Kemajemukan rutinitas Ajun Inspektur Polisi Satu (Aiptu) Saut Sihombing (45) saat bertugas disiasati dengan konsep ‘easy going’. Baginya, pola serius namun santai tidak berarti memudarkan tanggungjawab.
Senyum di kulum. Itulah kira-kira pesona awal yang ditebarkan Saut kala dijumpai di Markas Kepolisian Bandara Internasional Polonia, belum lama ini. Penilaian sekilaspun tercermin seketika dan menggolongkan Saut pribadi ramah dan familiar. “Selamat siang, silahkan masuk,” ujarnya kepada Jurnalis MartabeSumut Budiman Pardede, mengawali percakapan.
Kalaulah bisa berterus terang saat itu, sebenarnya terbersit heran mengamati pria kelahiran Sidikalang 3 November 1965 itu. Sebab, seragam dinas kepolisian yang dikenakan tidak terlalu mengentalkan sosok seorang polisi namun justru terkesan santai saja bak orang-orang awam berpelesiran. “Bila kita serius terus menghadapi kehidupan ini, pasti akan kesulitan menikmati karunia yang ada,” tegasnya. Suami dari Brigadir Merry Panggabean ini mengatakan, kiat ‘easy going’ merupakan strategi penting dalam tugas dinas maupun aktivitas. Apalagi di lokasi strategis seperti Bandara Polonia Medan.
Siap Setiap Saat
Bapak dari Nicolas (9), Kristofer (6) dan Christian (3) itu menjelaskan, sebagai abdi negara polisi dituntut siap setiap saat menghadapi dinamika situasi. Hal tersebut ditegaskannya tidak bisa ditawar-tawar kendati kerap disaingi urusan keluarga/pribadi. “Tugas-tugas menyangkut pelayanan publik cukup beragam. Misalnya saja di Polonia ini. Kalau saya ketat dan serius menyikapi apapun, kan bisa repot sendiri. Makanya nyantai tapi serius,” cetus jebolan Sekolah Bintara Ujungpandang tahun 1986-1987 itu memastikan.
Menurut penggemar olahraga bulutangkis ini, pola sikap dan gaya seseorang merupakan ciri pembawaan pribadi. Berdimensi sakral manakala dianggap baik untuk selanjutnya dipertahankan. Akan tetapi, katanya, tidak sedikit pula orang yang cepat memperbaiki diri manakala dirasa ada pola yang lebih baik lagi. “Ya namanya manusia, begitulah. Masing-masing punya karakter,” aku anak ke-3 dari 8 bersaudara itu.
Menyangkut urusan keluarga dan pekerjaan, Saut menyatakan bukan pula menjadi hal yang sulit untuk disinergikan. Memberikan porsi perhatian yang tepat dipastikannya berkorelasi terhadap terciptanya harmonisasi keluarga plus semangat saat bekerja. “Sikap yang diperlukan adalah mengatur waktu, berkomunikasi serta memberi perhatian. Urusan keluarga dan pekerjaan harus sejalan,” tegasnya.
Pendidikan dan Karir
Dibesarkan dari keluarga yang taat beribadah, Saut menghabiskan masa kecil dan sekolah di Sidikalang. Pendidikan dasar diselesaikan tahun 1979 dari SD RK ST Yosef. Kemudian melanjut ke SMP 1 hingga tamat tahun 1983. Sementara pendidikan dari bangku SMA 1 dituntaskan Saut pada tahun 1985. “Pendidikan SD sampai SMA saya lalui di Sidikalang,” katanya. Usai menamatkan studi dari bangku SMA, Saut mencoba peruntungan. Dia hijrah ke Medan dan mendaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Darma Agung tahun 1985. Tapi ternyata hati Saut tidak sepenuhnya berada di bangku pendidikan tinggi. Sautpun memutar haluan menuju Ujungpandang dan mencoba menembus sekolah Bintara Kepolisian. “Saya sebentar saja kuliah dan selanjutnya ikut daftar Bintara Polisi. Puji Tuhan, saya diterima di Ujungpandang tahun 1986,” singkapnya.
Berbicara mengenai karir, Saut juga menganggapnya biasa-biasa juga. Sejak diterima jadi polisi, hampir 10 tahun Saut harus meniti karirnya di daerah Ujungpandang dan Menado. Lalu kembali ke Medan pada tahun 1996 dengan posisi sebagai Detasemen Markas (Denma) Polda Sumut. Mutasi tugas kembali dilalui Saut tahun 1997 sebagai anggota Polisi Jalan Raya (PJR) Polda Sumut. “Di PJR saya bertugas selama 10 tahun,” timpal bapak beranak 3 yang tinggal di Asrama Perwira Lapangan Tembak Simalingkar ini. Mulai tahun 2007 sampai sekarang, imbuhnya, tugas-tugas kedinasan berpindah lagi menuju Polsek Medan Baru.
Boleh tahu, apa kira-kira kiat ‘easy going’ saat bertugas di Polonia? Buah kasih dari St Japarel Sihombing (Alm) dan Hilderia Silalahi (71) itu kembali menebar senyum khas. Seraya menghidupkan rokok yang sedari tadi berada dijari, periwira yang sudah 3 tahun bertugas di Polonia tersebut menyatakan bahwa semua aktivitas dilalui ibarat air mengalir. “Lakukan saja hal-hal baik dan berguna bagi pribadi, keluarga dan pekerjaan. Apa yang mudah jangan dibuat susah. Selanjutnya serahkan pada Tuhan dan kita pasti enteng menjalani,” ungkap Saut diplomatis. Menyinggung kedinasan di Polonia, Saut menilai tergolong relatif aman. Umumnya tindak kriminal hanya dilatarbelakangi ketidakpuasan para penumpang.(Budiman Pardede/Foto: MartabeSumut/IKLAN PROFILE PARIWARA)