www.MartabeSumut.com, Medan
Salah satu masalah terberat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Indonesia adalah ketidakpastian. Tidak pasti siapa membakar hutan/lahan dan tidak pasti pula areal mana lagi yang akan dibakar kelak. Sebab, semua praktik tersebut berjalan penuh keleluasaan sedangkan hukum terkesan tidak mampu mewujudkan kepastian itu sendiri.
Kritik pedas itu dilontarkan Dosen Ilmu Sosiologi Politik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Medan Drs Shohibul Anshor Siregar, MSi, kepada www.MartabeSumut.com, Senin (26/10/2015).Menurut Shohibul, hingga kini tidak ada yang tahu sampai berapa lama lagi para pelaku bisa leluasa membakar hutan/lahan. “Mereka bikin asap ini dimana lagi dan sampai kapan, kita gak tahu. Kita juga tidak tahu mau berapa banyak korban lagi yang akan gugur karena asap,” sesalnya.
Sekiranya saat pulang dari lawatan ke Amerika pesawat kepresidenan yang membawa Presiden Jokowi tak bisa mendarat gara-gara pekatnya asap, lanjut Shohibul, maka hanya ada 3 negara yang aman untuk mendaratkan pesawat. “Kemana pilihan mendarat jika 3 negara yang bebas kabut asap hanyalah Cina, India dan Australia ? Kan tak mungkin Presiden Jokowi diterjunkan dari ketinggian pakai parasut agar segera bertugas kembali di Istana? Apa mungkin beliau blusukan membagi-bagi beras di kampung-kampung saat bencana asap kian pekat,” sindir Direktur Pengembangan Basis Sosial, Inisiatif dan Swadaya (nBasis) itu, seraya memaklumkan, laskar Bela Negara besutan Riyacudu belum siap tampil menolong rakyat/Presiden kalau asap tak terkendali lagi sebab kabarnya banyak peserta yang pingsan-pingsan dalam latihan. (MS/BUD)