MENJABAT Ketua Umum PSSI lebih berat ketimbang menjabat Pangkostrad atau Gubernur Sumatera Utara. Minim prestasi dan banyak kasus yang muncul ketika Edy Rahmayadi memimpin organisasi induk sepakbola di tanah air ini.
Salah satunya yang paling mencuat peran mafia bola dalam pengaturan skor pertandingan. Dan, sekarang mulai terungkap siapa di balik utak-atik skor pertandingan. Beban berat itu diakui Edy Rahmayadi beberapa hari lalu saat mengundurkan diri.
Tampuk kekuasan PSSI pun diberikan kepada Wakil Ketua Umum Joko Driyono. Pelepasan jabatan di PSSI memunculkan tanda tanya besar. Apakah terkait pemilu 2019? Atau dukung mendukung salah satu paslon presiden dalam pilpres April nanti? Apakah Edy Rahmayadi diintimidasi hingga melepas jabatan sebagai Ketua Umum PSSI! Mungkinkan desakan dari sana-sini? Sebab, jabatan sebagai Gubernur Sumut tak lepas dari kancah politik.
Nah, sedangkan kita tahu sebentar lagi berlangsungnya pemilu secara serentak. Sebagaimana diketahui bahwa Edy Rahmayadi hingga kini belum memberikan dukungan kepada paslon 01 atau 02. Pun sempat dikatakan dirinya tetap netral dan tidak akan membocorkan siapa yang bakal didukungnya nanti. Hanya saja, dari mundurnya Edy Rahmayadi di PSSI, tersirat politis. Edy, yang notabene eks TNI bisa jadi tetap pada perintah satu komando. Sementara jabatan Gubernur Sumut, pun notabene di bawah Presiden yang kini dijabat Joko Widodo.
Inilah, mungkin indikasi politis terlihat saat Edy mengundurkan diri sebagai Ketua Umum PSSI. Debat kusir di ranah olahraga sampai di kelompok sosial jadi perbincangan. Banyak kalangan tak menyangka kalau Edy mengundurkan diri, serta melepas jabatan hampir dua tahun ke depan. Akankah Edy Rahmayadi tunduk satu komando di 02, atau tetap kepada suara 11 gubernur yang mendukung 01! Lagi-lagi pertanyaan tersurat di masyarakat. Mampukah Edy menjawab semuanya, atau tetap pada prinsip “lihat saja di April” mendatang siapa yang jadi jagoannya di Pilpres.Wow….Edy tetaplah Edy. Yang punya kharismatik, tegas, dan tidak goyah. Patut dinanti kiprah Edy Rahmayadi di 01 atau 02. (MS/ESP)