Tensi Pilpres Tinggi, Psikolog: Stres Ancam Pihak yang Kalah Usai RC KPU 22 Mei

Bagikan Berita :

www.MartabeSumut.com, Medan

Menjelang pengumuman rekapitulasi suara real count (RC) Pilpres 2019 oleh Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI), masing-masing Capres, Cawapres, elite politik dan pendukung disibukkan perdebatan tak berujung. Mulai dari saling klaim kemenangan, bantahan, tudingan curang hingga rencana mengerahkan aksi massa menyampaikan aspirasi. Secara psikologis, tensi tinggi tersebut berpotensi mengancam kemunculan perilaku stres pada peserta Pilpres dan pendukung yang kalah usai pengumuman RC KPU 22 Mei 2019.

Peringatan tersebut disampaikan Psikolog Sunarto SPsi, MPsi, kepada www.MartabeSumut.com, Jumat siang (17/5/2019) di Medan. Menurut Sunarto, tensi politik yang begitu tinggi saat ini patut dicurigai sebagai siasat sistemik untuk mempengaruhi kejiwaan psikologi massa. Begitu juga perilaku pendukung masing-masing kubu yang kekeh mempertahankan kebenaran calon yang diusung. “Masyarakat kita jadi bingung. Satu kubu menganggap menang, sementara kubu yang lain menyatakan unggul. Manusia kalau sudah menganggap pilihannya benar, ya dipatok mati. Susah bergeming. Informasi yang benar pun dianggap hoaks,” heran Sunarto. Jika realitas itu terus dipertahankan, Sunarto meyakini sangat memungkinkan kemunculan perilaku stres tingkat tinggi. Khususnya melanda kubu yang kalah saat pengumuman RC KPU pada Rabu 22 Mei 2019. Tentu saja, terang Sunarto lagi, tingkat stres setiap orang dipengaruhi latar belakang pendidikan dan kecakapan nalar individu. Masyararakat dimintanya jangan terjerumus terlalu jauh dalam provokasi atau konflik Pilpres supaya tidak menuntun diri sendiri dan keluarga ikut-ikutan terlibat stres.

Ganggu Stabilitas NKRI

Pada sisi lain, Penanggungjawab Biro Psikologi Marsha Punta Dewa ini menyesalkan situasi NKRI semakin parah tatkala perpecahan hidup antar-masyarakat terus melebar. Mengganggu stabilitas keamanan, hubungan sosial bahkan keutuhan bangsa. Celakanya lagi, ucap Sunarto, klimaks tensi politik Pilpres yang tinggi rentan ditunggangi kelompok tidak bertanggungjawab untuk mengambil keuntungan. “Mereka melihat peluang dan sengaja memanfaatkan keadaan,” katanya. Sunarto menjelaskan, tegangnya kondisi politik berawal dari terpecahnya rakyat jadi 2 kubu pendukung Presiden dan Wakil Presiden. Ditambah pula berbagai opini dan informasi publik yang beredar deras melalui berbagai saluran. Termasuk media massa yang menyuguhkan fakta memperkuat dan melemahkan masing-masing kubu. 

Oleh sebab itu, semenjak dini, Sunarto berharap pemerintah menghadirkan penanganan cepat dengan mengerahkan semua institusi terkait. Kemudian menjelaskan konfirmasi kebenaran kepada publik sekaligus menyerukan penghentian aktivitas provokatif ditengah-tengah masyarakat. Bagi dia, kelak para Capres, Cawapres, elite dan pendukung masing-masing kubu bisa legowo menerima apapun keputusan hasil rekapitulasi RC KPU. “Dalam setiap kompetisi pasti ada pemenang dan yang kalah. Apalagi namanya perhelatan demokrasi suatu negara. Bila tak puas menerima kekalahan karena menduga terjadi kecurangan, salurannya ya ke Bawaslu dan Mahkamah Konstitusi (MK),” sindir Sunarto. (MS/PRASETIYO)

Bagikan Berita :

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here