MartabeSumut, Medan Deli
Bentrok fisik terjadi di lokasi judi Jalan Timah Pasar IX Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli, Sabtu (22/03/2014). Kali ini yang terlibat bentrok justru para demonstran berbendera kelompok aliansi anak Medan dengan warga keturunan Tionghoa yang bermukim di sekitar arena judi tersebut.
Pengamatan MartabeSumut di lokasi, Sabtu (22/03/2014), sebelumnya para pendemo yang terdiri dari pria dan wanita telah mendatangi lokasi perjudian dengan menumpangi mobil pick up dan sepeda motor. Mereka berteriak-teriak menolak operasi judi yang diduga mendapat beking dari oknum aparat penegak hukum. “Dimana keberadaan aparat hukum kita, kenapa lokasi perjudian seperti ini dibiarkan bebas beroperasi. Untuk itu, kami minta arena perjudian milik bandar judi asal Medan ini segera ditertibkan dan ditutup,” cetus seorang demonstran dalam orasinya.
Beberapa saat setelah berorasi, tiba-tiba massa dari warga keturunan Tionghoa yang bermukim tak jauh dari lokasi perjudian menyerang dan memukuli pendemo secara membabi buta. Karena kalah jumlah, demonstran yang telah terkepung itu akhirnya menjadi bulan-bulanan massa yang sebagian membawa kayu. “Bubar kalian, aksi kalian ini sudah mengganggu kesenangan kami,” bentak beberapa warga Tionghoa sembari memukuli satu per satu demonstran. Merasa tersudut, puluhan pendemo berupaya menyelamatkan diri. Bahkan diantara mereka sempat terjatuh dari atas sepeda motor setelah ditendang para penyerang. Tak sampai disitu, disepanjang jalan menuju keluar perkampungan, demonstran kembali disambut pukulan warga keturunan yang telah menanti mereka.
Kapolsekta Medan Labuhan Sulit Dikonfirmasi
Kapolsekta Medan Labuhan Kompol Rony Oktavianus Sitompul, saat dihubungi MartabeSumut terkait bentrok demonstran dan warga sekitar arena judi, belum berhasil dikonfirmasi hingga kini. Kompol Rony tak kunjung bersedia mengangkat telepon selulernya. Terpisah, tokoh pemuda Medan Utara, Abdurrahman, berkeyakinan, aksi demonstran yang menolak arena perjudian dan berujung bentrok itu adalah cermin ketidakberdayaan pemangku jabatan penegak hukum di Kota Medan. “Apa yang dilakukan masyarakat pendemo sebagai bentuk kekecewaan tehadap aparat penegak hukum. Mereka menilai pemangku jabatan seperti Kapoldasu, Pangdam I BB, Gubsu dan Walikota Medan acuh terhadap kegiatan yang merusak moral generasi bangsa,” tegasnya.
Beberapa tahun belakangan, lanjut Abdurrahman, kawasan Medan Utara kerap dijadikan target lokasi oleh para mafia judi. Bahkan tak hanya di Kecamatan Medan Deli saja. Beberapa daerah seperti Belawan dan Kecamatan Medan Labuhan juga disebutnya telah disulap jadi lokasi perjudian. “Ketimpangan hukum dibiarkan terus berlangsung. Jadi kalo katanya segala bentuk perjudian adalah musuh aparat penegak hukum, itu cuma slogan saja. Kalau memang benar itu melanggar hukum, kenapa masyarakat kita yang justru bertindak? Kemana aparat penegak hukum kita,” sindirnya. (MS/HR)