Tujuh demonstran mogok makan dan 4 orang yang jahit mulut melakukan aksi pendudukan di gedung DPRDSU, Kamis (28/6) pukul 11.00 WIB. Kehadiran 11 pengunjukrasa yang selalu terlihat diam itu didampingi Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan beserta puluhan masyarakat dari Kelompok Tani Torang Jaya Mandiri (KTTJM) Desa Tobing Tinggi, Kec Aek Nabara Barumun, Kab Padang Lawas yang sudah berunjukrasa bersama-sama sejak 6 Juni 2012 lalu.
Pantauan MartabeSumut di DPRDSU, 7 orang pemogok makan masih melakban mulut mereka sedangkan 4 orang yang jahit mulut memperlihatkan kondisi bibir yang dipenuhi benang dan gumpalan darah. Ke-11 orang tersebut duduk di emperan pintu masuk gedung DPRDSU. Wakil Koordinator aksi Sugianto dalam orasinya mengatakan, sampai saat ini pihaknya masih menunggu kepastian surat yang pernah ditandatangani Wakil Ketua DPRDSU Sigit Pramono Asri, SE, pada minggu lalu terkait permintaan kepada Kapoldasu agar menghentikan operasional PT Sumatera Riang Lestari (SRL) dan PT Sumatera Silva Lestari (SSL) sebelum ada kejelasan penyelesaian masalah. “Mana hasilnya Pak Dewan, Pak Sigit mana? Kalo memang tak bisa, jawab dong biar tahu kami meminta bantuan Kapolri untuk memecat Kapoldasu yang tidak tegas menertibkan anggotanya di Palas karena memihak PT SRL/PT SSL,” teriak Sugianto.
Sementara salah satu pengunjukrasa lain, Ronald Syafriansah dari aktivis Persatuan Perjuangan Indonesia (PPI) Kota Medan, meminta DPRDSU peduli dengan nasib 380 KK yang lahannya diserobot PT SRL/PT SSL di Desa Tobing Tinggi, Desa hadundung Pintu Padang, Desa Hadundung Aek Rampah dan Desa Padang Garugur. “Rumah warga dibakar, tanah dirampok dan tanaman rakyat dirusak. Mana kepedulianmu wakil rakyat,” sindirnya.
Selang 30 menit berorasi, Humas DPRDSU Rospita Pandiangan membawa anggota Komisi C DPRDSU Pasiruddin Daulay dan Musdalifah. Namun petani justru semakin kesal sebab penjelasan Pasiruddin dinilai asal bunyi (asbun) dan tidak mengikuti perkembangan masalah petani Palas. “Apa yang kami tuntut bukan sebatas kata sabar seperti bapak bilang itu. Bapak paham gak perkembangan persoalan kami? Kami menunggu jawaban atas surat Wakil Ketua DPRDSU Sigit Pramono Asri yang sudah dikirimkan ke Kapoldasu minggu lalu,” beber Sugianto.
Pasiruddin dan Musdalifa akhirnya disuruh pergi oleh pengunjukrasa. Sementara petugas polisi dan keamanan DPRDSU tak berhasil membendung aksi beberapa petani yang memaksa masuk (sweeping) ke dalam gedung mencari Sigit. Puas menerobos gedung DPRDSU dan tak menemukan yang dicari, para petani kembali duduk beramai-ramai di teras pintu depan sambil berorasi. Pada saat berikut, peristiwa tragis tiba-tiba terjadi sekira pukul 12.30 WIB. Salah seorang pengunjukrasa yang mogok makan pingsan di halaman Dewan dan terpaksa digotong rekan-rekannya ke rumah sakit Malahayati Medan. Pengunjukrasa bubar dan keluar dari gedung Dewan pada pukul 12.50 WIB.