Hari Ini, Ratusan Ribu Warga Desa se-Indonesia Kepung Istana Negara Tuntut UU Desa Berkeadilan

Bagikan Berita :

www.MartabeSumut.com, Stabat

Bila tidak ada aral melintang, hari ini Jumat (14/12), ratusan ribu warga desa se-Indonesia akan melakukan unjukrasa damai ke istana negara Jakarta. Aksi tersebut bertujuan menuntut pembuatan UU Desa berkeadilan yang menjamin hak/kewenangan desa khususnya dalam bidang pembagian anggaran.

Rencana tersebut dipastikan Ketua Presidium Pusat Persatuan Rakyat Desa (Parade) Nusantara H Sudir Santoso, SH, MH, kepada MartabeSumut.com, disela-sela acara Panel Diskusi Partisipasi warga memasuki Pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Pilgubsu) 2013 yang diselenggarakan Lembaga Swadaya Masyarakat Derap Wartawan dan Pusat Edukasi Rencana Sosial Sumatera Utara (LSM Dewan PERS Sumut) bekerjasama dengan Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpol Linmas) Sumut, Kamis sore (6/12) di Stabat Langkat. Menurut Sudir, keberadaan UU No 5 tahun 1979, UU No 22 tahun 1999 dan UU No 32 tahun 2004 yang ada saat ini, semuanya hanya aturan kaku yang memaksa serta mewajibkan pokok-pokok pemeritahan desa tanpa pemberian hak/kewenangan jelas dalam bidang anggaran maupun hak politik. “Parade Nusantara akan memaksa DPR RI dan Pemerintah Puat melahirkan UU Desa yang berkeadilan terkait pembagian ‘kue pembangunan’. Sebab hingga kini terdapat 71.682 desa di Indonesia yang tidak diberi porsi adil. Makanya Parade Nusantara hadir di Indonesia dan mengajak ratusan ribu warga Desa ke istana negara untuk menuntut perimbangan keuangan yang adil bagi desa selaku ibu kandung dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” tegasnya.

Desa = Ibu Kandung NKRI

Sebelumnya, saat berbicara sebagai salah satu narasumber dalam Panel Diskusi Panel Diskusi Partisipasi warga memasuki Pilgubsu 2013 yang diselenggarakan LSM Dewan PERS Sumut, Sudir memastikan, desa-desa yang ada saat ini sebenarnya merupakan ibu kandung Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dianggap sepele oleh pemerintah berkuasa. Menurut Sudir, sejarah mencatat, sebelum NKRI lahir, sudah lebih dulu ada desa-desa yang dipenuhi oleh beragam masyarakat.

Celakanya sekarang, lanjut Sudir, dari sekira 71.682 jumlah desa yang ada di Indonesia, sampai sekarang belum diberi porsi/hak yang adil terkait pembagian ‘kue anggaran’ pembangunan desa maupun hak politik. Dia membeberkan, mengacu APBN tahun 2012 yang mencapai Rp.1.300 Triliun, puluhan ribu desa hanya mendapat porsi sebesar Rp. 17 Triliun atau 1,3 % saja. Idealnya, timpal Sudir, rakyat di desa sangat pantas mendapat porsi sepadan dari ‘kue APBN perusahaan NKRI’. “Namun faktanya rakyat di desa masih terus miskin, tertinggal, sengsara dan justru tidak pernah diperhatikan,” sesalnya.

Pada sisi lain, Sudir juga menilai kalau rakyat di desa dimarginalkan dan diperlakukan sangat tidak adil. Rakyat desa kerap hanya sebagai objek bagi eksekutif, legislatif dan yudikatif tanpa memberikan hak/kewenangan selain kewajiban yang tidak mensejahterakan. “Parade Nusantara bertekad mempersoalkan perimbangan keuangan yang adil bagi desa selaku ibu kandung NKRI,” ujarnya, sembari menambahkan, data Sensus tahun 2010 menyatakan ada 230 juta jiwa rakyat Indonesia dan 80 % masyarakat tinggal di pedesaan. “Artinya, rakyat Indonesia di desa sepatutnya menjadi pemegang saham mayoritas pada perusahaan NKRI,” timpal Sudir lagi, di hadapan 300-an peserta Panel Dikusi dari unsur SMU, mahasiswa, OKP, LSM, guru-guru dan masyarakat umum Kab Langkat.

Rakyat Desa Belum Berdaulat dalam Politik

Menyinggung partisipasi rakyat tatkala menghadapi pesta demokrasi Pileg, Pilpres 2014 dan khususnya Pilgubsu 2013, Sudir menegaskan kondisinya tidak jauh berbeda. Masyarakat desa tetap tidak diberi hak berdaulat dalam bidang politik selain pragmatisme politik. Dia menilai, rakyat desa cuma dianggap buih kecil yang setiap saat dapat digelombangkan oleh arus deras. Bagi Sudir, upaya memberi pendidikan politik secara benar oleh pihak berkepentinan seperti pemerintah dan Parpol tak kunjung terlihat di pedesaan. “Rakyat desa itu perlu diajak, bukan diejek. Perlu dirangkul dan bukan malah dipukul. Tolong diingat ya, pakailah hati nurani dalam setiap Pemilu lokal kepala daerah, pemilu legislatif hingga pemilu presiden. Karena saat ini ada 78% kepala daerah yang dipilih langsung oleh rakyat terlibat korupsi,” singkap Sudir.

Panel diskusi yang dipandu moderator Ketua LSM Dewan PERS Sumut Budiman Pardede, S.Sos, juga menghadirkan 3 pembicara lain. Diantaranya; Kepala Kesbangpol Linmas Sumut yang dibawakan Drs Sudarto Purba, MAP, Dinas Kominfo Sumut oleh Drs Ahmad Syam, MA dan Pembina LSM Dewan PERS Sumut yang juga anggota Komisi A DPRDSU Drs H Raudin Purba. Kegiatan Panel Diskusi partisipasi warga memasuki Pilgubsu 2013 dibuka Plt Gubsu Gatot Pujo Nugroh, ST, diwakili Kabid Kesbangpol Linmas Sumut Muhammad. Tampak hadir dalam kegiatan itu Kadis Kominfo Sumut Dr Asren Nasution, MA, Bupati Langkat Ngogesa Sitepu diwakili Kaban Kesbangpol Linmas Langkat Sulistianto, Ketua Parade Nusantara Sumut Indah, Ketua GRIB Sumut Darwin Syamsul dan undangan lainnya. (MS)

Bagikan Berita :

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here