TVRI Sumut Disarankan Beralih ke Satelit

Bagikan Berita :

wwww.MartabeSumut.com, Medan


TVRI Sumut sebaiknya segera beralih ke teknologi satelit agar ke depan tetap aman dari potensi gangguan bangunan apapun semisal jarak yang berdekatan dengan berdirinya bangunan Podomoro. Hanya dengan cara itu TVRI Sumut bisa aman/mampu optimal menjalankan peran dan fungsi sebagaimana yang diamanahkan Negara.


Saran tersebut dilontarkan pengamat kebijakan publik Drs Shohibul Anshor Siregar, MSi, kepada www.MartabeSumut.com, Kamis malam (17/3/2016). Sebagaimana diketahui, kata Shohibul, sejak awal Februari 2016 lalu TVRI Sumut tidak bisa melakukan siaran langsung untuk tayangan daerah karena jalur pengiriman sinyal audio video dari TVRI Sumut ke pemancar utama di Bandar Baru terhalang aktivitas pembangunan Podomoro. Menurut dia, solusi yang ditawarkan TVRI Sumut kepada pihak Podomoro terkait penggunaan kabel optik serta mendirikan tower di atas gedung Podomoro atau di lahan kosong belakang gedung TVRI, jelas bukan solusi yang menuntaskan persoalan. “Memang secara perhitungan biaya akan menjadi lebih mahal dengan beralih ke satelit. Namun daya pancar (coverage) pasti lebih luas dibanding selama ini. Namun itu sebuah momentum penting berbenah diri dari ketertinggalan teknologi,” ingat Shohibul.


Berbagi Tanggungjawab


Dosen Sosiologi Politik Fisip Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Medan ini berkeyakinan, pihak Podomoro wajib bertanggungjawab untuk sebagian pembiayaan yang muncul dari solusi tersebut. Atau setidaknya menanggungjawabi keperluan pembiayaan setiap tahun. “Itu tanggungjawab yang tak terelakkan. Selanjutnya Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) meminta seluruh kabupaten/kota se-Sumatera Utara agar bersama-sama menanggung pembiayaan dari APBD masing-masing,” usulnya, sembari menambahkan, Pemprovsu dan Pemko Medan sebagai 2 daerah yang peluangnya diasumsikan lebih besar beroleh porsi tayangan, mendapat pembebanan lebih besar.


Atas pembebanan itu, lanjut Shohibul, TVRI harus mengatur sebaik-baiknya porsi siaran setiap daerah Kabupaten/Kota secara teratur. TVRI Sumut dipastikannya patut menerima konsekuensi logis beban pelatihan 2 atau 3 orang dari setiap daerah (pegawai dinas infokom) untuk menjadi reporter TVRI Sumut, untuk selanjutnya secara berkala dilatih-ulang supaya tetap beroleh update wawasanketerampilan menjalankan tugas.


Perbadingan Kasus

Shohibul mencontohkan, pada tahun 2011 Provinsi NTT melakukan langkah yang sama sebab mereka sadar pentingnya informasi pembangunan untuk dinikmati rakyat. Teknologi modern dengan tingkat kemanfaatan yang sangat tinggi dinilainya jadi alasan utama dalam menjangkau daerah siaran yang lebih luas. “TVRI NTT kemudian memohon bantuan Gubernur NTT, DPRD NTT dan para bBupati/alikota serta jajaran DPRD kabupaten maupun kota se-NTT,” ungkapnya. Kini dengan menggunakan teknologi satelit, simpul Shohibul lebih jauh, siaran TVRI Stasiun NTT tidak saja sebatas ditonton masyarakat di NTT melainkan menjangkau masyarakat di daerah lebih luas bahkan di luar wilayah NTT. (MS/BUD)

Bagikan Berita :

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here