Pesta Demokrasi Usai, MUI Ajak Rakyat Bergandengan & Waspadai Provokasi Pecah Belah NKRI

Bagikan Berita :

www.MartabeSumut.com, Medan

Pesta demokrasi Pemilihan Umum (Pemilu) 17 April 2019 telah usai secara aman, damai dan lancar. Kesuksesan Pemilu tidak terlepas dari peran maksimal pemerintah, KPU, Bawaslu, TNI, Polri hingga dukungan seluruh rakyat Indonesia. Dengan tuntasnya Pemilu dan perwujudan hak politik sekira 192 juta warga negara, maka perbedaan pandangan apapun harus pula diakhiri. Rakyat dan seluruh elemen negara wajib bergandengan tangan kembali seraya menunggu keputusan real count KPU pada 22 Mei 2019. Selanjutnya tetap mewaspadai gerakan provokasi kelompok tertentu yang bermaksud memecah belah keutuhan NKRI.

Ajakan tersebut dilontarkan Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Medan Dr H Hasan Matsum, MAg, kepada www.MartabeSumut.com, Sabtu sore (20/4/2019). Dihubungi melalui saluran telepon, Hasan mengatakan, wajar sekali bila pesta demokrasi yang tergolong rumit dan besar menyisakan riak-riak, ketegangan bahkan kekurangan. Ibarat menggelar pesta pernikahan, Hasan mencontohkan akan ada gelas dan piring yang pecah. Sementara panitia pelaksana pesta pasti mengalami beberapa persoalan teknis saat kegiatan. “Intinya, kita patut mengapresiasi dulu kerja keras aparat pemerintah, KPU, Bawaslu, TNI, Polri hingga seluruh komponen negara. Pesta demokrasi rakyat Indonesia sudah berlangsung lancar. Kalo sekarang muncul riak-riak, ya wajarlah. Kita percayakan KPU menyelesaikan tugasnya. Ada yang menuduh curang, silahkan dibuktikan dan diproses sesuai ketentuan. Ada yang tak puas hasil quick count (hitung cepat), ya tunggu saja real count KPU,” tegas Hasan.

Hormati Hasil Pesta Demokrasi

Setelah Pemilu sukses, Hasan mengingatkan semua pihak menghormati proses perhitungan suara yang sedang dilakukan KPU. Sebab apapun hasilnya kelak, baik Pileg maupun Pilpres, patut diakui sebagai kedaulatan tertinggi rakyat dan merupakan representasi kehendak warga negara. Artinya, timpal Hasan lagi, siapa saja yang kalah wajib bersikap legowo sedangkan pemenang tidak boleh jumowo (sombong). “Hormati hasil pesta demokrasi rakyat. Pilihan sudah dijatuhkan melalui tangan rakyat. Tapi jangan lupa, ada invincible hand (tangan tak nampak) yang menggerakkan yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa. Mari kita hormati mandat yang diberi rakyat dan takdir pilihan Allah Swt,” ucap Hasan, sembari menambahkan, yang belum beruntung dalam Pileg dan Pilpres sebaiknya mengembalikan semua situasi kepada Yang Maha Kuasa supaya perasaan kesal, amarah dan banyaknya uang keluar tidak memicu perbuatan inkonstitusional melainkan arif mengambil hikmah. Kepada masyarakat luas khususnya Capres/Cawapres dan kelompok pendukung, Hasan mengimbau agar bijak memahami dinamika politik berkembang. Tidak over-acting, menjauhi perbuatan inkonstitusional, tidak menimbulkan gaduh, ricuh apalagi memancing kerusuhan. Namun Hasan berharap, rakyat dan kontestan Pemilu berjiwa besar menyambut hasil kedaulatan rakyat walau ujungnya diliputi rasa senang, bahagia, suka, duka atau sedih sekalipun. Apapun ceritanya, imbuh Hasan lebih jauh, keutuhan dan keamanan NKRI diatas segala-galanya. Sangat tidak sebanding dipertaruhkan hanya gara-gara hasil Pemilu. “Mari kita bersatu dan bergandengan tangan lagi. Mulai dari yang beda paham politik, agama, suku, ras dan golongan. Tujuan besar kita bukan hasil Pemilu melainkan menjaga kemajemukan bangsa dan keutuhan NKRI/Pancasila. Jangan sampai kontestan Pemilu ditunggangi kelompok tersembunyi untuk memecah-belah NKRI,” yakinnya.

Waspadai Kelompok Penunggang

Bagaimana bila kontestan Pemilu telah ditunggangi provokasi kelompok radikal, barisan sakit hati bahkan campur tangan negara luar sehingga situasi kian panas di Tanah Air ?
Hasan pun menyatakan tidak mengingkarinya. Bagi dia, upaya saling menunggangi kepentingan memang rentan terjadi dalam situasi tak menentu pasca-Pemilu. Hasan berpendapat, kegiatan deklarasi kemenangan masing-masing kontestan Pemilu boleh-boleh saja sepanjang masih pada jalur konstitusional. “Kita abaikan saja. Rakyat yang perlu bersatu kembali. Lalu sama-sama mewaspadai provokasi kelompok radikal, barisan sakit hati atau campur tangan negara luar yang sengaja menunggangi demi maksud memecah belah NKRI. Pesan saya kepada seluruh rakyat Indonesia dan kontestan Pemilu, ayo kita bersikap fair. Tunggu real count KPU. Jangan lakukan perbuatan inkonstitusional,” imbaunya. Lalu, apa resep paling ampuh melahirkan sikap fair atau jiwa besar dalam menghadapi kemenangan dan kekalahan usai kompetisi ? Kali ini Hasan mengajak kontestan Pileg, Pilpres dan seluruh rakyat Indonesia merenungkan isi Alquran surat Almaidah ayat 8. “Wahai orang beriman, hendaklah kamu menjadi saksi penegakan keadilan di hadapan Allah. Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum dan kelompok menyebabkan kamu tidak berlaku adil. Berlaku adillah kamu karena itu yang lebih dekat dengan nilai ketaqwaan,” ungkapnya mengutip Alquran. Hasan menyimpulkan, setiap orang beriman apalagi Muslim tentulah paham dan setuju dengan ayat tersebut. Jika mereka paham ayat Almaidah 8 itu, Hasan pun memastikan tidak bakal muncul kelompok mengatasnamakan agama yang perilakunya justru tidak sesuai ayat-ayat agama. (MS/BUD)

Bagikan Berita :

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here