MartabeSumut, Medan
Demi mengais rupiah, puluhan penjual terompet tahun baru rela bermalam dengan tenda di depan Taman Makam Pahlawan Bukit Barisan (BB) Jalan SM Raja Medan. Padahal, tahun-tahun sebelumnya para pedagang dadakan ini tidak pernah sampai menginap di pinggir jalan. Namun sejak 1 minggu terakhir mereka sudah bermalam dan mulai jualan pada pagi hari.
Pantauan MartabeSumut, Jumat (27/12/2013) pukul 09.00 WIB, belasan tenda tampak masih tetutup rapat. Sementara sebagian lagi sudah tampak memulai aktivitas dengan mengemasi tenda, sarapan dan memajang terompet dagangan. Setiap tenda tampak diisi minimal 2 pedagang yang terlihat masih bertampang kusam lantaran baru bangun dari tidur. “Ya, kami bermalam di tenda sejak 3 hari lalu. Kami menjual terompet pagi sampai malam hari,” ujar Eddy Siswanto (44), kepada MartabeSumut. Menurut warga Medan Tembung ini, menjual terompet tahun baru telah dilakukan sejak 3 tahun lalu di depan Taman Makam Pahlawan BB. Dia mengakui, selama berjualan terompet tahun baru tidak pernah tidur di tenda dan tidak pulang ke rumah. Namun pada penghujung tahun 2013 memasuki tahun 2014 disebutnya memerlukan kerja ekstra keras sehingga sangat merepotkan bila pulang membawa barang dagangan. “Banyak sekali terompet yang kita jual. Ukurannya besar, kecil dan sedang. Makanya saya bersama anak memutuskan bermalam di tenda agar tidak repot-repot pulang mengemasi barang dagangan,” ujar Eddy, seraya menambahkan, aktivitas menjajakan terompet mulai dilakukan sejak pukul 10.00 WIB – 24.00 WIB.
Bapak beranak 4 itu menjelaskan, terompet tahun baru berukuran besar bisa dijual seharga Rp. 50 ribu hingga 150 ribu. Sementara ukuran sedang dan kecil memiliki harga bervariasi dari Rp. 20 ribu sampai Rp. 50 ribu. Menyinggung asal terompet yang bakal dijual kepada para pemakai jasa jalan, Eddy menegaskan dibuat oleh dirinya sendiri dibantu isteri dan anak-anak. Tahun ini Eddy mempersiapkan 1.000 terompet berbagai ukuran yang siap dipasarkan kepada semua warga yang melintasi Jalan SM Raja Medan. “Semua terompet ini kami buat di rumah dengan disain sendiri. Sedangkan keuntungan relatiflah jumlahnya. Namanya juga mengais rejeki,” tepis Eddy tersenyum, menolak membeberkan keuntungan yang diperoleh bila 1.000 terompet terjual habis.(MS/GREVIN)