Tampil sederhana dan apa adanya merupakan ciri khas Oloan Simbolon,
ST (44). Terpancar utuh dalam balutan kerendahan hati serta bahasa tubuh
yang tidak dibuat-buat. Tak heran, perilaku tersebut membawa Oloan
sukses menjalani hidup dan menduduki lembaga legislatif kurun waktu 3
periode atau hampir 15 tahun.
Pada hari Jumat 8 Maret 2013 Oloan Simbolon terlihat santai di ruang
kerja Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara (DPRDSU).
Saat itu dia tidak banyak aktivitas mendesak sehingga memiliki waktu
luang menerima beberapa tamu. Selaku Ketua Komisi A, Oloan memang tampak
lebih aktif ‘ngantor’ di tempat tersebut seraya memonitor agenda
kegiatan Dewan yang berjalan. Setelah melayani beberapa urusan tamu, Jurnalis MartabeSumut Budiman Pardede berkesempatan mewawancarai Oloan secara khusus. Kendati sebenarnya,
waktu bertemu dan berbicara dengan Oloan bukanlah momen yang bisa
dihitung jari. Rutin terjadi sejak tahun 2009 apalagi setelah
dipercaya memimpin Komisi A DPRDSU beberapa bulan lalu.
Perlu diketahui, niat menulis sosok Oloan Simbolon juga bukan muncul
seketika. Melainkan pernah disampaikan jauh-jauh hari namun belum
menemukan waktu tepat menghimpun data-data primer pribadi. Nah, pada Jumat 8 Maret 2013 pukul 13.10 WIB, sepertinya reaksi Oloan muncul
mendadak. Dia keluar dari ruang ‘kerajaannya’ kemudian menghampiri Jurnalis MartabeSumut Budiman Pardede yang ‘nongkrong’ di sana dan sedang duduk di meja salah satu staf. Oloan langsung memegang mouse dan mengutak-atik komputer yang kebetulan menampilkan lay out situs media online www.MartabeSumut.Com.
Dari sanalah Oloan memutuskan berbicara panjang lebar tentang liku-liku
pengalaman berikut dinamika kehidupannya. Seperti biasa, siang itu
Oloan tampil sangat sederhana. Satu pemandangan jamak dalam
kesehariannya manakala tidak ada agenda resmi semisal Paripurna. Saking
sederhananya, paduan celana jeans biru dan kemeja lengan pendek warna
biru merah yang dikenakan membuat Oloan seolah-olah bukan anggota Dewan
yang terhormat. Tapi begitulah performance Oloan saat
beraktivitas di gedung DPRDSU Jalan Imam Bonjol No 5 Medan sejak 5 tahun
lalu. Dan ketika sudah duduk berdua bersama Oloan di ruang
‘kerajaannya’, aura kerendahan hati, ketenangan dan keterbukaan yang
terpancar deras ke permukaan, bukan pula sesuatu yang baru pertama
disaksikan. Sudah berkali-kali dirasakan dalam kebersamaan percakapan
santai yang tidak terhitung jari. Improvisasi pria yang baru 1 tahun
bergabung di Fraksi Gerindra Bulan Bintang Reformasi (GBBR) itu pun
tetap
selalu akrab tanpa sekat-sekat wibawa status sosial. “Apa kira-kira
sosok saya yang mau ditulis,” ucap Oloan ramah, mengawali percakapan
dengan Jurnalis MartabeSumut Budiman Pardede, yang duduk di depannya.
Pada detik berikut Oloan terlihat ‘sibuk’ mengamati satu surat
yang dibawa staf Komisi Albert Sihaloho. Oloan segera membaca serius
untuk selanjutnya menandatangani sambil menyampaikan beberapa petunjuk.
Tatkala diamati lebih dekat, sosok bersahaja, kekeluargaan dan
keterbukaan Oloan kembali bertaburan saat melayani stafnya. Bisa
ditebak, pasti pola-pola sikap itu yang dijadikan Oloan sebagai landasan
kesuksesan dalam meniti kehidupan. “Biasa ajalah, kita memang sudah
terbiasa apa adanya,” kata pria kelahiran Pangururan Kab Samosir 3 Maret
1969. Percakapan terhenti sejenak. Seorang petugas kebersihan
DPRDSU membawa 2 nasi bungkus yang sudah dipesan sedari awal. “Ayo-ayo,
sambil makan kita ya,” imbau Oloan.
Bekal Rendah Hati dan Talenta Organisasi
Semenjak dini Oloan memang telah menunjukkan talenta berorganisasi dan
latar belakang pendidikan formal dari organisasi kemasyarakatan pemuda.
Sehingga klop dengan keinginan hatinya yang mencoba peruntungan sebagai
anggota legislatif di Kab Toba Samosir sedari tahun 1999. Artinya,
berbekal kepribadian diri serta pengalaman praktis
organisasi dari Pemuda Katolik,
Oloan terbukti tidak kesulitan meraih kursi wakil rakyat berpredikat
merakyat. Sikap rendah hati dan pengalaman organisasi Oloan
ternyata berkorelasi erat dengan rutinitas kegiatan yang memang
membutuhkan umpan balik berbentuk kesepahaman atau pesona banyak
orang/kalangan berkepentingan. Bagi insan Pers dan warga Sumut, figur
Oloan juga bukan lagi asing di telinga. Wajar, dan sekali lagi, sampai
sekarang Oloan adalah tipikal manusia sederhana, apa adanya, terbuka,
familiar dan mengandalkan perilaku rendah hati yang tidak dibuat-buat.
Buktinya, berbagai aktivitas organisasi semisal Ketua Pemuda Katolik
Komda Sumut plus status Ketua Komisi A DPRDSU, tidak justru
membuatnya risau ‘bertualang’ bersama rakyat di pelosok daerah. “Saya
pernah tidur di rumah warga atau gereja hanya beralaskan kursi dan
selimut doang. Itu semua karena tanggungjawab kegiatan organisasi maupun
panggilan hati sebagai wakil rakyat. Apa adanya saja dan tidak pernah
saya buat-buat,” aku suami dari Maida Silalahi (35). Oloan memastikan,
dirinya sangat tidak simpatik terhadap pola fikir yang melihat perbuatan
baik seseorang atau perhatian anggota Dewan dalam kacamata praktis
sesaat. Apalagi memvonis kehadiran/perhatian seseorang dengan
kepentingan tertentu khususnya perolehan suara dalam Pemilu Calon
Legislatif (Caleg). “Bagi saya mindset (cara pandang-Red)
seperti itu tidak berlaku. Pribadi saya ya ini apa adanya yang dilihat.
Kalau saya berbagi dan berbuat kepada sesama/masyarakat, ya semata-mata
dilandasi ketulusan saja. Bukan dilatarbelakangi harus mendapat imbalan
balasan ini atau itu setelah saya memberi,” tegas buah kasih pasangan
Osman Simbolon (+) dan Artauli boru Sinaga (+). Pada sisi lain, Oloan
juga tidak mengingkari kalau pada era kekinian masyarakat kerap skeptis
memandang pemerintah dan lembaga perwakilan rakyat. Berbagai perbuatan
baik dan perhatian cenderung disoroti dalam perspektif kepentingan
untung dan rugi semata. “Memang begitulah fakta yang terjadi di Republik
kita. Tapi tolong dicatat, tidak semua manuasia sama lho?.
Mencari musang di kandang ayam bukan berarti harus membakar kandangnya.
Jadi jangan digeneralisir semua pribadi orang sama. Ketulusan berbuat
dan berbaur dengan semua lapisan masyarakat miskin di tempat kumuh hingga
penyesuaian diri bersama orang-orang kaya sekalipun, adalah cermin
kepribadian yang diberi Tuhan semenjak saya dilahirkan,” ingat bapak
dari Stella Oktaviani (14), Primus Mayland (13), Petti Joice Chrisfield
(10) dan Zelta Ogrilica (4,5). Pembicaraan terhenti lagi. Tanpa diduga
gigi Oloan mendadak sakit setelah menuntaskan makan siangnya.
Masa Kecil dan Pendidikan
Ditempa dalam bimbingan sang bapak yang tukang kayu dan ibu petani,
Oloan menghabiskan masa kecil dan pendidikan di beberapa daerah
terpisah. Pendidikan formal dari Sekolah Dasar (SD) Inpres Pardomuan I
Pangururan diselesaikannya tahun 1982. Kemudian menamatkan studi dari
SMP Budi Mulia Pangururan pada tahun 1985. Sementara jenjang pendidikan
menengah atas dirampungkan Oloan dari SMA Budi Mulia Pematang Siantar
tahun 1988. Oloan ternyata tidak puas mengecap pendidikan sebatas
menengah atas. Pada tahun 1988, seusai menimba ilmu dari bangku SMA,
Oloan memutuskan hijrah ke Medan dan mendaftar ke pendidikan tinggi
Universitas Katolik (Unika) ST Thomas Medan. Predikat Sarjana Teknik
Sipil pun berhasil diraih Oloan tahun 1999. “Saya sudah aktif di organisasi
Pemuda Katolik saat masih kuliah. Dan sebelum mengikuti wisuda sarjana
S-1, saya telah menikahi bekas pacar bernama Maida Silalahi pada tanggal
3 Januari 1998,” kenangnya tersenyum, sembari menambahkan, sedari tahun
2011 sampai sekarang sedang menuntut ilmu lagi di program S-2 Ilmu
Antropologi Sosial Universitas Negeri Medan (Unimed).
Karir Legislatif di DPRD Kab Tobasa
Oloan menceritakan, perjalanan karir memasuki lembaga legislatif
bukanlah sesuatu yang pernah direncanakan sedari awal karena muncul
sendiri atas dorongan hati yang paling dalam. Pada tahun 1989 saat masih
kuliah dan aktif di organisasi Pemuda Katolik, katanya, ketertarikan
memasuki dunia politik dimulai dari bendera Partai Katolik Demokrat
(PKD). Menurut dia, ketertarikan tersebut ditindaklanjuti dengan
menjumpai dan memperkenalkan diri kepada Ketua PKD Kab Toba Samosir
(Tobasa), disela-sela pertemuan Nasional Pemuda Katolik yang digelar di
Medan tahun 1999. Merasa dapat sambutan hangat dari Ketua PKD Kab
Tobasa, selanjutnya Oloan mendaftar jadi Caleg PKD Kab Tobasa pada
tanggal 18 Maret 1999. “Saya wisuda sarjana tahun 1999. Sebelum wisuda
saya sudah mendaftar jadi Caleg. Artinya, pilihan ke PKD spontan saja
sebab saya memang aktivis Pemuda Katolik. Karena jumlah Parpol juga relatif
banyak waktu itu,” singkapnya. Setelah resmi menyandang status Caleg PKD
No urut 1 untuk duduk di DPRD Kab Tobasa, Oloan langsung melakukan
konsolidasi kepada masyarakat pemilih. Dia berjalan ke sana ke mari
hanya demi memperkenalkan diri dan merebut hati rakyat. Dia juga
bergerak kesana-sini menemui keluarga karena untuk meminta bantuan dana
kampanye. Singkat cerita, upaya Oloan akhirnya membuahkan hasil.
Sebanyak 8.000-an suara rakyat diperoleh PKD dari Pangururan Tobasa dan
memposisikan Oloan sebagai anggota DPRD Kab Tobasa masa bakti 1999-2004.
“Tanggal 27 Oktober 1999 saya resmi dilantik anggota DPRD Tobasa. Kalau
dihitung-hitung, biaya pribadi saya mulai daftar sampai pelantikan
mencapai Rp. 27 juta. Saya dipercaya menjabat Ketua Komisi D DPRD Tobasa
sejak tahun 1999-2003,” beber putra ke-6 dari 7 bersaudara.
Karir Legislatif di DPRD Kab Samosir
Pada tahun 2004 Oloan terpaksa memutar haluan. Dia berganti bendera partai politik sebab
KPU memutuskan PKD tidak lolos sebagai peserta Pemilu 2004. Walau berat
bagi Oloan karena sejak tahun 2002 sudah dipercaya memimpin PKD Sumut, toh fakta tersebut tidak mungkin diingkarinya. Politisi berpostur 161 Cm
dengan berat 68 Kg ini tetap semangat berjuang dan tidak kehilangan
akal. Tahun 2003 Oloan melirik bendera baru bernama Partai Persatuan
Daerah (PPD) dan langsung dipercaya memegang posisi Ketua PPD Tobasa.
Sejalan dengan itu, kondisi daerah pasca Pemilu juga mulai berproses panas
seiring dengan arus tuntutan otonomi daerah yang mengharuskan Kab
Samosir mekar pada awal tahun 2004. Oloan pun mematok target diri
sebagai Caleg PPD untuk DPRD Kab Samosir. Haluan yang diputar Oloan ternyata tidak sia-sia. Strategi yang dijalankannya bukan
pula isapan jempol belaka. Bendera PPD yang diusung berhasil meraih 3
kursi. Oloan pun duduk lagi sebagai anggota legislatif di DPRD Kab Samosir
periode 2004-2009 dengan jabatan Wakil Ketua selama 5 tahun masa bakti.
Karir Legislatif di DPRD Provinsi Sumut
Merasa belum puas berbakti pada 2 daerah kabupaten, selanjutnya Oloan
bertekad mengabdi ke daerah lain yang lebih luas. Dia membidik lagi
kursi legislatif di DPRD Provinsi Sumatera Utara dalam Pemilu Legislatif
tahun 2009. Daerah Pemilihan (Dapil) 8 yang meliputi; Kab Tobasa, Kab
Samosir, Kab Tapanuli Utara (Taput), Kab Humbang Hasundutan (Humbahas),
Kab Tapanuli Tengah (Tapteng) dan Kota Sibolga, akhirnya diputuskan
Oloan menjadi lumbung-lumbung strategis yang akan diperjuangkan. Dasar Oloan tetap saja Oloan, indah nama seiring peruntungannya..! Bukan apa-apa, langkah-langkah dan sepak terjang Oloan sepertinya
selalu didukung oleh nama besar yang melekat. Dalam artian, kalau orang
Batak saja mendefenisikan ‘Oloan’ sebagai ; yang diikuti, yang dicontoh atau
yang dipanuti, maka realita makna nama itu kembali terbukti ‘sakti’ bagi
rakyat 6 Dapil yang digarap saat Pemilu Caleg 2009. Rakyat di sana patuh
mengumpulkan suara untuk Oloan sehingga membuatnya resmi jadi anggota
DPRD Sumatera Utara peiode 2009-2014.
Kini, setelah 3
tahun duduk menjadi anggota DPRD Sumut, pada tahun ke-4 Oloan
dipercaya memegang jabatan strategis sebagai Ketua Komisi A DPRDSU
membidangi persoalan hukum/pemerintahan. Sebelumnya tahun ke-1 dan
ke-2 Oloan cuma anggota Komisi A dan tahun ke-3 sebagai anggota Komisi
C. Begitulah sekelumit cerita hidup Oloan Simbolon di blantika
legislatif. Kendati sukses dalam titian panjang kehidupan, sang Oloan
Simbolon tidak pernah suka membusungkan dada. Tetap saja bergaya
sederhana, rendah hati dan apa adanya. Jadi sangat masuk akal bila bekal
sikap-sikap tersebutlah yang sebenarnya membuat dia selalu mulus
mengarungi gelombang apapun dan kerap dipercaya memegang beberapa
jabatan
organisasi hingga saat ini. Diantaranya; Wakil Ketua KNPI Kab Tobasa
2001-2004, Ketua Pengcab IPSI Kab Tobasa 2002-2005, Ketua Pengcab IPSI
Kab Samosir 2005-2008, Ketua Harian KONI Kab Samosir 2005-2010,
Ketua Badan Pembina Olahraga Pelajar Indonesia (BAPOPSI) Kab Samosir
2006-2011, Ketua Panitia Lokal Pesta Bolon Simbolon se-dunia tahun 2007,
Ketua Pemuda Katolik Komda Sumut masa bakti 2007-2010 – 2010-2013,
Ketua Bidang Keanggotaan/Diklat DPP Pemuda Katolik Indonesia 2012-2015
dan Sekretaris Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Sumut periode
2012-2017.
Fokus Membina Pemuda/Masyarakat
Sebagai pejabat publik yang muara konsepsinya didominsi ‘justivikasi’
kebijakan institusi DPRD, aktualisasi peran Oloan tergolong sangat
strategis dalam kerangka pembinaan generasi muda maupun percepatan kesejahteraan masyarakat luas
di Sumut. Pengalaman organisasi dan status legislator yang
telah membingkai sejarah penting hiduppnya, dijadikan cermin
pembelajaran berharga agar tak boleh retak termakan zaman atau memudar
demi kepentingan
sesaat. Sabab logika kalimat itu jelas mengisyaratkan bahwa masyarakat
pada 6 daerah di Dapil Oloan, bahkan yang terpencar di 33 kab/kota
di Sumut, tentulah meletakkan harapan besar atas kemajuan pembangunan
dan peningkatan taraf hidup melalui gerak-gerik Oloan selaku wakil
rakyat di DPRD Sumut. Oloan menanggapi, fokus pembinaan mental generasi
muda yang tangguh dan pemberdayaan kesejahteraan rakyat masuk dalam
skala prioritas primer aktivitas. Baik melalui roda organisasi Pemuda
Katolik maupun sebagai anggota DPRD Sumut. Semua diprogram
berkesinambungan dan diistilahkannya menjadi tugas pokok fungsi melekat
setiap hari, dibarengi mobilitas pendampingan rakyat melarat ataupun
aparat/konglomerat yang tergolong hebat alias ‘wah’. “Saya selalu sangat
suka bila
bisa melayani atau berbuat yang berguna kepada pemuda dan masyarakat
luas. Dan saya juga selalu siap tidur di lantai atau hotel sekalipun
seandainya ada panggilan kegiatan pembinaan pemuda serta agenda
kesejahteraan
masyarakat. ‘Serep ni roha do mula ni hadengganon’. Rendah hati adalah
awal dari semua kebaikan,” yakin pecinta warna biru muda ini
menerjemahkan kalimat berbahasa Batak. Bila selama ini banyak orang
bertanya apa modal utama sukses dalam hidup khususnya meraih kursi
legislatif, maka pria yang berdomisili di Jalan Bunga Terompet No.10
Ngumban Surbakti Medan itu akan enteng menjawab ‘sikap rendah hati
sambil
berbuat kebaikan’. “Dalam bahasa Latin dikatakan ‘Pertransiit
Benefaciendo’. Kemudian tertulis juga pada nats teologi Alkitabiah Kisah
Para Rasul 10 : 38. Artinya berkeliling sambil berbuat baik. Kalimat
itu mengandung nilai spiritualitas tinggi, semangat mengabdi dan
panggilan hati. Sangat cocok dengan pribadi saya khususnya dalam
mengaktualisasikan peran jabatan publik yang melekat untuk membina
pemuda maupun mensejahterakan masyarakat
ke arah yang lebih baik,” cetus Oloan diplomatis.
Waktu untuk Keluarga dan Obsesi ke DPR RI
Lalu bagaimana Anda menyiasati waktu untuk keluarga dan apa obsesi kedepan yang belum terwujud ?
Pemakai sepatu bernomor 39 ini menilainya sangat sederhana. Bagi Oloan,
waktu untuk keluarga harus terus dimaksimalkan melalui kebersamaan
serta komunikasi yang baik. Selain jalan-jalan berwisata, kebiasaan
makan bersama di luar rumah disebutnya menjadi momentum strategis dalam
merekatkan ikatan kebersamaan. “Kami makan atau jalan-jalan saja kalau
ada waktu luang,” ungkapnya. Sedangkan menyangkut obsesi kedepan,
Oloan justru terlihat menarik helaan nafas panjang. “Obsesi saya hanya
mau melihat warga Sumut dan rakyat Indonesia ini puas dengan
pelayanan pemerintah dan sikap pemimpinnya,” singkap Oloan dengan nada
pelan. Pemakai celana nomor 32 tersebut melanjutkan, fakta empiris yang
berkembang menunjukkan tanda-tanda miris kalau masyarakat masih belum
merasa memiliki aparatur pemerintah, belum merasa punya pemimpin bahkan
belum merasa memiliki wakil di lembaga legislatif. Mindset skeptis seperti itu dipandang Oloan wajar terbentuk disebabkan
kepentingan pragmatis sistem pemerintahan, birokrasi feodal, perilaku
penguasa yang tidak adil, pengambil kebijakan yang kurang berpihak pada
kesejahteraan masyarakat, aparat negara yang korup serta pemimpin
daerah/anggota legislatif yang kerap terindikasi memperkaya diri. “Mindset skeptis rakyat terpupuk dalam kurun waktu yang panjang. Pemerintah,
pemimpin dan wakil rakyat dianggap melupakan penderitaan rakyat. Makanya
semua stake holder terkait dan para pemangku kepentingan di wilayah Sumut sampai Republik ini harus bertanggungjawab merubah mindset
tersebut. Perilaku pragmatisme wajib dihentikan supaya rakyat puas dan
merasa memiliki pemimpin, merasa memiliki pemerintah, merasa ikut
bertanggungjawab dalam pembangunan dan merasa memiliki wakil di lembaga
legislatif. Marilah kita buat rakyat puas dengan pelayanan atau melalui
sikap
empati/pengayoman seorang pemimpin. Itulah obsesi saya dalam hidup,”
tutup Oloan dengan mata
berkaca-kaca, sambil mengajak warga Sumatera Utara yang berdomisili di
Kota Medan, Kab Deli Serdang, Kab Serdang Bedagai dan Kota Tebing Tinggi
untuk mencoblos tanda gambar dirinya bernomor 4 sebagai calon
legislatif (Caleg) DPR RI 2014-2019 dari Partai Kebangkitan Bangsa
(PKB/Nomor 2) Daerah Pemilihan Sumut 1. “Saya mohon doa dan dukungan
masyarakat supaya bisa mengabdikan diri ke lembaga DPR RI melalui Pemilu
Legislatif tanggal 9 April 2014,” pintanya berpromosi, saat
dikonfirmasi ulang MartabeSumut, Jumat 12 Juli 2013. (Budiman Pardede/IKLAN PROFILE PARIWARA)
Keterangan Foto: 1. Oloan Simbolon (cover utama). 2. Oloan Simbolon
sedang memimpin rapat Komisi A di gedung DPRDSU. 3. Oloan Simbolon
bersama istri dan anak-anak. 4. Oloan Simbolon tertidur di bangku saat mengikuti satu kegiatan pemuda di Kab Samosir. (Foto 1 + 2 dokumentasi MartabeSumut, foto 3 + 4 dokumentasi keluarga)