
BICARANYA spontan alias blak-blakan seolah tak dipikirkan. Tapi setelah direnungkan, apa yang disampaikannya mengandung kebenaran. Kemampuan sixth sense (indra keenam) dirasakan sejak 90-an usai studi S3 Farmakologi Klinik dari The Flinders University South Australlia. Tak heran, gara-gara praktiknya dinilai publik unik plus tanpa patokan tarif, Prof dr Aznan Lelo, PhD, SpFK, kerap dibanjiri pasien pengidap berbagai penyakit. Apalagi dr Aznan Lelo menyatakan tahu hal-hal pribadi seorang pasien saat memeriksanya. Bagi dia, semua obat racun dan penyembuhan penyakit hanya milik Allah Swt, Tuhan Yang Maha Kuasa.
BACA LAGI: Puluhan Pengungsi Afganistan Kembali Demo di Depan Kantor UNHCR Medan
BACA LAGI: Usai Lebaran Berat Badan Naik, Waspada Penyakit Mengintai
BACA LAGI: Warga Multatuli Medan Terima Penyuluhan Hukum Keliling
BACA LAGI: Antisipasi Maraknya Pekerja Migran Indonesia yang Ilegal
BACA LAGI: Lapas & Rutan di Sumut Over-Capacity 258 Persen
BACA LAGI: Petugas Pemasyarakatan Diberi Pemahaman Sistem Penilaian Pembinaan Narapidana
BACA LAGI: Tak Hanya LHKPN, Seluruh ASN Wajib Laporkan Harta Kekayaan
BACA LAGI: Massa Berbendera Buruh Serukan Pencabutan Permenaker 2/2022 tentang JHT
BACA LAGI: Keadilan Sosial Belum Terwujud, PRIMA Sumut Siap Bertarung di Pemilu 2024
RUMAH sekaligus tempat praktik dokter di Jalan Puri Nomor 138 Kota Matsum II Kec. Medan Area Kota Medan Provinsi Sumatera Utara itu terlihat biasa saja. Memiliki sedikit halaman, teras dan garasi. Namun pemandangan jadi luar biasa tatkala setiap hari Senin – Sabtu pukul 16.00 WIB – larut malam puluhan orang antre menunggu dr Aznan Lelo. Ya, teras-garasi rumah yang tidak terlalu luas telah “disulap” menjadi lokasi praktik melayani pasien. Ruang tunggu sekira 6×3 Meter berada di luar sedangkan kamar pemeriksaan berukuran sekira 4×3 Meter dilengkapi 3 pembaringan pasien. Di situlah istri dan anak dr Aznan Lelo membantu seraya memanggil 3 pasien setiap menit. Lalu, benarkah pakar medis yang akrab disapa “Buya” ini memiliki indra keenam ? Kenapa pasiennya selalu ramai dan semua obat disebut racun ? Jurnalis www.MartabeSumut.com Budiman Pardede, S.Sos (BP) berkesempatan mewawancarai khusus Prof dr Aznan Lelo, PhD, SpFK (AL) disela-sela menjalankan praktik di kediamannya, Selasa (17/5/2022) pukul 18.00 WIB. Berikut petikan wawancara selama 19 menit 39 detik :
BACA LAGI: Komisi D DPRDSU Soroti Proyek Jalan-Jembatan Rp. 2,7 T, Kadis BMBK Sumut Ajak Publik Mengawasi

BP : Selamat sore Buya, mohon izin konfirmasi.
AL : Selamat sore, ayo..ayo…silahkan.
BP : Boleh tahu tempat/tanggal kelahiran ?
AL : Bukit Tinggi, 2 Desember 1951.
BP : Nama orangtua ?
AL : Nama bapak saya Linan Sutan Rajo Lelo. Ibu saya Azimah Tamin.
BP : Isteri ?
AL : Isteri pertama bernama Ernawati, kedua Rahmayanti. Anak saya 3 orang.
BACA LAGI: Soroti PT TPL, Toni Togatorop Sebut Berkontribusi Besar di Tapanuli
BACA LAGI: Jaksa Agung Perintahkan Berantas Mafia Pupuk, Politisi Hanura Sindir KDh di Sumut Jangan Diam
BP : Pendidikan formal kedokteran Buya ?
AL : S1 saya dari Fakultas Kedokteran (FK) USU. Saya tidak S2, langsung S3 di The Flinders University South Australlia. Spesialisasi saya Farmakologi Klinik. Tamat dari USU 1978. Mulai kerja 1979. Kerja sebagai dosen FK USU dan dokter di RS swasta.
BP : Masih aktif kegiatan akademis atau guru besar dimana ?
AL : Sekarang guru besar dan dosen tetap di Universitas Batam.
BP : Saya amati tempat Buya tanpa plang praktik seperti dokter lain, ada alasan ?
AL : Sejak 1978 praktik di sini memang gak saya buat plang. Kenapa ? Kalo pakai plang berarti kita mengiklankan diri. Tertulis : di sini ada Aznan Lelo. Buka praktik jam 4 sore sampai jam 7 malam. Kan jadi iklan buat orang lain. Janji buat diriku sendiri. Bila aku gak hadir jam 4, berarti aku berdosa, menipu.
BACA LAGI: Gelar Paripurna, DPRDSU Sahkan AKD Periode 2022-2024
BACA LAGI: Kunjungi Aceh, Pansus DPRDSU Sarankan Gubsu Masukkan Program Plasma & PSR dalam RPJMD Sumut
BP : Selain di sini, apakah praktik di Rumah Sakit (RS) ?
AL : Pernah, namun terpaksa aja praktik sebagai dokter di RS. Dulu saya merawat 2 pasien di RS Permata Bunda Medan. Sekarang tidak. Kenapa ? Gini ya, kan banyak pasien dirawat di RS. Dokter-dokternya malah tak punya kemampuan (jarang) melihat pasien di RS. Anehnya, dokter tak ada waktu tapi tetap dianggap merawat pasien. Korupsilah namanya. Halal makan uang korupsi ? Tak halallah. Saya merawat 2 pasien di RS Permata Bunda akibat sakit TBC, jantung serta gangguan hati. Itu pun lantaran dikonsul sama dokter yang merawat. Si dokter kelabakan merawat sehingga konsul ke saya. Trus saya kasih tahu obatnya gini…gini…gini. Sembuh, sehat dan ke-2 pasien pulang. Beberapa hari kemudian pihak RS memanggil saya. Mereka bilang ada honor buat saya. Aku ditanya kenapa tidak ambil honor. Ketika saya ambil saya justru terkejut. Kok banyak kali ? Padahal hanya sekali datang. Sementara pasien dirawat 6 hari. Aku heranlah. Uang apa yang kumakan dikasih RS ini ? Jadi sejak 1978 saya putuskan buka praktik di rumah.
BACA LAGI: Dirusak Asap Belerang, Ribuan Warga Lingkar Sinabung Minta Pemprovsu Alokasikan Atap Rumah
BACA LAGI: Tinjau PT PSU di Tanjung Kasau, Pansus PAD DPRDSU Miris
BP : Nama besar Buya selaku “dokter unik” telah “mengkristal” di Kota Medan, Sumut, Indonesia bahkan belahan dunia. Publik meyakini Buya punya indra keenam saat mengobati pasien. Apalagi ikhlas tanpa patokan tarif terhadap pasien yang berobat, tanggapan Anda ?
AL : Ikhlas bukan indra keenam melainkan pelajaran agama. Ada 3 profesi yang tidak boleh pakai tarif. Guru. Datang orang belajar (bertanya), masak kita minta honor ? Lalu pengacara serta dokter. Aku memiliki 3 keahlian itu.
BP : Kalo Buya mematok tarif, kata orang akan menghilangkan indra keenam tersebut ?
AL : Wallahualam…!
BP : Kapan Buya mulai menyadari memiliki kelebihan khusus ?
AL : Misalnya nih, ada pasien perempuan (muda) datang. Saya bisa tahu apakah dia perawan atau gak perawan. Kenapa ? Aku pun gak tahu kenapa bisa tahu. Kemampuan itu mulai saya rasakan setelah pulang dari Australlia pada 1990-an.
BP : Pasien berobat ke Buya mengeluhkan berbagai penyakit. Penyakit apa paling berat ditangani dan dihadapi manusia saat ini ?
AL : Stres dan hampir-hampir gila. Itulah masyarakat Indonesia sekarang. Contohnya korban dampak program Keluarga Berencana (KB). Kita ditakut-takuti dengan KB. Banyak anak banyak makan, besar biaya sekolah, beranaklah sedikit dan 2 anak cukup. Anak paling kecil dan besar. Hancur kita lantaran KB. Berhasilkah KB ? Tidak ! Tengok anak-anak sekarang banyak tak akur. Tapi anak zaman dulu, sesuai pepatah orang Batak, beranak 10 tetap akur-akur. Sebab sejak awal diajari hidup berpahit-pahit. Saya bersaudara 6 orang. Aku anak nomor 1. Bila di periuk ada nasi, ya dibagi 6. Termasuk untuk bapak dan mamak saya. Kami bisa akur.

BACA LAGI: Razia 39 Lapas/Rutan di Sumut, Ditemukan 172 Hp, Alat Elektronik 157 Unit & 316 Sajam
BACA LAGI: Penuhi Amanat AD/ART, Rapat Anggota Sahkan Pengurus KAJI Unit DPRD Sumut Masa Bakti 2022-2027
BP : Kenapa orang stres dan hampir gila ?
AL : Tidak sedikit pasien stres atau hampir gila berobat ke sini. Saya lihat akibat iman dan percaya diri mereka turun. Menganggap cuma dokter dan obat yang dapat menyembuhkan. Padahal sikap begitu ya orang tak beriman. Kalo tak percaya sama Tuhan, Yang Maha Kuasa, siapa lagi dipercayanya untuk menyehatkan dia.
BP : Pasien percaya pada Buya dan membludak setiap hari, apa yang mau Anda katakan dengan realitas demikian ?
AL : Yang menyehatkan atau menyembuhkan mereka Allah Swt, Tuhan Yang Maha Kuasa. Bukan dokter. Semua dokter di bumi ini bodoh. Kalo dia (dokter) pintar ya karena Allah yang kasih. Semua obat sebenarnya racun. Kuliah saya di Farmakologi Klinik menyatakan obat adalah racun jika digunakan tidak pada tempat atau dosisnya gak benar. Obat jadi racun. Makanya yang menyehatkan pasien itu Allah Swt, bukan karena berobat sama aku. Tuhan hanya pakai aku. Jangan ada yang bilang bila berobat sama orang (dokter) lain akan mampus. Ya gak bisa, gak bisa gitu.
BACA LAGI: HUT ke-5 KAJI DPRD Sumut dengan 100 Anak Panti, Baskami & Zeira: Gelar Terus Aksi Sosial
VIDIO: Sambutan Ketua KAJI Unit DPRD Sumut Budiman Pardede, S.Sos saat HUT ke-4 KAJI Unit DPRD Sumut Bersama Anak Yatim Piatu Panti Asuhan Al-Marhamah Medan Sunggal
BACA LAGI: Hadiri HUT ke-4 KAJI DPRD Sumut, Zeira & Robert Dorong Bansos ke Panti Asuhan Al-Marhamah
BACA LAGI: Sosialisasi Bahaya Narkoba KAJI Unit DPRD Sumut: 6 Narasumber Ingatkan 1.500 Siswa SMAN 5 Waspada
BACA LAGI: Rayakan Natal di LP Tanjung Gusta Medan, KAJI Unit DPRD Sumut Beri Narapidana 100 Paket Natal
BACA LAGI: HUT ke-1, KAJI Unit DPRD Sumut Berbagi Kasih dengan Lansia di Panti Jompo Harapan Jaya Marelan
BACA LAGI: Aksi Sosial KAJI Unit DPRD Sumut Jelang Idul Fitri 1438 H itu Bikin 106 Anak Yatim Tersenyum
BACA LAGI: Korban Jiwa Gempa Lombok 387 Orang, KAJI Unit DPRD Sumut Salurkan Bantuan Rp. 650 Ribu
BP : Sampai kapan mengabdi begini ke masyarakat ?
AL : Aku akan mengabdi hingga akhir hayat. Apalagi keluarga saya turut membantu. Mereka tenaga sangat berharga.
BP : Boleh tahu hobi Buya dan bagaimana membagi waktu dengan keluarga ?
AL : Hobi aku tak jelas. Aku guru tari, tapi karena terpaksa menari. Aku pelukis, akibat terpaksa melukis. Aku desiner terpaksa juga. Dulu baju adikku perempuan dan binikku aku yang buat. Terpaksa lantaran ada kain berlebih. Aku pun belajar ilmu ukur. Hari Senin – Sabtu saya buka praktik. Hanya Minggu aja tutup. Saya isi waktu bersama keluarga ketika ada acara-acara. Misalnya di Medan atau luar daerah. Kami pergi sama-sama keluar kota.
BP : Terakhir, apa pesan Buya untuk masyarakat terkait kesehatan ?
AL : Jangan pernah takut dengan apa kata-kata orang lain. Keyakinan orang Islam, bila kita bergantung pada Allah Swt, niscaya gak ada yang akan ganggu kita.
BP : Terimakasih waktu dan kesempatan yang Buya berikan, selamat sore.
AL : Sama-sama, selamat sore. (MS/BUD)