www.MartabeSumut.com, Medan
Dua dari 3 aparat Polres Tobasa yang menangkap Andi Pangaribuan (31)
atas tuduhan terlibat Narkoba hingga ditemukan meninggal tergantung
dalam sel Mapolres Tobasa pada Jumat 6 November 2015 silam, akhirnya
ditetapkan sebagai tersangka (Tsk) oleh Subdit III/Jahtanras Direktorat
Krimum Polda Sumut. Penetapan tersangka terhadap Bripda Marco Panata
Purba serta Bripda Linton Candra Panjaitan sesuai Surat Pemberitahuan
Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP) tertanggal 9 Juni 2016 yang
diterima abang kandung korban, Benny Pangaribuan selaku pelapor. Ipda
Syrus Sijabat, yang juga ikut menangkap korban Andi Pangaribuan, tidak
ditetapkan sebagai Tsk.
Meninggalnya Andi Pangaribuan di sel
Polres Tobasa sempat menuai kecurigaan keluarga. Apalagi Kapolres Tobasa
AKBP Jidin Siagian dengan cepat membantah semua konfirmasi terkait
kesalahan prosedur hingga dugaan penganiayaan di sel Polres Tobasa.
Pihak keluarga tidak percaya sehingga melaporkan dugaan tindak pidana
pembunuhan itu ke Polda Sumut yang ditangani Subdit III/Jahtanras Dit
Krimum Polda Sumut sesuai laporan nomor LP/1437/XIII/2015/SPKT II
tanggal 30 November 2015. Jajaran Polda Sumut pun telah melakukan gelar
perkara pada Senin (29/2/2016) di Mapoldasu Jalan Tanjung Morawa-Medan.
Gelar perkara bertujuan mengurai fakta penyebab kematian warga Dusun
Lumban Saro Kel Pintu Bosi Kec Laguboti Kab Tobasa di sel Polres Tobasa.
“Penyidik sudah memberikan SP2HP kepada saya. Dalam surat itu
dinyatakan bahwa penyidik telah menetapkan 2 tersangka atas kasus
kematian adik saya,” kata Benny Pangaribuan kepada www.MartabeSumut.com, Rabu siang
(15/6/2016) di Medan. Kasubbid Penmas Humas Polda Sumut AKBP MP
Nainggolan, kepada wartawan membenarkan kedua anggota polisi sudah
ditetapkan sebagai tersangka. “Jika memang terbukti, tidak menutup
kemungkinan mereka akan di PTDH atau Pemberhentian Tidak Dengan Hormat,”
terang AKBP MP Nainggolan.
Tahan, Pecat dan Bebastugaskan 2 Tersangka
Menanggapi
penetapan 2 Tsk tersebut, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Sumatera Utara (DPRDSU) Sutrisno Pangaribuan, ST, meminta kedua oknum
polisi Polres Tobasa segera ditahan, dibebastugaskan bahkan dipecat agar
ada kepastian hukum serta memenuhi rasa keadilan. “Andi Pangaribuan
masih diduga teribat Narkoba tapi sudah dianiaya sampai mati. Sementara
11 tahanan Narkoba Poldasu kabur dengan mudah kemarin. Ada apa dengan
mental polisi kita ? Saya minta ditahan ke-2 tersangka supaya tidak
menghilangkan barang bukti atau tidak melakukan pelanggaran baru,” cetus
Sutrisno kepada www.MartabeSumut.com, Rabu malam (15/6/2016). Politisi PDIP ini
melanjutkan, Kasat Narkoba dan Kapolres Tobasa juga patut diperiksa
Propam Polda Sumut sebab seluruh perintah operasi dalam bentuk apapun
dibawah kendali keduanya. Maka untuk mengembangkan kasus ini, terang
Sekretaris Komisi C DPRDSU itu lagi, Kasat Narkoba dan Kapolres Tobasa
wajib bertanggungjawab atas penganiayaan yang mengakibatkan matinya
seorang manusia. Terpisah, Kapolres Tobasa AKBP Jidin Siagian, saat
dikonfirmasi www.MartabeSumut.com melalui ponselnya, Kamis siang (16/6/2016), tidak
mengangkat telepon. Pesan singkat SMS konfirmasi yang dikirimkan juga
tidak dibalasnya.
Sikap Kapolres Tobasa Tidak Wajar
Sebelumnya, Jurnalis www.MartabeSumut.com Budiman Pardede sempat melakukan wawancara telepon dengan Kapolres Tobasa AKBP Jidin Siagian, Rabu sore (2/12/2015). Anehnya, tatkala Jidin ditanya tentang tahanan bernama Andi Pangaribuan yang ditemukan meninggal tergantung di dalam sel Mapolres Tobasa pada 6 November 2015 silam, sikap Kapolres Tobasa sangat tidak wajar sebab mendikte dan menyalahkan semua pertanyaan yang diajukan. Padahal, 3 pertanyaan yang diajukan sangat standard terkait mekanisme awal penangkapan Andi Pangaribuan, dugaan kekerasan fisik di ruang tahanan Mapolres Tobasa serta kepastian tahanan bunuh diri atau tidak. Berikut petikan wawancara telepon Budiman Pardede (BP) dan Jidin Siagian (JS), Rabu sore (2/12/2015).
BP : Selamat sore Pak Kapolres, maaf saya ganggu sedikit Pak. Boleh saya konfirmasi sedikit Pak Kapolres ?
JS : Hmm, masalah apa ?
BP : Ini korban (tahanan) Andi Pangaribuan yang meninggal di tahanan itu Pak. Saya kan baru konfirmasi sama Sutrisno Pangaribuan anggota DPRD Sumut. Jadi dia menilai ada ketidakwajaran dalam penangkapan Andi yang di jalan raya waktu itu. Saya mau konfirmasi sama Pak Kapolres apa mekanisme/SOP penangkapan itu apa sudah sesuai standard apa tidak ya Pak ?
JS: Sudah sesuai standard ?
BP : Iya penangkapan di jalan raya itu Pak ?
JS : Kalo kamu menanya seperti itu, kalo kamu menanya seperti itu, tidak tepat. Kenapa ? Tetapi kalo kamu bilang, kalo anak buah Pak Kapolres salah, diproses sesuai hukum berlaku, itu yang benar. Tapi kalo tanya begitu, itu teknik toh.
BP: Jadi kan waktu itu dia bersama rekan kerjanya 3 orang Pak Kapolres. Surat penangkapan itu tidak dijelaskan akan menangkap korban ?
JS : Itu menurut kamu, karena orang yang bersama dia di mobil itu sudah diberita acara, sudah dimintai keterangannya. Ya sudah.
BP : Maaf ya Pak, jadi memang menurut Bapak sudah sesuai standard penangkapan itu ?
JS : Kalo itu yang kamu tanya, sudah saya bilang, teknis-teknis di lapangan itu bukan urusan kamu. Yang perlu kamu tanya sama saya, kalo anak buah saya bersalah, melakukan kesalahan di dalam tugasnya, saya proses sesuai hukum berlaku.
BP : Dugaan anggota DPRD Sumut Sutrisno Pangaribuan bahwa ada kekerasan fisik terhadap tahanan sampai lebam-lebam matanya ?
JS : Kamu pertanyaannya sudah salah, pertanyaanmu sudah salah. Udah saya bilang tadi, apabila anak buah saya salah, akan diproses sesuai hukum berlaku. Sudah jelas, sudah di situ semua, itu yang profesional bertanya ya.
BP : Pertanyaan terakhir Pak, kenapa dia positif dinyatakan bunuh diri Pak ?
JS : Pertanyaanmu udah salah, baca di koran kan sudah ada hasil otopsi. Udah jelas, ok. (MS/BUD)