Sriwijaya Air Langgar PM Perhubungan No 77/2011, Tidak Beri Kompensasi dan Usir 1 Penumpang

Bagikan Berita :

Maskapai Penerbangan Sriwijaya Air tidak bertanggungjawab memberi kompensasi makan atas delay 2 jam yang dialami ratusan penumpang asal Jakarta tujuan Medan, Kamis (15/11). Ironisnya, selain melanggar Peraturan Menteri (PM) Perhubungan No 77/2011 tentang tanggungjawab pengangkut angkutan udara yang seharusnya memberi kompensasi makan/minuman, 1 penumpang protes pun diusir dari dalam pesawat dan tidak jadi berangkat.

 

Surya (45), salah seorang penumpang Sriwijaya Air Flight SJ014, membeberkan, ratusan penumpang seharusnya berangkat ke Medan pada pukul 18.50 WIB. Namun hingga pukul 19.00 WIB pihak Sriwijaya disebutnya tidak memberitahu penumpang soal delay sehingga sebagian penumpang kesal dan berbondong-bondong protes ke meja counter Sriwijaya Air di ruang tunggu pada pukul 20.00 WIB. “Penumpang marah-marah kepada petugas jaga counter Sriwijaya,” ungkap Surya kepada MartabeSumut, yang sengaja memberikan informasi terkini dari ruang tunggu Gate B5 Bandara Soekarno Hatta Jakarta.

 

Melalui jaringan pesan BlackBerry Messenger (BBM), pria etnis Tionghoa yang ingin menemui keluarganya di Kota Binjai Sumut, itu melanjutkan, belasan penumpang menyesalkan manajemen Sriwijaya Air yang tidak merasa bersalah mendelay keberangkatan 2 jam tanpa pemberitahuan hingga mengabaikan kompensasi makan/minuman. “Saat penumpang bertanya kompensasi makan malam, petugas counter Sriwijaya Air cuma bilang sudah diteruskan kepada pimpinan. Tapi sampai pukul 20.30 WIB tak satupun diberi apapun sampai akhirnya semua penumpang diperintahkan masuk pesawat pukul 21.00 WIB,” ujar Surya.

1 Penumpang Protes Diturunkan

Setelah berada di atas pesawat pada pukul 21.10 WIB, Surya mengaku tidak menonaktifkan ponsel BB-nya karena tiba-tiba terjadi pertengkaran mulut antara beberapa penumpang dan pramugari. “Saya melihat 1 penumpang laki-laki berusia sekira 35 tahun ribut dengan pramugari. Lalu muncul lagi 1 penumang perempuan yang marah-marah dengan suara keras di dalam pesawat. Keduanya sama-sama menyesalkan masalah delay dan kompensasi makan malam yang tidak ditanggungjawabi Sriwijaya Air,” terang Surya. Selang beberapa menit kemudian, kata Surya lagi, suasana di pesawat semakin gaduh. Semua penumpang mulai berdiri dan mengeluhkan sikap Sriwijaya Air yang tidak bertanggungjawab. Dua petugas keamanan pesawat yang mendatangi pemuda protes tadi sempat gamang menghadapi kekesalan sebagian penumpang yang bersatu sama-sama marah.

 

Surya menceritakan, 2 petugas yang awalnya gamang akhirnya mendekati si pemuda dan mengajaknya berbicara ke posisi terpisah dekat ruang pilot. “Hanya beberapa menit mereka bicara, si pemuda sudah balik lagi ke kursinya dengan tetap melontarkan umpatan kekesalan. Kemudian petugas keamanan yang mengajaknya bicara tadi kembali datang dan mengusirnya dari pesawat. “Kapten pilot meminta Anda turun supaya pesawat ini berangkat ke Medan. Silahkan ambil barang-barang dan temui petugas Sriwijaya Air di kantor bandara. Siapa yang mau turun seperti pria ini silahkan, siapa yang mau berangkat ke Medan silahkan tetap duduk tenang,” cetus petugas keamanan, seperti ditirukan Surya. “Sayang sekali pemuda itu mau turun. Harusnya dia bertahan saja di kursinya karena tidak ada dasarnya mengusir penumpang yang sudah beli tiket. Dia marah-marah wajar saja karena ada urusan duka keluarganya di Medan. Manajemen Sriwijaya tidak bijaksana, sudahlah salah tapi malah mengusir penumpang,” sesal Surya di akhir kiriman pesan BBM/foto peristiwa saat itu, sembari menambahkan, pesawat akhirnya berangkat pada pukul 21.35 WIB.

Terpisah, MartabeSumut menemui Jaelani Sidik, Kepala Piket keberangkatan penumpang Sriwijaya Air di ruang tunggu Gate 5B Bandara Soekarno Hatta Jakarta. Menurut Sidik, apa yang dikeluhkan penumpang memang benar terjadi dan dirinya sendiri sudah meneruskan keluhan penumpang kepada Duty Manager Sriwijaya Air District Cengkareng Sugeng Sumarno. “Saya tidak mengingkari delay 2 jam tanpa pemberitahuan dan tanpa kompensasi makan malam. Kami sangat memahami ketidaknyamanan dan kekesalan penumpang. Tapi tugas kami di sini terbatas sebatas meneruskan kepada pimpinan, saya sendiri sulit mau bilang apa-apa lagi,” aku Sidik pelan, seolah-olah tidak berdaya menghadapi fakta atas pelanggaran PM No 77/2011. Dia menyarankan, apa yang terjadi sebaiknya disampaikan penumpang dalam bentuk komplain resmi sedangkan wartawan bisa mengkonfirmasi lebih jauh ke kantor pusat Sriwijaya Air.

Bagikan Berita :

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here