www.MartabeSumut.com, Medan
Gubsu Edy Rahmayadi menghadiri pembukaan Bazaar Buku Big Bad Wolf di gedung Andromeda eks Bandara Polonia Medan, Kamis malam (1/11/2018). Dalam sambutannya, Gubsu mengingatkan warga Sumut terkait kehidupan manusia yang tak berilmu ibarat malam tanpa penerangan. Pengamatan www.MartabeSumut.com, hadir Presdir PT Jaya Ritel Indonesia Uli Silalahi selaku pelaksana, Regional Transaction & Consumer Head Regional I Sumatera I PT Bank Mandiri Agus Sanjaya sebagai pendukung, media partner Presdir Metro Tv Suryopratomo, Komandan Pangkalan TNI AU Soewondo Medan Kolonel Penerbang Dirk Poltje Lengkey serta ratusan undangan.
Gubsu mengatakan, Bazaar Buku Big Bad Wolf di Kota Medan pantas diapresiasi sebab memberi nilai positif bagi masyarakat luas. “Saya senang melihat Bazaar buku ini. Ingat, manusia tanpa ilmu ibarat malam tanpa lampu. Ilmu tanpa buku membuat kita gelap. Semoga anak-anak Sumut rajin membaca,” tegasnya. Bila warga sering membaca, Gubsu yakin tidak akan terjadi keributan di lingkungan masyarakat. Apalagi harga buku dimasa lalu disebutnya mahal-mahal namun Bazaar Big Bad Wolf memberi penawaran murah. “Pakai diskon besar pulak. Di Medan ada Titi Gantung, di Bandung ada Pala Sari yang jual buku-buku. Selamat bazaar buku dan semoga bermanfaat meningkatkan minat baca anak bangsa,” tutup Gubsu.
Minat Baca Indonesia 0,01 Persen
Sementara itu, Presdir Jaya Ritel Indonesia Uli Silalahi mengatakan, Bazaar Buku Big Bad Wolf mempersiapkan 2 juta lebih buku-buku baru import berbagai jenis. Tujuan bazaar merangsang minat baca rakyat sekaligus memperingati hari Pahlawan 10 November 2018. “Terimakasih atas kehadiran Pak Gubsu mendukung acara. Kita sama-sama punya visi-misi meningkatkan minat baca masyarakat. Bazaar berlangsung nonstop 24 jam setiap hari di gedung Andromeda Polonia sejak 2-12 November 1018,” ucapnya bangga, seraya berharap kehadiran publik Sumut minimal 250 ribu orang.
Uli membeberkan, pada tahun 2014 Badan pendidikan PBB bernama UNESCO melansir data bahwa rakyat Indonesia yang suka baca buku sebesar 0,01 persen. Artinya, terang Uli lebih jauh, dari 10 ribu orang hanya 1 yang senang baca buku dan dari 1 buku cuma dibaca 15 ribu orang. “Singapura adalah negara paling aman dunia sesuai survei September 2018. Di sana, syarat naik kelas seorang siswa harus membaca 5-6 buku. Warga Singapura telah dididik semenjak dini agar berilmu sehingga berkorelasi terhadap keamanan negara,” ungkap Uli.
Mencontoh Budaya Orang Batak
Hal senada dilontarkan Presdir Metro Tv Suryopratomo. Bagi dia, rakyat Sumut dan Indonesia wajib mencontoh falsafah hidup dan budaya etnis Batak yang selalu berjuang mati-matian bersekolah untuk memperoleh ilmu. Perjuangan tersebut dinilai Suryopratomo telah ditunjukkan kalangan orangtua Batak tatkala menyekolahkan anak-anaknya berlandaskan semangat 3 H. Yaitu: hamoraon (kekayaan), hagabeon (punya keturunan lengkap laki-laki-perempuan) dan hasangapon (terhormat). Kendati kurang fasih mengucapkan 3 kata bahasa Batak itu, toh Suryopratomo tampak serius menirukan. “Contohnya orang Batak dengan konsep hamoraon, hagabeon dan hasangapon. Modal besar Batak yang patut kita tiru agar rakyat Indonesia kaya dalam ilmu. Saya kagum dengan konsep acara Big Bad Wolf yang bertujuan membuat minat baca warga dan menambah ilmu,” cetus Suryopratomo mantap.
Sedangkan Regional Transaction & Consumer Head Regional I Sumatera I PT Bank Mandiri, Agus Sanjaya, menyatakan bangga serta bersyukur terlibat dalam Bazar Buku Big Bad Wolf yang hadir pertama kali di Sumut. “Ada poin yang bisa ditukarkan pengunjung agar mendapat diskon dari Bank Mandiri saat membeli buku. Diskon 20-80 persen,” ujarnya. (MS/BUD)