Dari Batu Akik, Kriminalisasi, Korupsi Sampai Pencurian Anggaran

Bagikan Berita :

MartabeSumut, Jakarta

Budayawan Butet Kertaradjasa ikut bersuara dalam satu acara anti korupsi yang diselenggarakan mahasiswa dan ikatan alumi (Iluni) Universitas Indonesia, di Salemba, Jakarta, Jumat (20/3/2015). Butet naik ke panggung dan membacakan pantun berjudul “bergerak”. Dalam pantunnya, Butet menyindir keriuhan politik yang terjadi belakangan ini. Dia berbicara dari kriminalisasi pimpinan KPK dan pegiat anti korupsi hingga upaya pencurian anggaran.

Berikut adalah pantun yang dibacakan Butet: Inilah pantun-pantun zaman batu, Pantun untuk mereka yang berkepala batu. Lihatlah siluman dan preman bersatu, Mencuri anggaran dengan bersekutu. Semua mabuk batu akik batu bacan yang bawa senapan matanya mendelik cari sasaran. Hati-hatilah wahai kalian para cendekiawan. Hanya karena berpikir waras bisa dikriminalkan. Tawuran, biasanya hujannya hujan batu tawaran, biasanya uangnya uang dolar jika akhirnya polisi dan koruptor bersatu harus dilawan biarpun pangkatnya Jenderal.


Hujan emas di negeri orang panen rejeki hatinya girang. Presiden bilang kriminalisasi dilarang, tapi bawahannya tetap membangkang. Hujan akik di negeri sendiri, hidup tercekik sudah menjadi ciri. Presiden mimpi jadi bangsa mandiri, eh, import komoditi tetap jadi mainan menteri. Hakim jujur bisa kehilangan palu, hakim lucu dengkulnya berotak batu. Jika koruptor ketawa-ketiwi tak lagi punya malu, alumni perguruan tinggi harus mengganyang dan bersatu. (MS/Kompas/RED)

Bagikan Berita :

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here