www.MartabeSumut.com, Belawan
Badan Narkotika Nasional (BNN) Pusat bersama petugas gabungan mengamankan 1 kapal motor (KM) Karibia bermuatan Narkoba 70 Kg Sabu dan 10 ribu pil Ekstasi di perairan Kuala I Kabupaten Aceh Timur, belum lama ini. Lima tersangka diamankan termasuk 1 Napi LP Tanjung Gusta selaku pengendali. Kepala Deputi Bidang Pemberantasan BNN Irjend Pol Arman Depari pun mengingatkan, hampir 100 persen Narkoba yang beredar di Indonesia masuk melalui Pantai Timur Selat Malaka.
Pengungkapan jaringan Narkoba internasional itu melibatkan Narapidana (Napi) Lapas Tanjung (LP) Gusta, Ramli (53), selaku pengendali bersama 2 anaknya M Zubir (26) dan M Zakir (22). Ironisnya lagi, menantunya Metaliana (30) dan adik kandungnya Saiful Bahri (29) ikut terlibat. Kepala Deputi Bidang Pemberantasan BNN Irjend Pol Arman Depari, didampingi Kepala BNN Sumut Brigjend Pol Marsauli Siregar, Kapolres Belawan AKBP Ikwan Lubis, SH, MH, Asintel Lantamal I Kolonel Laut (E) I Putu Budiasih dan Kasat Narkoba Polres Belawan AKP Edi Safari, SH, menjelaskan, terungkapnya penyelundupan Narkoba jaringan internasional berdasarkan informasi yang diterima sejak 3 minggu lalu. “Mereka menerima informasi adanya penyelundupan narkoba menggunakan jalur laut melalui perairan Aceh,” terang Arman kepada Pers, saat pemaparan kasus di kantor Bea Cukai (BC) Belawan, Selasa (15/1/2019) pukul 16.00 WIB.
Mendapat info tersebut, lanjut Arman, pihaknya pun berkordinasi dengan petugas gabungan Bea Cukai, TNI AL dan kepolisian untuk melakukan pengejaran terhadap kapal yang dimaksud. Hasilnya, KM Karibia berhasil diamankan. Nah, setelah diperiksa, ditemukan 70 bungkus Sabu Sabu seberat 70 Kg dan 2 bungkus pil Ekstasi sebanyak 10 ribu butir. Tim gabungan turut mengamankan 3 awak KM Karibia dan 1 wanita yang mendukung proses komunikasi penyelundupan Narkona tersebut. Menindaklanjuti pengungkapan Narkoba, Arman menyatakan petugas gabungan langsung menggiring KM Karibia menuju Dermaga Belawan. Dari hasil pemeriksaan, Sabu disebutnya dikendalikan Napi LP Tanjung Gusta yang divonis seumur hidup dengan kasus Narkoba. “Dia (Napi) mengajak keluarganya untuk menjemput Narkoba yang dikirim dari Malaysia menggunakan kapal,” ungkap Arman Depari.
Pengendalian Penyelundupan Via Ponsel
Arman membeberkan, proses penyelundupan Narkoba dikendalikan oleh Ramli. Caranya berkomunikasi memakai ponsel dengan bandar Narkoba di Malaysia. “Ramli memesan Narkoba sesuai kesepakatan. Kemudian mengajak keluarganya menjemput Narkoba di perairan Selat Malaka atau perbatasan Malaysia,” terangnya. Menurut Arman, saat penjemputan Narkoba, ada sistem transit menggunakan jet ski dari Malaysia. Selanjutnya para kurir menjemput Narkoba di titik kordinat yang telah ditentukan. Rencana mereka, singkap Arman lagi, Sabu dan pil Ekstasi akan disimpan lebih dulu di rumah keluarga Ramli. Bila dirasakan aman, barulah dipasarkan ke berbagai wilayah Sumatera Utara. “Proses transaksi penyelundupan Narkoba itu telah kita awasi sejak 3 minggu lalu. Ketika barang haram mulai diselundupkan, kita langsung lakukan kordinasi dengan petugas gabungan. Akhirnya mereka berhasil diamankan di perairan Aceh,” cetus Arman.
Jenderal Bintang Dua ini memperkirakan, belum ditemukan indikasi praktik pencucian uang hasil kejahatan Narkoba yang dikendalikan Ramli dari LP Tanjung Gusta. Pun demikian, Arman berjanji akan melakukan koordinasi dengan lembaga PPATK untuk melakukan pengecekan terhadap harta kekayaan Napi tersebut. Apabila kelak ditemukan, Arman memastikan akan segera menyita harta para pelaku untuk diserahkan kepada negara. Bagi Arman Depari, para mafia kerap menjadikan jalur laut sebagai zona favorit penyelundupan Narkoba ke Indonesia. Mengantisipasi modus tersebut, Arman mengajak pihak keamanan laut (Bea Cukai), TNI AL dan kepolisian bersinergi melalui kordinasi yang baik. Sebab BNN di pusat dan daerah belum memiliki fasilitas transportasi wilayah perairan. “Perlu saya tegaskan, perairan Pantai Timur sangat strategis dipakai mafia menyelundupkan Narkoba. Kita siap melawan, mencegah, menangkap dan mengawasi para mafia. Hampir 100 persen Narkoba yang beredar di Indonesia masuk melalui Pantai Timur Selat Malaka,” tutup Arman Depari. (MS/BIS)