www.MartabeSumut.com, Medan
Jika benar Bobby Nasution akan melawan kotak kosong dalam Pilkada Medan yang dijadwalkan 23 September 2020, maka hal itu akan menjadi catatan tragis demokrasi. Sebab calon tunggal Pilkada adalah anti demokrasi. Apalagi ajang Pilkada tak hanya mekanisme sirkulasi kekuasaan politik. Lebih dari itu, tak kalah penting merupakan seleksi figur.
BACA LAGI: 23 Daerah di Sumut Gelar Pilkada 2020, Antisipasi 3 Kekhawatiran Ini
Peringatan ini disampaikan Akademisi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Medan, Drs Shohibul Anshor Siregar, MSi, kepada www.MartabeSumut.com, kemarin, melalui saluran WhatsApp. Shohibul beralasan, pemimpin yang lahir dari mekanisme pemborongan partai agar tidak memunculkan figur lain alias berhadapan dengan kotak kosong, tak lebih sebatas pemanfaatan celah buruk regulasi untuk kepentingan anti demokrasi. Diakuinya, memang dalam Pilkada ada jalur perseorangan. Namun regulasi juga acuh tak acuh terhadap calon independen lantaran klausul perseorangan merupakan aturan yang belakangan ditambahkan. Artinya, jalur perseorangan bukanlah arus utama dalam kontestasi Pemilu. Kendati demikian, Shohibul percaya ada persekongkolan elite yang berhasil menobatkan kotak kosong sebagai lawan dalam menjembatani seorang calon untuk diakui sebagai pemimpin. Walau upaya tersebut tidak selamanya berhasil meraih kemenangan. “Pencalonan itu satu hal, sedangkan pemenangan hal berbeda. Kalo benar strategi kotak kosong memang dipersiapkan elite Parpol dan kekuasaan untuk dihadapkan dengan Bobby, tentu bakal menjelaskan resistensi politik terhadap Jokowi. Baik sebagai Presiden maupun selaku “simatua” (mertua) Bobby,” cetus Shohibul.
BACA LAGI: Pemenang Pilkada 2020 Menjabat 4 Tahun, Jadilah Pelayan Rakyat & Bukan Penguasa..!
BACA LAGI: Calon Tunggal Pilkada Serentak Bukti Ketidaksiapan Parpol Jadi Mesin Pencetak Kader Pemimpin
Strategi Kotak Kosong Bisa Mempermalukan
Bagi Dosen Sosiologi Politik tersebut, selain kelak bisa mempermalukan Jokowi dan keluarganya, strategi kotak kosong melawan Bobby Nasution akan menjadi rapor merah menyala untuk semua partai koalisi. Shohibul meyakini, tentu saja publik Kota Medan dan warga Sumut ikut memberi penilaian minor atas catatan tragis demokrasi dan skenario calon tunggal Pilkada karena “stempel” anti demokrasi. “Mereka (Partai Koalisi) takut demokrasi berjalan dengan normal. Sehingga mereka memutuskan untuk membunuhnya (demokrasi) beramai-ramai,” sindir Shohibul Anshor Siregar.
BACA LAGI: Maju Pilkada ASN & Legislator Wajib Berhenti, Dosen UMSU Sebut Indonesia Krisis Kepemimpinan
BACA LAGI: Anggota DPRDSU Ir Doli Sinomba Siregar Diusulkan jadi Waketum PSSI Pusat
Tak ada Strategi & Skenario Kotak Kosong
Terpisah, www.MartabeSumut.com mengkonfirmasi Ir Doli Sinomba Siregar selaku paman Bobby Nasution, Sabtu siang (25/1/2020). Dihubungi via ponselnya, Doli menjawab santai seputar isu kotak kosong. “Silahkan saja siapa yang mau bertarung. Gak ada tuh strategi apalagi skenario kotak kosong. Inikan demokrasi, siapa aja boleh,” ucap Doli. Anggota DPRD Sumut periode 2014-2019 ini memastikan, pihaknya tidak pernah memiliki skenario kotak kosong untuk dihadapkan dengan Bobby. Bahkan politisi Partai Golkar itu menyatakan tidak setuju kontestasi Pilkada dikondisikan melawan kotak kosong. “Kita pun gak suka juga, loh. Saya tegaskan mewakili keluarga, kita tak ada merencanakan itu. Siapa aja boleh berkompetisi sepanjang memenuhi aturan, ketentuan dan UU,” yakin Doli Sinomba Siregar. (MS/BUD)