www.MartabeSumut.com, Medan
Camat Medan Kota Syahrul Effendi Rambe, S.Sos tidak paham fungsi dan tugasnya selaku administrator negara. penggerak administrasi pemerintahan, pengambil keputusan, pemimpin jutaan warga dan khususnya pelayan publik. Bila Syahrul Effendi Rambe, S.Sos paham fungsi sebagai pelayan publik, tentu saja dia tidak marah-marah saat dikonfirmasi wartawan hanya karena persoalan penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) yang menjadi tugasnya.
Penilaian keras tersebut dilontarkan anggota Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara (DPRDSU) Drs H Yulizar Parlagutan Lubis, MPsi, menjawab wawancara www.MartabeSumut.com, Rabu siang (25/5/2016) di gedung DPRDSU Jalan Imam Bonjol Medan. Legislator asal daerah pemilihan (Dapil) Sumut I Kec Medan Amplas, Kec Medan Kota, Medan Denai, Medan Area, Medan Perjuangan, Medan Tembung, Medan Timur, Medan Deli, Medan Marelan, Medan Labuhan dan Medan Belawan ini sempat terkejut ketika disampaikan fakta arogansi sikap Camat Medan Kota Syahrul Effendi Rambe, S.Sos. “Kecamatan Medan Kota Dapil saya loh. Tugas saya di Komisi D DPRDSU mengurusi pembangunan, listrik, lingkungan termasuk penertiban PKL. Siapa dia itu, tak kenal saya. Sadar gak dia kalau pejabat negara, PNS/ASN adalah pelayan rakyat,” geram pria yang akrab dipanggil “Bang Puli”.
Pimpinan DPW PPP Sumut ini menegaskan, siapapun orang yang menyandang jabatan publik, maka wajib hukumnya untuk melayani. Menurut Yulizar, arogansi sikap dan perilaku marah-marah Camat Medan Kota Syahrul Effendi Rambe melayani wartawan sama saja bukti kuat ketidakpatutan dirinya memegang amanah jabatan. “Dia tak siap pegang jabatan. Mungkin dia bisa jadi camat karena sesuatu yang bersifat subjektif. Nanti saya tanya ke Pak Walikota Dzulmi Eldin. Kenapa ada camat seperti itu. Malu juga saya kalo ada camat di Dapil saya sikapnya arogan. Gak jaman lagi bos, dia sangat pantas dievaluasi Walikota Medan untuk dicopot,” terang pemegang Magister Ilmu Psikologi itu.
Tak Berdaya Jalankan Tugas, Mundur Saja
Seperti diberitakan www.MartabeSumut.com sebelumnya,anggota Komisi A DPRDSU membidangi hukum/pemerintahan Dr Januari Siregar, SH, MHum, menilai, aparatur Sipil Negara (ASN/PNS) merupakan pelayan rakyat. Tugasnya harus melayani keluhan warga, memberi informasi publik hingga melayani konfirmasi wartawan. Bila ada Camat Medan Kota bernama Syahrul Effendi Rambe, S.Sos marah-marah saat dikonfirmasi wartawan hanya lantaran penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL), kata Dr Januari Siregar, berarti orangnya tidak baik, tidak kompeten dan pantas diganti. “Sikap, watak dan perilaku Camat Medan Kota Syahrul Effendi Rambe jelas tidak baik. Belum paham arti kompetensi jabatan sebagai amanah untuk melayani publik. Siapa dia itu, kok baru jadi camat sudah petenteng-petenteng jagon gitu ya ? Presiden, Menteri, Gubernur Kapolri, Kapolda, Ketua DPR, anggota DPRD, Profesor, Doktor atau pejabat tinggi lain saja mau ditanyai karena tahu tugas wartawan. Ini kok baru jadi camat sudah sipanggaron (sok jagoan dalam bahasa Batak-Red). Saya harap Walikota Medan harus ganti dia. Gak baik dia itu,” ucap Dr Januari Siregar, ketika diwawancara www.MartabeSumut.com, Selasa siang (17/5/2016) di gedung DPRDSU Jalan Imam Bonjol Medan.
Politisi Partai Keadilan Persatuan Indonesia (PKPI) ini mengingatkan, mengganti figur camat seperti Syahrul Effendi Rambe, S.Sos merupakan kebijakan mendesak untuk dilakukan Walikota Medan Dzulmi Eldin. “Ganti dia, ganti dia. Gak baik dia itu,” terang Dr Januari Siregar berulang-ulang. Bagi legislator asal daerah pemilihan (Dapil) Sumut II wilayah Medan Sunggal, Medan Selayang, Medan Tuntungan, Medan Helvetia, Medan Barat, Medan Baru dan Medan Petisah tersebut, alasan meminta Walikota Medan mengganti Syahrul Effendi Rambe, S.Sos didasari bobot seorang pejabat yang sangat tidak kompeten. Memprihatinkan sebab merusak tatanan sistem pemerintah dan aparatur lain yang tergolong baik. “Kok enteng dia menyatakan PKL tidak bisa ditertibkan? Kan sama saja dia melecehkan wibawa pejabat, camat, lurah bahkan unsur pemerintah lain. Berarti tak mampu kerja dia kalo seenaknya bilang tak ada PKL bisa ditertibkan. Dia sadar gak punya otoritas sebagai pemerintah? Harusnya dia menghasilkan kebijakan yang berpihak kepada semua pihak. Bukan bicara ngaco. Ganti dia, ganti dia, malu saya selaku warga Medan punya camat begitu,” sesal Dr Januari Siregar tak habis fikir.
Hal senada dikatakan anggota DPRDSU Zeira Salim Ritonga, SE. Menurut Zeira, Camat Medan Kota Syahrul Effendi Rambe, S.Sos seharusnya malu kepada warga Kota Medan. Sikap marah-marah saat dikonfirmasi insan Pers membuktikan ketidakberdayaan menjalankan tugas. Apalagi, pernyataan tidak bisa menertibkan pedagang kaki lima (PKL) di Jalan Gedung Arca Medan menjadi hal yang sangat tidak etis disampaikan seorang pejabat publik. “Karena Camat Medan Kota itu sudah mengaku tak mampu menertibkan PKL, ya sebaiknya mundur saja. Gak perlu merasa sudah bekerja keras tapi faktanya tak becus sehingga marah-marah saat dikonfirmasi wartawan,” cetus Zeira Salim Ritonga, SE saat dikonfirmasi www.MartabeSumut.com, Sabtu siang (14/5/2016). Politisi PKB ini berkeyakinan, bila wartawan mengkonfirmasi seorang pejabat publik tentang hal yang baik, sepatutnya berterimakasih, bersikap wajar, terbuka dan tidak perlu malah marah-marah tanpa alasan jelas. “Kenapa marah kalo tugasnya yang ditanyakan ? Media itu pintu dan jembatan bagi birokrasi dalam mempublikasikan kebijakan. Dengan media semua orang bisa tahu dan memahami kerja pemerintah. Media itu harusnya dijadikan Camat Medan Kota Syahrul Effendi Rambe sebagai mitra, bukan cari lawan,” sindirnya.
Sikap Syahrul Effendi Rambe Tidak Bijak
Politisi muda yang saat ini menjabat Ketua Komisi C DPRDSU tersebut menilai, setelah membaca kronologis kejadian, jelas terlihat bahwa sikap Camat Medan Kota Syahrul Effendi Rambe sangat tidak bijak. Buktinya, kata Zeira lagi, awalnya konfirmasi dimandatkan kepada Sekcam namun Camat Medan Kota Syahrul Effendi Rambe justru muncul mengambil alih dan marah-marah. “Media itu sangat membantu, sadar gak dia ? Camat itu digaji negara, harusnya sebagai pejabat publik dia malu berperilaku begitu. Wajar saja Kota Medan semakin amburadul bila ada lurah dan camat seperti sikap Syahrul Effendi Rambe. Saya kritik Pemko Medan ya, pembangunan kota sekarang sangat amburadul, termasuk keberadaan PKL dimana-mana,” tegasnya, sambil menambahkan, bebasnya PKL di kawasan publik/Jalan Gedung Arca Medan mengindikasikan Camat Medan Kota Syahrul Effendi Rambe tidak bekerja atau mungkin sudah keenakan mendapat setoran uang haram. Dikatakan Zeira, selaku pemerintah kecamatan, harusnya Camat Medan Kota Syahrul Effendi Rambe tidak boleh kalah apalagi mengakui tidak mampu menertibkan PKL. “Dia kan pemerintah, kok malah bilang tak bisa menertibkan PKL ? Janganlah korbankn hak-hak publik karena setoran haram yang tidak seberapa. Sana pergi belajar dan studi banding dulu dia ke Semarang. Kalo dia tak mampu ya mundur saja, gitu aja repot. Nanti bila ketemu Walikota Medan akan saya sampaikan mental Camat yang memalukan warga Kota Medan ini,” janji Zeira.
Walikota Medan Diminta Copot Jabatan Syahrul Effendi Rambe
Sementara itu, Walikota Medan Dzulmi Eldin diminta mengevaluasi sekaligus mencopot jajaran Camat di Kota Medan yang tidak memahami fungsi, jabatan dan posisi sebagai pelayan rakyat. Bila sikap arogan dan mengagungkan jabatan masih dimunculkan dari seorang Camat Medan Kota Syahrul Effendi Rambe, S.Sos tatkala ditanyai wartawan terkait tugas-tugasnya, maka rugi besarlah rakyat membayarnya setiap bulan. Penegasan di atas dilontarkan anggota DPRDSU Sutrisno Pangaribuan, ST, kepada www.MartabeSumut.com, Senin siang (2/5/2016) di gedung Dewan Jalan Imam Bonjol Medan. Politisi PDIP itu memastikan, ketika membaca berita www.MartabeSumut.com beberapa hari lalu, maka apa yang dilakukan Syahrul Effendi Rambe, S.Sos adalah cermin perilaku memalukan dari seorang pejabat negara yang belum siap memegang jabatan Camat. “Copot dia, tegas saya katakan dan minta kepada Walikota Medan Bapak Dzulmi Eldin. Masak dikonfirmasi wartawan marah-marah. Jawab saja wajar, selesai kan ? Hargai dong tugas wartawan dan junjung UU Ketrbukaan Informasi Publik. Patut diduga ada yang tidak beres dikerjakan Camat itu selama ini,” yakin Sutrisno Pangaribuan.
Bagi anggota Komisi C DPRDSU ini, Syahrul Effendi Rambe, S.Sos harusnya diajari lagi bagaimana melayani publik. Bila melayani wartawan saja Syahrul Effendi Rambe, S.Sos sudah arogan, lanjut Sutrisno, maka jadi celakalah rakyat kecil saat mengadukan kesulitan hidup kepadanya. “Bahasanya Camat ya melayani dan mengayomi. Bukan arogan apalagi marah-marah. Apa haknya marah-marah saat disampaikan fakta kinerja Camat yang lama ? Bagaimana pula kalau rakyat kecil yang datang ? Bisa-bisa diperlakukan dia seenaknya,” sesal Sutrisno dengan nada tinggi. Itulah sebabnya, imbuh Sutrisno lebih jauh, kelakuan buruk yang ditunjukkan Syahrul Effendi Rambe, S.Sos patut mendapat perhatian serius Walikota Medan. “Sekali lagi saya katakan, copot Camat Medan Kota itu. Tak pantas dia jadi abdi negara melayani rakyat. Tak jamannya lagi merasa diktator karena kebetulan memegang jabatan,” simpul Sutrisno.
Fakta dan Kronologis Mental Syahrul Effendi Rambe Tidak Beres
Fakta dan kronologis mental Syahrul Effendi Rambe yang tidak beres bermula saat rencana konfirmasi www.MartabeSumut.com yang dilakukan terkait penertiban pedagang di Jalan Gedung Arca Medan. Syahrul Effendi Rambe justru menanggapi tidak nyambung, marah-marah, arogan, emosi, bergaya preman hingga bicara dengan nada tinggi tanpa alasan jelas. Arogansi sikap itu disaksikan banyak pihak. Sesuatu yang tak seharusnya muncul dari seorang pelayan rakyat, apalagi dipertontonkan enteng oleh Syahrul Effendi Rambe selaku PNS pangkat IV/b NIP 19690322 199003 1 001.
Peristiwanya terjadi manakala Jurnalis www.MartabeSumut.com Budiman Pardede,
S.Sos, merasa risau dengan
kondisi ruas Jalan Gedung Arca yang dipenuhi pedagang sehingga
menyulitkan arus lalulintas. Sebagai warga Kec Medan Kota yang tinggal
di sekitar Jalan Gedung Arca, masalah itu sudah lama akan ditanyakan
kepada Syahrul Effendi Rambe dan akhirnya diupayakan pada Kamis siang
(28/4/2016). Ponsel Syahrul Effendi Rambe yang dihubungi beberapa kali
sempat tidak membuahkan hasil. Lalu 1 pesan
singkat SMS konfirmasi dikirimkan sekaligus mengenalkan diri. Syahrul
Effendi Rambe langsung melakukan kontak telepon. Kendati sempat
menyatakan ada OKP membekingi para pedagang di sana, toh Syahrul Effendi
Rambe mengaku akan ke Berastagi siang itu dan mengarahkan www.MartabeSumut.com datang ke
kantor Camat Medan Kota pada Jumat sore (29/4/2016). “Saya selalu ada
di kantor sore hari. Datanglah besok saja ya,” katanya di telepon.
Arahkan Konfirmasi ke Sekcam, Tapi Muncul Marah-marah
Pada Jumat (29/4/2016) pukul 16.00 WIB, Jurnalis www.MartabeSumut.com Budiman Pardede, S.Sos sudah berada di kantor Camat Medan Kota. Tapi tidak terlihat sosok Syahrul Effendi Rambe. Beberapa staf yang ditemui mengatakan Syahrul Effendi Rambe sedang di luar. Selanjutnya www.MartabeSumut.com mengontak ponselnya dan meminta kepastian waktu wawancara. “Saya sedang ada urusan di luar, kepada Sekcam saja konfirmasi ya,” pinta Syahrul Effendi Rambe menjawab www.MartabeSumut.com. Penjelasan Syahrul Effendi Rambe disambut positif oleh www.MartabeSumut.com. Seorang staf perempuan akhirnya mempertemukan Jurnalis www.MartabeSumut.com Budiman Pardede, S.Sos dengan Sekcam Medan Kota Ahmad, SP. Nah, baru hitungan detik www.MartabeSumut.com duduk bersama Ahmad di meja kantin belakang kantor Camat Medan Kota, tiba-tiba Syahrul Effendi Rambe muncul dengan wajah yang sangat tidak bersahabat. “Mana yang namanya Budiman Pardede, Anda ya,” ketus Syahrul Effendi Rambe arogan. Jurnalis www.MartabeSumut.com Budiman Pardede sempat terkejut. Sebab memang baru saat itulah melihat sosoknya dan baru pertama kali bertemu muka langsung. Arogansi sikap Syahrul Effendi Rambe ditanggapi tenang dengan kalimat sopan: “Ya pak Camat, selamat sore”. Selanjutnya, setelah duduk, tak ada angin dan topan, Syahrul Effendi Rambe tiba-tiba marah-marah berbicara. Menampilkan emosi, nada tinggi, kalimat tidak nyambung, menyerang pribadi www.MartabeSumut.com dan mencerminkan mental bukan seorang pelayan rakyat melainkan preman. “Semalam di telepon Anda banding-bandingkan saya dengan Camat lama (kala itu dijabat Parlindungan Nasution-Red). Saya tersinggung. Seolah-olah saya tidak berbuat,” ucapnya emosional. Ketika www.MartabeSumut.com menjelaskan bahwa fakta yang disampaikan tentang kebijakan Camat lama melakukan pembongkaran lapak pedagang di Jalan Gedung Arca bukan bermaksud membandingkan, gaya preman Syahrul Effendi Rambe kian menjadi-jadi. “Tunjukkan sama saya dimana ada PKL (pedagang kaki lima-Red) bisa ditertibkan, tak ada yang bisa ditertibkan. Kami sudah capek dan habis-habisan menertibkan mereka,” cetusnya, tetap dengan intonasi tidak wajar.
Perilaku Buruk Camat Medan Kota Disaksikan Beberapa Lurah
Ironisnya lagi, beberapa menit kemudian, cara bicara Syahrul Effendi Rambe ala preman itu mengalir deras sekira 5 menit dan disaksikan sejak awal oleh Sekcam Medan Kota Ahmad, SP, beberapa lurah di wilayah Medan Kota, staf kecamatan serta petugas kantin. Mereka mencoba menenangkan keadaan tapi terkesan takut karena besar kemungkinan sudah kenal watak buruk Syahrul Effendi Rambe. Ketika diingatkan www.MartabeSumut.com bahwa yang dibutuhkan cuma konfirmasi dan bukan jawaban tidak nyambung, emosi, marah dan bernada tinggi, sikap Syahrul Effendi Rambe malah menyerang pribadi www.MartabeSumut.com. “Aku kenal banyak wartawan ya. Kau kan gak kenal aku. Seolah-olah kau anggap aku tidak berbuat. Jangan banding-bandingkan aku dengan Camat lama. Saya tersinggung,” serangnya lagi. Geli merasakan mental Camat Medan Kota yang tidak beres tersebut, sekira pukul 16.45 WIB www.MartabeSumut.com akhirnya permisi pamit kepada Sekcam Medan Kota Ahmad, seraya menyampaikan pesan kepada Syahrul Effendi Rambe bahwa dia adalah aparat yang dibayar negara dari uang rakyat untuk melayani masyarakat dan bukan untuk marah-marah, arogan, emosi, bicara tidak nyambung apalagi bergaya preman.
Kalau Bersih Kenapa Risih ?
Terpisah, Ketua LSM Komite Integritas Anak Bangsa (KIRAB) Sumut Hamdan Simbolon, SH, menyesalkan perilaku Camat Medan Kota Syahrul Effendi Rambe, S.Sos yang dianggapnya aneh, ganjil, melanggar etika jabatan serta melecehkan UU No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP). Bila dia merasa pejabat bersih selama ini, imbuh Hamdan, kenapa harus risih atau menunjukkan sikap marah-marah. “Kalau pun dia selaku Camat dibanding-bandingkan secara proporsional tugas dengan camat sebelumnya, apakah itu salah? Dan apa pula hak dia marah-marah,” sesal Hamdan Simbolon, saat dikonfirmasi www.MartabeSumut.com, Jumat malam (29/4/2016). Pada sisi lain, lanjut Hamdan lagi, Syahrul Effendi Rambe selaku Camat terindikasi melanggar etika jabatan karena awalnya memberi wewenang kepada Sekcam menjawab konfirmasi wartawan namun justru muncul marah-marah mengambil alih. Ketua Dewan Koordinasi Cabang (DKC) Garda Bangsa Kota Medan tersebut memastikan, perbuatan Camat Medan Kota Syahrul Effendi Rambe terbukti melanggar UU No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. “Jabatan itu amanah. Baru jadi Camat sudah arogan. Bagaimana masa depan Kota Medan ini bila dipimpin Camat bermental preman? Jawab saja wajar konfirmasi wartawan supaya informasi publik tersalur. Sudahlah tidak menjawab, malah marah-marah. Mungkin banyak yang tidak beres dalam kepemimpinannya sekarang, termasuk ketidakmampuan menertibkan pedagang kaki lima di Jalan gedung Arca lantaran dia kita duga dapat “angpaw” enak bulanan,” sindir Hamdan blak-blakan, sembari meminta Walikota Medan Dzulmi Eldin mengevaluasi posisi Syahrul Effendi Rambe dan bila perlu mencopotnya. Perlu diketahui, semasa Camat Medan Kota dipegang Parlindungan Nasution, sebelum sekarang dijabat Syahrul Effendi Rambe, ada tindakan tegas penertiban dilakukan Parlindungan Nasution bersama Satpol PP semisal pembongkaran lapak-lapak pedagang kaki lima. (MS/BUD)