HS Dosen USU Predator Seks itu Mulai Cari Suaka ke Koleganya

Bagikan Berita :

www.MartabeSumut.com, Medan

Pasca-mengakui tindakan cabul yang dilakukannya menjadi topik pemberitaan media massa, dosen Universitas Sumatera Utara (USU) HS dikabarkan sedang berupaya mencari suaka kepada beberapa koleganya. Langkah tersebut ditempuh untuk membantu menghadapi persoalan yang menyeret namanya sebagai pelaku tindak kekerasan seksual dengan korban D, mahasiswinya sendiri di jurusan sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP).

Kebenaran kabar tersebut kemudian ditelusuri oleh www.MartabeSumut.com, Senin siang (17/6/2019) dengan mencoba menghubungi telepon seluler informan yang dikenal dan dianggap memiliki hubungan baik secara organisasi dan jaringan dosen dengan HS. Salah seorang informan yang bersedia diwawancara serta membenarkan upaya HS mencari suaka adalah H. Dadang Pasaribu, MSi. Pria yang dulunya pernah mengajar di FISIP USU tersebut membenarkan bahwa pada Kamis (13/6/2019) HS pernah mengajaknya bertemu di salah satu tempat tongkrongan di kawasan Ringroad Medan. Ketika itu, HS menceritakan skandal yang dilakukannya setahun silam. Setelah mengakui perbuatan asusila terhadap D, HS kemudian memohon kepada Dadang agar membantu menyelesaikan persoalan pribadinya. “Pertemuan kami Kamis lalu di Ringroad jam 5 sore. Dia menceritakan dan mengakui perbuatannya walau tidak secara detil. Karena dalam pertemuan itu, HS tidak mengupas apa yang dilakukannya. Tapi, dia meminta bantuan agar persoalannya bisa selesai,” ungkap Dadang.

Dadang Tolak Bantu HS

Sebagi teman, Dadang yang belum mengetahui kasus HS secara lengkap, menyampaikan kesedian membantu. Pria yang aktif sebagai dosen Universitas Medan Area (UMA) tersebut berjanji membangun komunikasi persuasif terhadap korban. Dadang juga mengusulkan agar HS menerima jika diskorsing oleh kampus sebagai sanksi atas kesalahannya. “Ya sudahlah, kalau memang sebagai kawan, dan abang sudah mengakui kasus ini. Aku akan bantu. Apa yang bisa kubantu. Pertama, aku akan mengontak korban untuk menyampaikan upaya-upaya persuasif. Itulah yang aku janjikan ke HS saat itu. Usul kampus menskorsing, dia oke. Artinya ok suatu pengakuan,” ucap Dadang.

Namun setelah membangun komunikasi ke berbagai pihak, pria kelahiran Padang Halaban 11 Mei 1973 ini mengetahui kasus yang menjerat HS telah ditangani Womens March Medan (WMM), lembaga pendamping korban. Dadang pun langsung menghubungi lembaga tersebut. Hasilnya, dia mendapati kebenaran berbeda dari berbagai keterangan yang disampaikan HS. Seperti kasus HS bukan sekadar masalah antara dirinya dengan D, dan diketahui sebanyak 5 orang lebih telah menjadi korban. Dari penjelasan WMM, Dadang menjadi yakin bahwa kesalahan yang dilakukan HS sangat fatal. Makanya Dadang memutuskan tidak membantu HS. “Kupikir masalah sederhana. Tapi setelah tahu ceritanya, aku urungkan niat membantu. Aku takut berbenturan dengan koalisi (WMM). Kupikir ini masalah D saja,” ujarnya. 

HS Diminta Terbuka & Hadapi Masalah

Dadang menilai, sikap menghindar yang ditunjukkan HS terhadap wartawan maupun korban tatkala menghadapi kasus cabul yang dilakukan pada Minggu 3 Februari 2018 silam, bukanlah solusi melainkan memunculkan persoalan baru yang bakal terus mengejar. Dadang menyarankan, HS terbuka dan menghadapi masalah secara jantan. “Kita harap HS terbuka dalam masalah ini supaya bisa diselesaikan cepat,” pesan Dadang kepada HS. Dadang mengingatkan HS, tidak ada pihak-pihak yang ingin mempolitisasi atau mencari untung dalam kasus yang dibuatnya sendiri. Hal itu berdasarkan analisanya dari berbagai pemberitaan maupun penjelasan pendamping.(MS/PRASETIYO)

Bagikan Berita :

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here