Wabah Difteri Landa Indonesia, dr Leonard SM Pardede, Sp.OG: Rajin Cuci Tangan & Jauhi Keramaian

Bagikan Berita :

www.MartabeSumut.com, Medan

Beberapa waktu lalu Kementerian Kesehatan Indonesia telah menetapkan wabah Difteri sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Pasalnya, Difteri sudah menyerang 29 kab/kota 20 provinsi di Indonesia. Kondisi ini tentu saja membuat cemas kalangan orangtua. Namun dr Leonard SM Pardede, Sp.OG, meminta orangtua tetap tenang sembari memahami wabah sekaligus cara pencegahan dini penyakit tersebut.

Menurut dr Leonard Pardede, Difteri adalah penyakit pada selaput lendir hidung dan tenggorokan. Disebabkan infeksi bakteri Corynebacterium Diphtheriae dan sangat mudah tertular melalui bersin atau batuk-batuk dari orang ke orang. Penyakit Difteri dipastikannya sangat fatal serta berbahaya karena mempengaruhi seluruh tenggorokan. “Memiliki serat seperti membran yang dapat menghambat saluran udara. Bisa merusak hati, susunan syaraf hingga organ vital lain,” terang dr Leonard Pardede kepada www.MartabeSumut.com, saat dikonfirmasi melalui jejaring pesan WhatsApp, Minggu siang (10/12/2017).

Sasaran Difteri Anak-anak

Jebolan Fakultas Kedokteran Umum USU Medan ini melanjutkan, sasaran Difteri umumnya anak-anak. Sebab daya tahan tubuh anak kecil masih sangat rendah dibanding orang dewasa. Kebiasaan tidak menjaga kebersihan dan tidak mencuci tangan disebutnya menjadi faktor utama penyebaran wabah Difteri. “Orangtua patut jeli mengawasi anak. Ajak mereka menjaga kebersihan dan rajin mencuci tangan. Pakaikan masker kepada anak bila membawanya ke pusat keramaian. Kalau bisa, sedapat mungkin jangan bawa anak-anak ke tempat keramaian,” ingat dr Leonard Pardede. Selain upaya preventif tersebut, dr Leonard Pardede menjelaskan pula cara mencegah Difteri melalui immunisasi. Dia merinci, bayi dibawah 1 tahun harus diimunisasi 3 kali, bayi umur 18 bulan 1 kali sedangkan anak SD 1 kali.

Pemilik Rumah Sakit Ibu Anak (RSIA) Kasih Herlina Timika Papua itu membeberkan, gejala anak terserang Difteri bisa dilihat dari beberapa gejala. Diantaranya demam tinggi dengan suhu tubuh 38 derajat Celcius, selaput putih di tenggorokan, terasa sakit setiap menelan sesuatu, suara serak, pembesaran kelenjar getah bening dan disertai sesak nafas. Kemudian anak-anak sering merasa sakit kepala, menggigil dan demam hingga batuk-batuk. Oleh sebab itu, dr Leonard Pardede menyarankan orangtua di Indonesia tetap waspada mengantisipasi dini penularan wabah Difteri. “Penyakit ini sangat serius. Jadi jangan main-main. Ayo kita perangi Difteri bersama-sama,” imbau dr Leonard SM Pardede, Sp.OG. (MS/BUD)

Bagikan Berita :

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here