. Kelompok lain tidak setuju dan tetap melakukan aksi damai. Nah, pukul 15.15 WIB, barikade kawat berduri di depan gedung DPRDSU diterobos dan dirusak massa yang mulai anarkis. Demonstran akhirnya anarkis pukul 15.30 WIB. Barikade kawat berduri dihancurkan dan batu mulai berterbangan dari kerumunan massa ke arah gedung DPRDSU dan aparat polisi. Satu wartawan foto, Arman, terkena batu. Keningnya pun berdarah. “Tiba-tiba kepala saya kena batu saat mengambil foto. Batu dari arah demonstran,” ungkap Arman kepada www.MartabeSumut.com sambil menunjukkan darah keluar dari keningnya. Pukul 15.55 WIB massa semakin beringas. Melempari batu ke arah polisi dan gedung DPRDSU. Untung saja polisi tidak langsung melepaskan pasukan huru-hara (tameng) menekan aksi brutal massa. Namun mengambil tindakan tegas menyemprot massa dengan air dan melepaskan tembakan gas air mata. Demonstran kucar-kacir berlarian ke lapangan benteng dan kantor Kodim 0201 BS/Medan di Jalan Pengadilan. Aksi anarkis massa pun terhenti setelah brutal sekira 5 menit. Kaca-kaca di ruang persidangan, ruang Komisi A dan ruang Komisi D DPRDSU banyak berpecahan. Batu-batu sebesar kepalan tangan orang dewasa bertebaran di ruang kerja DPRDSU serta halaman gedung Dewan. Sebanyak 55 orang yang diduga provokator diamankan polisi. Pukul 17.55 WIB, demonstran tiba-tiba kembali menyerang polisi ke gedung DPRDSU dengan lemparan batu. Melihat situasi tersebut, polisi menurunkan meriam air untuk menghalau massa. Termasuk menembakkan gas air mata bertubi-tubi ke konsentrasi mahasiswa yang beringas. Demonstran kembali kucar-kacir membubarkan diri. Puluhan polisi terus menyapu konsentrasi demonstran yang saat itu masih berkumpul di Jalan Pengadilan. Sekira pukul 19.00 WIB, aksi anarkis mahasiswa buyar. Mereka terlihat bubar berkelompok dari Jalan Pengadilan melintasi Jalan Maulana Lubis sambil berjalan kaki menuju Lapangan Merdeka.
Tiga Mobil Polisi Dibakar Massa
Terpisah, disela-sela mengawasi aksi massa, www.MartabeSumut.com mengkonfirmasi Kapolsek Medan Baru Kompol Martuasah Lumbantobing. Menurut Martuasah, sedikitnya ada 3 mobil polisi dibakar dan beberapa unit mobil lain dirusak mahasiswa. “Mereka tidak nakal lagi. Tapi sudah gak benar, anarkis,” tegas Kompol Martuasah Lumbantobing. Pada pukul 14.45 WIB, awalnya pengunjukrasa sudah diterima anggota DPRDSU dari Fraksi Gerinda seperti Harun Mustafa, Gusmayadi, Tia Anggraini, Benny Harianto Sihotang dan Azmi Yuli. Ikut pula anggota DPRDSU Fraksi PKS Ahmad Hadian, Hendro Susanto serta Dedi lskandar. Namun entah karena demonstran tak puas atau kalangan legislator salah menyampaikan tanggapan, para pengunjukrasa justru semakin beringas. Perlu diketahui, sesuai pengamatan www.MartabeSumut.com, sejak awal datang ke gedung DPRDSU, aksi mahasiswa memang sudah tidak simpatik. Berteriak-teriak menghina, menghujat dan melepaskan kata-kata kotor secara terbuka. Padahal tidak ada masalah apapun. DPRDSU dan polisi malah diteriaki konxxl bahkan anxxxg. Tak heran, bentrok antara polisi dan mahasiswa menimbulkan luka-luka antara kedua pihak. Termasuk 55 orang yang diamankan polisi. (MS/BUD)