Dr Asren Nasution, MA : Percepat Pembangunan Sumut dengan Kesehatian dan Kecerdasan Perilaku Kolektif
Setelah 22 tahun bertugas militer dan sekarang dipercaya menjadi pejabat Esselon II Pemprovsu bergolongan IV C, ternyata Dr Asren Nasution, MA, mempunyai nilai seni tinggi terhadap dunia jurnalistik. Bukan apa-apa, diam-diam, ternyata pria yang kini dipercaya sebagai Kadis Kominfo Sumut, itu sudah meluncurkan 1 buku berjudul ‘Mengasah Hati untuk Keberhasilan Tugas’ pada tanggal 6 Maret 2011. Buku setebal 64 halaman berukuran panjang 18 Cm dengan lebar 11,5 Cm dikeluarkan Asren di Jakarta melalui penerbit Prenada Media Group. Adakah cerita melatarbelakangi dibalik keluarnya buku ? Lalu, apa sebenarnya yang mau dikatakan Asren kepada publik dengan buku ‘Mengasah Hati untuk Keberhasilan Tugas’ ? Jurnalis MartabeSumut Budiman Pardede (BP) berkesempatan mewawancarai Asren Nasution (AN), Jumat siang (17/12/2011) di kantor Dinas Kominfo Sumut. Berikut petikannya:
BP : Saya sudah membaca buku ‘Mengasah Hati untuk Keberhasilan Tugas’. Menarik sekali karena berisi pesan moral dalam me-managemen perasaan/hati manusia menyiasati kehidupan maupun aktivitas pekerjaan sehari-hari. Apalagi, 5 topik bahasan yang dikupas diakhiri dengan penutup serta komentar 2 prajurit TNI (rohaniawan Protestan/Hindu) dan 1 PNS Bintal Kostrad mewakili Katolik. Menurut catatan saya, karir militer Anda tamat pada akhir Juni 2011 setelah menempati posisi Kabintal Kostrad berpangkat Kolonel di usia 45 tahun. Apakah bisa membagi waktu dan terfikir menulis buku, atau ada kekuatan hati melatarbelakangi penulisan buku itu ?
AN : Begini ya, sejak dinas di militer saya memang senang belajar membagi waktu dengan dunia sipil di beberapa lembaga pendidikan. Saya bertekad terus belajar melalui peran aktif menulis, membaca dan mengajar. Hal-hal seperti itu pernah saya lakukan secara praktis di kampus IAIN serta Universitas Muhammadiyah Mataram. Saya cukup lama bertugas di Lombok sambil menjadi dosen perguruan tinggi negeri/swasta. Membaca dan menulis adalah panggilan jiwa yang sulit dihentikan.
BP : Dari mana Anda dapat ide menulis buku ‘Mengasah Hati untuk Keberhasilan Tugas’ ?
AN : Buku ‘Mengasah Hati untuk Keberhasilan Tugas’ sebenarnya saya susun sebagai refleksi hati yang paling dalam setelah mendengar seksama kata-kata bijak mantan Pangkostrad Letjen TNI Pramono Edhie Wibowo dalam satu kesempatan di hadapan prajurit/PNS Kostrad. Saya itu sedikit lain lho, bila melihat/mendengar hal-hal unik, menarik dan menyentuh perasaan, hati ini terus terusik ingin melakukan sesuatu.
BP : Memangnya apa yang dilontarkan Letjen TNI Pramono Edhie Wibowo ?
AN : Pada hari Jumat tanggal 4 Maret 2011 beliau mengatakan : “Andaikan kalian mau dikatakan bersih, mulailah dari hatimu. Aku tidak ingin kalian takut dengan pemimpinmu, tetapi berlaku jujurlah, kejujuran yang berasal dari hatimu”.
BP : Bisa lebih spesifik ?
AN : Kata-kata tersebut sangat bersahaja. Namun berhasil menggelitik sanubari saya saat mendengarnya. Saya setuju kalimat itu mengandung makna mendalam dan substansial. Sebab dalam istilah tasawuf, apa yang disampaikan Panglima tidak hanya dipahami secara syariat melankan sampai ke tingkat hakikat. Hati saya terinspirasi, tersentuh dan melahirkan semangat menyusun buku. Saya berterimakasih dan bangga pada sosok beliau.
BP : Maaf bila saya sederhanakan. Anda terinspirasi menulis buku gara-gara mendengar seruan menyangkut hati manusia. Ada apa dengan hati manusia dan mengapa pula menjadi penting untuk diasah ?
AN : Pertanyaan yang baik dan jawaban saya adalah apa-apa yang ada di hati manusia itu sangat penting. Sebab hati merupakan bagian tubuh yang paling mendasar bagi manusia. Hatilah yang menentukan hitam putih setiap aktivitas dalam kehidupan ini. Hati kita pun dapat diposisikan sebagai pemimpin tertinggi pada suatu negeri. Rasulullah SAW mengumpamakan, hati bagaikan raja di tengah bala tentara yang dipimpinnya. Apabila raja berlaku arif, bijak dan baik, niscaya baiklah seluruh perilaku anak buahnya. Sebaliknya, jika sang raja bersikap buruk, otomatis kacaulah tindak tanduk tentara maupun rakyatnya. Dengan demikian saya mau mengatakan, upaya melakukan pengasahan hati semata-mata agar hati dapat dijadikan pelita yang bercahaya. Sehingga pada gilirannya hati selalu memancarkan gerak aktivitas manusia yang berkualitas dan bermanfaat bagi diri, keluarga bahkan sesama manusia.
BP : Memangnya ada unsur-unsur tertentu yang membuat hati manusia menjadi rusak atau tidak berfungsi ?
AN : Jelas ada. Lihat saja sekeliling kita sekarang. Biasanya cenderung memaksimalkan pengurusan jasmani (fisik) semata dan kerap alpa menata kesehatan rohani (hati). Padahal hati justru berperan besar dan rentan terhadap banyak pengaruh yang dapat merusak, mengancam, membutakan hingga tidak berfungsi sama sekali.
BP : Contohnya ?
AN : Pertama, kesibukan duniawi seseorang sampai-sampai melalaikan kewajiban kepada Tuhannya. Hal ini ditandai dengan orientasi aktivitas manusia yang terlalu cinta pekerjaan, uang, harta, tahta bahkan kemilau duniawi lain. Saking berambisi meraih kebutuhan duniawi, seseorang bisa semakin berjauhan dengan Tuhan. Akibatnya mata hati jadi tumpul akan kehidupan sekitar seiring dengan perjalanan waktu. Kedua, beban dosa. Banyaknya dosa yang pernah dilakukan seseorang dapat mengotori hatinya. Seperti firman Allah SWT dalam QS.al-Muthaffifin: 14 yang mengatakan: “sekali-sekali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka. Dan unsur ketiga yang membuat hati tidak berfungsi adalah salah dalam pergaulan. Sebut saja berhubungan dengan orang-orang yang tidak benar. Membuat hatinya menjadi mati fungsi. Mulai terikut-ikut melakukan kemaksiatan, kurang tahu bersyukur, banyak menuntut, cinta dunia, bersandar pada kemampuan manusia, zalim, lemah iman hingga melupakan ajaran agamanya.
BP : Buku itu ketebalannya berkisar 64 halaman, apa-apa saja ‘kecamuk hati’ yang Anda tulis di sana ?
AN : Sebenarnya buku itu bukanlah tulisan ilmiah. Tapi lebih bersifat buku kumpulan dari poin-poin ceramah yang pernah saya sampaikan di berbagai kesempatan semisal forum penataran, pelatihan pejabat lingkungan PT Jamsostek wilayah Sumut, penataran Eselon pimpinan PDAM Tirtanadi Medan, pelatihan pimpinan/karyawan PTPN III, ceramah di lingkup instansi TNI/Pemkab/Pemko se-Sumut dan pengajian kuliah subuh Masjid At Taqwa kompleks Kostrad Tanah Kusir. Awalnya materi-materi ceramah saya itu berserakan begitu saja. Alhamdulillah, ketika saya berniat menulis buku, dukungan penuh datang dari istri saya tercinta Dra Hj Raudatus Shafa, M.Psi. Naluri intelektual dan pendidik istri saya telah menuntunnya menghimpun dan mengorganisir yang berserakan tadi sekaligus menjadi editor buku ini. Saya bangga padanya!
BP : Ada 5 topik bahasan yang Anda kaji, bisa dibeberkan sedikit ?
AN : Benar, diantaranya meliputi sentralitas hati dalam diri, urgensi mengasah hati, faktor-faktor perusak hati, mengasah hati untuk keberhasilan tugas dan paralelisme pengasahan hati dengan keberhasilan tugas. Lima topik bahasan di atas tergolong essensial dan berkorelasi terhadap realitas/derap kehidupan manusia di era kekinian, informasi yang membanjir, kompleksitas permasalahan serta load pekerjaan dan tugas yang terus meningkat. Fakta empiris seperti itulah yang kerap kali membuat rasionalitas seseorang menjadi tumpul. Kemudian buntu dan bahkan tidak lagi membawa solusi.
BP : Adakah kaitan bersih hati dengan keberhasilan tugas ?
AN : Pasti. Bila hati seseorang bersih, maka dalam tugas/aktivitas ia akan menampakkan energi kecerdasan intelektual, moral, emosional, spiritual, estetika dan pengendalian nafsu. Semuanya akan berfungsi baik mendukung kesuksesan pekerjaan. Perlahan tapi pasti kebersihan hati seoarang manusia membawa dirinya kepada kualitas perilaku, profesional saat bekerja dan mengalami peningkatan kelenturan tatkala menghadapi masalah/tekanan psikologi tugas. Belajar mengolah kebersihan hati dapat menangkal faktor-faktor penyebab kerusakan hati. Sebab di sana tersimpan hubungan paralel antara pengasahan hati dan keberhasilan tugas atau aktivitas hidup.
BP : Secara khusus kepada masyarakat Sumatera Utara, apa sebenarnya yang mau Anda katakan terkait buku ‘Mengasah Hati untuk Keberhasilan Tugas’ ?
AN : Sebagai seorang Muslim, saya ingin mengutip sabda Rasulullah SAW yang berbunyi: “di dalam diri manusia ada segumpal daging, yang apabila baik kondisinya, maka orang itu akan baik, tapi apabila sebaliknya, rusak, maka rusaklah individu tersebut. Gumpalan tersebut adalah qalb (hati)”. Sekali lagi, berkaca dari realitas kekinian hidup manusia, melalui buku ini, saya mau mengatakan kepada masyarakat Sumut bahwa buku ini menjadi elemen penting dalam kehidupan dan kerangka peningkatan potensi diri sebagai sosok khalifah di muka bumi. Adalah sangat ideal rasanya bila semua warga Sumut memiliki karakter hati atau sifat terpuji seperti loyal, jujur, berani, tegas, adil, bijaksana, tidak mementingkan diri sendiri, ulet, tahan uji, peduli keadaan sekitar, simpatik, menjadi teladan/panutan, mampu mempertimbangkan/mengambil keputusan, dapat dipercaya dan memiliki integritas.
BP : Adakah korelasi antara hati seseorang, yang nota bene merupakan rakyat, dengan percepatan pembangunan daerah di wilayah Sumut ?
AN : Perlu saya informasikan, selama puluhan tahun dinas di TNI, saya bekerja tulus saja melalui kekuatan hubungan dengan berbagai pihak. Saya berkeyakinan, seandainya kepluralan masyarakat Sumut telah sepakat untuk tetap sepakat mencerminkan sikap-sikap dari hati yang terasah, maka tidak mungkin diragukan lagi kalau potensi tersebut akan secara sadar menuntun lahirnya partisipasi untuk membangun daerah secara ikhlas hati, bersih berfikir, bersatu padu serta tanggap memberikan masukan konstruktif. Dan bila kita di Sumut ini sudah mau ikhlas berpartisipasi positif dalam konteks tersebut, niscaya percepatan pembangunan daerah muncul dengan sendirinya. Tanda-tandanya bisa dilihat dari hubungan silaturrahmi terjalin baik, jauh dari pertentangan/konflik serta meningkatnya persatuan rakyat dan pemerintah dalam memajukan pembangunan berbagai sektor. Mari kita merenung dan belajar dengan sejarah atau keadaan Sumut di era kekinian. Percepat pembangunan Sumut dengan kesehatian dan kecerdasan perilaku kolektif. Dan tolong dicatat, tidak ada satupun negara di dunia ini bisa maju tanpa dilandasi kekompakan pemerintah bersama rakyatnya. Terimakasih. (MS/Budiman Pardede)