MartabeSumut, Yogyakarta
Pekan
Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) yang digelar pada 20-24 Februari 2013
di Kampung Ketandan Kota Yogyakarta, menampilkan pertunjukan Karnaval
Naga sepanjang 132 Meter. Kegiatan tersebut merupakan rangkaian
peringatan Tahun Baru Imlek 2564.
Berdasarkan laporan Jurnalis MartabeSumut Indah Ardina dari
Yogyakarta, acara yang dimulai pukul 18.00 WIB, itu menjadi semakin
istimewa sebab karnaval naga sepanjang 132 Meter menjadi karnaval
terpanjang se-Asia. Belum lagi pemandangan unik yang terlihat tatkala
anggota TNI dan Polri justru tampil bahu-membahu mengusung naga.
Perayaan PBTY merupakan event ke-8 atau sudah sewindu dilakukan secara
terjadwal. Tema yang diambil untuk tahun 2013 adalah “sewindu PBTY dan
harmoni kota yogyakarta”. Event dibuka langsung oleh Gubernur DIY Sri
Sultan HB X yang ditandai dengan peresmian gapura ketandan sebagai
kampung saudagar Tionghoa. Menurut beberapa warga Tionghoa yang tinggal
di Yogyakarta, gapura tersebut akan menjadi simbol perpaduan budaya
Tionghoa dan Keraton yogyakarta. Menurut dia, berbagai pertunjukkan seni
yang digelar di ajang PBTY telah memberikan nuansa harmonis antara
warga Tionghoa dan masyarakat setempat. “Kota Jogja memang dikenal
sebagai kota multi kultur. Keanekaragaman etnis hidup serasi di sini.
Jogja menjadi rumah besar dari kebhinekaan budaya, suku, agama dan ras
yang ada di seluruh indonesia. Meskipun demikian, masyarakat Jogja tetap
hidup rukun berdampingan secara harmonis dan penuh toleransi sampai
sekarang,” akunya.
Pantauan di lapangan saat kegiatan
berlangsung, selain karnaval naga, ada juga pembuatan tumpeng dari kue
keranjang terbesar, yang dimaksudkan untuk memecahkan rekor MURi.
Masyarakat jogja terlihat sangat antusias menyaksikan berbagai rangkaian
acara yang disajikan panitia selama 4 hari. Termasuk juga lomba
pemilihan cici dan koko serta festival makanan yang berasal dari 14 suku
di Tiongkok. Dalam sambutannya saat membuka acara, Gubernur DIY Sri
Sultan HB X mengatakan, PBTY harus mampu merangsang partisipasi
masyarakat Tionghoa dalam membangun Kota Jogja yang lebih baik lagi
kedepan. Kemudian ikut menumbuhkembangkan sinergitas antara warga
masyarakat, semua stake holder maupun pemerintah daerah dalam
menciptakan program kegiatan kepariwisataan. (MS/INDAH)