Tantangan zaman sekarang adalah ketersediaan pangan, krisis energi, bencana alam, penyakit menular, perang hingga arogansi pemaksaan ideologi. Sanggupkah Indonesia tetap eksis?
LAHAN untuk menghasilkan bahan pangan semakin sempit. Jumlah populasi manusia terus meningkat. Lahan yang ada tidak selamanya subur akibat pemakaian pupuk berlebihan bahkan pencemaran. Imbasnya mengarah pada penurunan produktivitas tanam. Ada pula fenomena alam El Nino (pemanasan suhu permukaan laut) memengaruhi sumber air menjadi tidak teratur. Sebaliknya anomali La Nina (kondisi suhu permukaan laut mengalami pendinginan/curah hujan tinggi) ikut mengganggu keutuhan ekosistem. Begitu juga ketersediaan air mulai habis menipis dari tempat-tempat semestinya karena eksploitasi hutan. Kemudian krisis energi menuntun manusia gigih mencari sumber-sumber terbarukan, disela-sela pasokan batubara dan minyak bumi tergerus berkurang. Minyak nabati jadi rebutan antara komoditas pangan atau energi. Tidak bisa diandalkan ! Sementara potensi angin dan matahari memerlukan dukungan peralatan terbilang mahal. Sedangkan nuklir menyimpan risiko kecelakaan cukup besar. Jepang dan Rusia pernah kecolongan !
BACA LAGI: Pekerja tak Didaftarkan BPJS Tenaga Kerja, DPRDSU & Disnaker Diminta Tinjau Perusahaan
BACA LAGI: Massa Berbendera Buruh Serukan Pencabutan Permenaker 2/2022 tentang JHT
BACA LAGI: Modus Diselipkan di Daun Sirih, IRT Gagal Selundupkan Sabu ke Lapas Gunungsitoli
BACA LAGI: Ada Seruan Penolakan Permenaker JHT
BACA LAGI: Politisi PKB Sumut Zeira Salim Ritonga Minta Presidential Threshold 10 Persen
BACA LAGI: Gubsu Jewer Pelatih Billiar, Lamsiang, SH, MH: Tak Sesuai Visi Sumut Bermartabat !
BACA LAGI: Wujudkan Indonesia Berkelas Dunia dengan SDM Berintegritas Tanpa KKN !
Alam Compang-camping, Bencana Mengancam
Menyaksikan kondisi alam yang compang-camping, sering kita mendengar bencana banjir, longsor dan angin puting beliung. Gempa bumi juga mengancam. Apalagi jauh lebih banyak jumlah manusia dibanding bangunan-bangunan yang dibangun tanpa mengurangi risiko gempa. Tsunami sebagai akibat dari gempa bumi bukanlah ancaman kecil buat umat manusia. Tsunami Aceh sudah membuktikan ! Belum lagi penyakit menular yang berasal dari virus. Bermutasi mengintai tanaman, hewan dan manusia. Menyebarkan segala jenis varian baru yang gampang menular bahkan mematikan. Menimbulkan ancaman berat. Lihat saja, ketika ada virus baru menyerang padi, tentu menghadirkan efek domino kelaparan dunia sekaligus kematian !
BACA LAGI: Tandatangani KPI & Pakta Integritas, Dirut Tirtanadi Sumut Ajak Jajaran Capai Target Kerja
BACA LAGI: Akui Sumut “Top” Narkoba Tiap Tahun, AKBP Dr Bahtiar Marpaung: Kita Miskinkan Pelaku !
Manusia Butuh Tim Cerdas
Segar di benak kita adanya Virus ASF menyerang ternak babi. Langsung mengguncang perekonomian masyarakat peternak babi. Jenis virus ASF tergolong sangat menular dan mematikan. Saat serangan virus ASF belum usai, miliaran penduduk dunia digemparkan wabah Covid-19 sedari 2 tahun silam sampai sekarang. Sepertinya dunia memang memerlukan ahli-ahli yang andal memprediksi perilaku mutasi virus. Manusia butuh laboratorium serta tim-tim cerdas untuk menganalisa. Sebab satu jenis varian mematikan berkorelasi erat pada keruntuhan peradaban manusia. Ketika perang di masa lampau, kita menggunakan tombak dan pedang. Namun kini berkembang memakai beragam senjata api. Perang dunia II akhirnya ditutup sajian miris musibah kemanusiaan akibat dampak penggunaan bom nuklir. Bagaimana perang dunia III, akankah memakai nuklir kembali? Alasan Amerika dan Rusia membuat senjata nuklir sepertinya menjadi jawaban atas penyebab kehancuran dunia. Pertanyaan berikutnya, apakah perang dunia III bakal pecah? Wallahualam…! Perang kecil saja menimbulkan krisis ekonomi, kekacauan sosial dan berbagai kehancuran global berkepanjangan.
BACA LAGI: Realisasi PSR 2021 Anjlok, Pansus DPRDSU Sesalkan Lemahnya Dukungan Regulasi & Stakeholder di Daerah
Waspada Arogansi Ideologi
Terakhir, arogansi ideologi. Sampai sekarang manusia cenderung sulit bersepakat bagaimana sebaiknya menjalani kehidupan. Semua mengklaim ingin hidup damai tapi menganggap cara dan pemahaman sendiri yang paling baik. Ideologi kerap berujung arogansi. Memicu konflik kebekuan politik serta krisis sosial. Terjadi secara langsung atau tidak langsung dan berdampak fatal atas keputusan berperang antar-sesama manusia. Zaman dahulu perang timbul akibat memperebutkan sumber daya alam. Pada era kekinian, disadari atau tidak, paham ideologi memaksakan kepentingan politik menjadi sumber (yang tak habis-habisnya) ancaman terjadinya perang.
BACA LAGI: Pemegang HGU Tanpa Plasma “Diincar”, Pansus DPRDSU Ingatkan Eksekutif Jangan Ego tapi Buka Data
BACA LAGI: HUT ke-5 KAJI DPRD Sumut dengan 100 Anak Panti, Baskami & Zeira: Gelar Terus Aksi Sosial
Indonesia Harus Berdaulat Pangan & Politik
Sebagai salah satu negara, Indonesia urgen mendaulatkan kemandirian mengelola pangan khususnya merdeka secara politik. Wajib tampil kuat dan sigap mengikuti perubahan zaman maupun perkembangan teknologi yang tidak dibatasi ruang/waktu. Caranya? Sederhana sekali. Dapat dimulai dengan penataan efisien sektor pertanian, peternakan dan perikanan. Selanjutnya memperbanyak hasil produksi, tidak mengabaikan kualitas serta mudah/murah dijangkau warga negara. Lahan tidur dihidupkan pula supaya menambah pasokan produksi. Jangan lupa, ada modal awal keuntungan Indonesia yang tinggal di garis Khatulistiwa. Berhubungan dengan sawah-sawah petani apakah hanya sekali tanam atau bagaimana idealnya. Mari kita putuskan ! Pada sisi lain, kebijakan moratorium sawit perlu diwujudkan. Termasuk pengembangan tanaman pangan jenis tertentu. Sebut saja sayur-mayur, herbal serta buah-buahan yang menyimpan segudang potensi besar. Dijalankan menerapkan standard manajemen mutu atas tata-kelola komoditas pertanian, peternakan hingga perikanan. Mengedepankan prinsip berkesinambungan karena merupakan sumber kesejahteraan seluruh rakyat.
BACA LAGI: Anggota DPRDSU Sugianto Makmur: Danau Toba Sakit, Sembuhkan & Hentikan Aktivitas KJA !
Geser Indonesia ke Tangga Lebih Tinggi
Nah, jika semua telah dilakukan, niscaya menggeser Indonesia ke tangga lebih tinggi. Infrastruktur jalan-jalan tol yang tersedia otomatis mengakselerasi efisiensi logistik hasil-hasil produksi. Diikuti pemberian subsidi dan pengembangan industri pengolahan produk pertanian, peternakan serta perikanan. Pergerakan industri pun melaju cepat bak mesin. Tentu langkah-langkah tersebut memacu adrenalin bangsa melesat jauh kedepan. Saya sepakat, kita tidak usah bermimpi dulu tentang industri mobil atau pesawat terbang. Terobosan besar itu tercipta sendiri tatkala atmosfir dunia usaha bergerak sehat dan mandiri. Bagi saya, Indonesia patut menguatkan dunia pendidikan. Sebab disanalah instrumen dasar pencetak generasi andal penerus kemajuan bangsa. Artinya, mari berjiwa besar mengakui bahwa generasi penerus harus diberikan legacy (warisan) berharga tentang strategi mempertahankan Negara dalam menyahuti kompleksitas tantangan zaman. Toh semuanya tergantung bagaimana perlakuan kita sekarang membentuk sistem pendidikan terhadap anak-anak/cucu.
BACA LAGI: KAJI Unit DPRD Sumut HUT ke-5, Zeira Salim Ritonga Apresiasi Aksi Sosial Buat 100 Yatim Piatu
VIDIO: Sambutan Ketua KAJI Unit DPRD Sumut Budiman Pardede, S.Sos saat Aksi Sosial HUT ke-4 KAJI Unit DPRD Sumut Bersama Anak Yatim Piatu Panti Asuhan Al-Marhamah Medan Sunggal
BACA LAGI: Hadiri HUT ke-4 KAJI DPRD Sumut, Zeira & Robert Dorong Bansos ke Panti Asuhan Al-Marhamah
BACA LAGI: Sosialisasi Bahaya Narkoba KAJI Unit DPRD Sumut: 6 Narasumber Ingatkan 1.500 Siswa SMAN 5 Waspada
BACA LAGI: Rayakan Natal di LP Tanjung Gusta Medan, KAJI Unit DPRD Sumut Beri Narapidana 100 Paket Natal
BACA LAGI: HUT ke-1, KAJI Unit DPRD Sumut Berbagi Kasih dengan Lansia di Panti Jompo Harapan Jaya Marelan
BACA LAGI: Aksi Sosial KAJI Unit DPRD Sumut Jelang Idul Fitri 1438 H itu Bikin 106 Anak Yatim Tersenyum
BACA LAGI: Korban Jiwa Gempa Lombok 387 Orang, KAJI Unit DPRD Sumut Salurkan Bantuan Rp. 650 Ribu
Negara Fokus Distribusikan e-Book
By the way, kita juga tidak memerlukan buku cetakan yang berat-berat. Negara sebaiknya fokus mendistribusikan e-Book. Berwarna, jelas dan mudah dibawa kemana-mana. Skenario besarnya cukup mendidik anak-cucu. Hadirkan generasi cerdas, mandiri, toleran serta memiliki prinsip kebangsaan. Sehingga legacy buat generasi penerus berorientasi pada potret Indonesia cerah nan berpengharapan ! Sudah saatnya seluruh potensi negara belajar memahami tantangan dunia yang kian majemuk. Bisa datang setiap saat tanpa disadari oleh siapapun. Siap atau tidak beragam tantangan tetap bermunculan. Last but not least, alangkah bijak rasanya bila kita tidak ngeyel dengan hasil ujian atau sekadar melihat nilai kuantitatif buku rapor. Lebih dari itu pertanyaan ekstremnya pantas menjadi bahan refleksi singkat: seberapa banyak orang bertahan hidup dan menyadari apakah kelak Indonesia masih eksis atau tidak? (****)
[ ] Penulis Ir Sugianto Makmur, AMd, Li, anggota Komisi B DPRD Sumut Fraksi-PDIP