www.MartabeSumut.com, Medan
Dunia pendidikan kembali tercoreng. Bukan apa-apa, pimpinan SMK Manajemen Penerbangan di Jalan Selamat Ketaren Komplek MMTC Blok A Medan membiarkan pelajar laki-laki dan perempuan tinggal bersama dalam 1 asrama. Para pelajar putra dan putri terlihat mesra di dalam 1 kamar layaknya suami istri tanpa pengawasan pengelola asrama atau pihak sekolah. Fakta empiris miris tersebut diperoleh www.MartabeSumut.com sesuai pengamatan dan vidio dari sumber yang pantas dipercaya. Celakanya, pimpinan SMK dibawah naungan Yayasan Citra Dharma Riau, itu justru tidak tahu sejak kapan 40-an siswanya hidup bersama bak kumpul kebo.
Adalah S, warga William Iskandar Komplek MMTC yang mengungkapkan kepada www.MartabeSumut.com, Rabu siang (13/12/2017). S tinggal di depan asrama pelajar SMK Manajemen Penerbangan. Jarak asrama ke lokasi SMK Manajemen Penerbangan Jalan Selamat Ketaren hanya berkisari 300 Meter atau sekira 10 menit berjalan kaki. Menurut S, sedikitnya ada 20 pelajar perempuan dan 20 pelajar laki-laki yang tinggal dan hidup bersama macam suami istri di asrama/ruko 4 lantai itu. “Gak ngerti juga sejak kapan dan kenapa pelajar cewe – cowo bisa tinggal 1 asrama. Coba tanya sama Kepala Sekolah (Kepsek) saja Bang,” ucap S, sembari meminta namanya tidak ditulis.
Tepat pukul 13.30 WIB, www.MartabeSumut.com meluncur ke gedung SMK Manajemen Penerbangan Medan di Jalan Selamat Ketaren. Saat dikonfirmasi, Pjs Kepala Sekolah Henni Syafitri, SE, didampingi Staf Tata Usaha Intan Permata. Keduanya terlihat tenang tanpa rasa risau sedikitpun. Menurut Henni, penghuni asrama memang pelajar SMK Manajemen Penerbangan namun keberadaan asrama tidak ada hubungan dengan sekolah. “Asrama dikelola pihak ketiga. Siswa kita di sana kurang lebih 35 orang. Berapa jumlah cewe dan cowo saya kurang tahu pasti. Asrama itu milik pribadi Rahmat Ilham Manurung, SE. Dulu dia Kepsek SMK Manajemen Penerbangan tapi sekarang tidak lagi,” ungkap Henni.
Sekolah Tak Tahu Sejak Kapan Terjadi
Sejak kapan pelajar hidup macam kumpul kebo di asrama ? Henni menyatakan tidak tahu persis sebab selama ini aktif sebagai guru biasa sebelum akhirnya diangkat Pjs Kepsek. Bila ruko asrama itu milik pihak ketiga, kenapa ada pelang tertulis “Asrama/Mess SMK Manajemen Penerbangan” ? Henni terdiam sesaat. Bagi dia, inilah yang akan diselesaikan pihak SMK dengan pemilik asrama Rahmat Ilham Manurung, SE. Dan ketika dikejar lagi bahwa pimpinan SMK Manajemen Penerbangan telah lalai mengawasi siswa dan punya tanggungjawab moral atas realitas miris tersebut, Henni kembali sulit memberi jawaban. “Kami akan mengamankan situasi itu secepatnya Pak. Pimpinan dan Yayasan juga baru tahu pada 8 Desember 2017. Makanya saya diangkat Pjs Kepsek dan Kepsek lama Pak Rahmat Ilham Manurung dinonaktifkan,” singkapnya.
Henni Syafitri memastikan, intinya pihak sekolah tidak mungkin membiarkan siswa laki-laki dan perempuan tinggal dalam 1 asrama. “Setahu saya, tempat itu resmi jadi asrama sejak 2016 atau selama 1 tahun saja. Konsep pengamanan segera kami lakukan dengan memisahkan para pelajar,” terang Henni, seraya mengatakan SMK Manajemen Penerbangan memiliki 40 guru dan 270 siswa yang didominasi perempuan. Lalu, tidak takutkah pimpinan sekolah bila terjadi hal-hal negatif yang menimpa para pelajar di asrama ? Kali ini Henni menyatakan takut. Makanya, lanjut dia lagi, ketika masalah terungkap, pimpinan sekolah langsung menegur Rahmat Ilham Manurung, SE selaku pihak ketiga pemilik asrama. Henni membeberkan, SMK Manajemen Penerbangan beroperasi sesuai izin pendirian operasional sekolah swasta yang dikeluarkan Kepala Dinas Pendidikan Medan Drs H Marasutan, MPd. SMK Manajemen Penerbangan disebutnya mengantongi Izin Nomor 420/10985/PPMP/2017. Dikeluarkan bulan Oktober 2014 dan berlaku selama 5 tahun.
Uang Pendaftaran Rp. 8 Juta
Terpisah, di areal SMK Manajemen Penerbangan, www.MartabeSumut.com bertanya pada salah satu siswa bernama Tessalonika Pardede terkait uang pendaftaran siswa baru. Dia menjelaskan, saat mendaftar di SMK Manajemen Penerbangan orangtuanya membayar Rp. 8 juta dan uang sekolah Rp. 650 ribu/bulan. Tak puas dengan penjelasan Pjs Kepsek Henni Syafitri, SE, kala itu, www.MartabeSumut.com berniat melihat lebih dekat lokasi asrama pelajar yang terletak di Jalan William Iskandar Komplek MMTC. Tapi sebelum keluar dari areal sekolah, www.MartabeSumut.com malah menyaksikan 1 mobil pick up datang ke halaman sekolah membawa barang-barang keperluan pribadi pelajar seperti ember, baju, kuali dan piring. Mobil bermuatan barang dan beberapa pelajar itu tentu saja terlihat aneh lantaran dibawa ke lokasi sekolah. Penasaran dengan pemandangan ganjil ini, www.MartabeSumut.com bertanya lagi kepada Jordan, seorang pelajar SMK Manajemen Penerbangan Kelas X. Kecurigaan pun terjawab. Ternyata Jordan tinggal di asrama tersebut. “Gak tahu kenapa Pak, tiba-tiba kami disuruh pindah. Dibawa ke sini dan mengambil semua barang-barang pribadi dari asrama,” ujarnya spontan. Jordan mengaku menetap di asrama sedari Juli 2017 dan tinggal bersama pelajar perempuan lain dalam 1 atap.
Sadar kalau Kepsek Henni Syafitri telah mengarahkan staf membubarkan semua pelajar dari asrama saat wawancara berlangsung 1 jam lalu di ruanganya, maka sekira pukul 15.20 WIB www.MartabeSumut.comlangsung melakukan penelusuran ke lokasi asrama. Nah, apa yang diduga sebelumnya tidak meleset. Puluhan pelajar laki-laki dan perempuan tampak berdiri dan bersikap panik di depan asrama sembari mengeluarkan semua barang pribadi masing-masing. Ketika ditelisik ke dalam asrama berlantai 4 ini, ditemukan kamar-kamar serta ruangan besar tempat tinggal para pelajar perempuan dan laki-laki. Lucunya lagi, ketika www.MartabeSumut.comkembali ke luar asrama, tak satu pun pelajar putra dan putri yang mau buka suara. Sementara beberapa orang yang terindikasi sebagai pembimbing/staf sekolah atau pengelola asrama, juga bungkam ketika diajak bicara. Lebih uniknya, salah satu orangtua siswa, Hj Suryana, tiba-tiba hadir di asrama dengan mengendarai 1 mobil sedan kecil warna merah. “Ada apa ini, ada wartawan datang ke sini,” ucapnya bicara terbuka. Tatkala ditemui www.MartabeSumut.com, Hj Suryana mengaku punya anak bernama Melisa Anggraini yang merupakan siswi SMK Manajemen Penerbangan Kelas XI. Dia menyatakan tinggal di Binjai dan langsung datang karena mendapat informasi dari anaknya bahwa pihak sekolah memindahkan/mengeluarkan semua pelajar yang tinggal di asrama tersebut. “Anak saya sudah 2 tahun tinggal di asrama ini,” terangnya seperti orang kebingungan. Saat disampaikan informasi bahwa pelajar laki-laki dan perempuan hidup bersama di asrama itu macam kumpul kebo, Hj Suryana langsung shock. “Astagfirullah. Saya akan temui Kepsek dulu ya,” tepisnya menghindar, karena sang suami memberi kode tidak setuju bila dirinya bicara kepada media
DPRDSU: itu Kelalaian Pimpinan Sekolah
Anggota Komisi E Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera (DPRDSU) membidangi pendidikan, Firman Sitorus, SE, menilai, apa yang terjadi di SMK Manajemen Penerbangan adalah cermin kelalaian pimpinan sekolah. Politisi Partai Hanura ini meyakini, pendidikan seyogianya bertujuan membentuk karakter dan moral generasi. Tapi pimpinan Yayasan dan SMK Manajemen Penerbangan dianggapnya remeh terhadap pendidikan etika/moral. Kendati letak asrama cuma 300 Meter dari sekolah, toh Firman mempercayai telah terjadi pelanggaran etika. “Saya rasa Kepala Dinas Pendidikan Medan perlu memanggil Ketua Yayasan Citra Dharma Riau dan pimpinan SMK Manajemen Penerbangan. Masak pelajar perempuan dan laki-laki disatukan tinggalnya ? Pendidikan harus mengajar etika yang baik,” tegas Legislator asal Dapil Sumut III Kab Deliserdang itu kepada www.MartabeSumut.com, Kamis siang (14/12/2017) melalui saluran telepon. (MS/BUD)