www.MartabeSumut.com, Jakarta
Deputi
Bidang Meteorologi Badan Meterologi Klimatologi Geovisika (BMKG) Dr
Yunus S Swarinoto mengingatkan kondisi cuaca saat ini menunjukkan adanya
indikasi peningkatan kecepatam angin timuran di sebagian besar wilayah
perairan Indonesia sehingga memicu banjir Rob terjadi pada 19-23 Juni
2016.
Menurut Dr Yunus S Swarinoto, perairan di Kepulauan Nias
dan Belawan berpotensi terkena banjir rob. Termasuk Laut Jawa, Laut
Flores, Laut Banda, Laut Arafuru dan Perairan Selatan Jawa. Selain itu,
katanya, ada pusat tekanan rendah di Laut Andaman dan di Samudera Hindia
barat daya Lampung. Hal itu juga menjadi faktor pemicu tingginya
gelombang laut di sekitar Samudera Hindia barat Sumatera dan selatan
Jawa. “Potensi gelombang tinggi diperkirakan terjadi hingga 2 hari ke
depan,” tegas Dr Yunus melalui keterangan Pers kepada www.MartabeSumut.com, Kamis malam (16/6/2016).
Ketinggian Banjir Rob & Daerah Rawan
Dia
merinci, kategori banjir rob diantaranya sebagai berikut : 1,25 – 2, 5 M
(Moderate Sea) akan melanda Selat Malaka bagian utara, Perairan Kep.
Mentawai – Padang, Laut Jawa bagian timur, Selat Makassar bagian
selatan, Laut Flores, Laut Banda, Perairan Kep. Kai dan Aru, Laut
Arafuru serta
Laut Timor. Sedangkan 2,5 – 4,0 M (Rough Sea) akan
terjadi di Perairan utara dan barat Aceh, Perairan Kep. Nias, Perairan
barat Lampung, Selat Sunda bagian selatan serta Perairan selatan Jawa
hingga NTT. Kemudian 4,0 – 6,0 M (Very Rough Sea) terjadi di Laut
Andaman, Perairan barat Kep. Mentawai, Perairan Kep. Enggano – Bengkulu,
Samudera Hindia barat, Bengkulu hingga Lampung.
Dengan kondisi
gelombang laut yang masih cukup tinggi tersebut, Dr Yunus S Swarinoto
mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan siaga. Terutama masyarakat
pesisir pantai dan masyarakat pengguna moda transportasi laut.
“Masyarakat juga kita imbau mewaspadai banjir rob yang berpotensi
terjadi pada tanggal 19-23 Juni 2016. Bertepatan dengan fase Bulan
Purnama (Spring tide) serta adanya anomali positif tinggi muka laut di
beberapa wilayah seperti Belawan dan Pantai utara Jawa,” ingat Dr Yunus S
Swarinoto. (MS/DEKS)