Nih Komentar Perempuan Soal Ajang Miss World 2013 di Indonesia

Bagikan Berita :

MartabeSumut, Medan Ajang bertaraf internasional Miss World ke-63 (pemilihan ratu atau nona dunia-Red) yang dijadwalkan dilaksanakan di Jakarta, Jawa Barat dan Bali pada 8-28 September 2013, memunculkan prokontra dari berbagai elemen masyarakat. Ada yang menolak dan ada pula yang setuju. Sekadar eksploitasi tubuh atau eksplorasi kecerdasan diri perempuan? Untuk mengungkap sejauh mana penilaian kalangan perempuan, MartabeSumut pun menemui beberapa kaum hawa yang sehari-harinya beraktivitas di gedung DPRDSU, Kamis siang (5/9/2013). Rospita Pandiangan, SE, misalnya. Menurut Kasubag Pelayanan Masyarakat dan Aspirasi DPRDSU ini, dirinya setuju pelaksanaan Miss World sepanjang memperhatikan busana perempuan yang ditampilkan. “Saya setuju saja tapi jangan sampai menghilangkan norma dan etika publik. Yang paling penting adalah menghargai harkat martabat perempuan,” katanya. Menurut Rospita, tubuh perempuan yang tertutup pakaian membuktikan etika dan norma adat ketimuran bangsa. Artinya, lanjut dia, batasan keterbukaan harus dijaga dan dihormati sehingga tidak membuat perempuan rendah di mata dunia. Menghargai Norma Ketimuran Hal senada disampaikan Kasubag Informasi DPRDSU Nuraini, MSP. Menurut dia, kegiatan Miss World dapat disetujui tapi wajib menghargai norma-norma ketimuran. “Setuju saja, namun kita punya adat ketimuran yang perlu diperhatikan. Baik dalam busana maupun penampilan para pesertanya,” ingat Nuraini. Sementara itu, Elvi Sianipar, SP, salah satu staf Fraksi PDS DPRDSU, mengungkapkan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan secara berlebihan dari ajang pelaksanaan Miss World. Kalau niat mereka baik dan sudah mengakomodasi aspirasi berkembang, kata Elvi, semua masyarakat perlu melihat secara proporsional. “Pakaian jenis bikini sudah mereka setujui tidak dipertontontakan lagi. Mana mungkin Mabes Polri mengeluarkan izin bila agenda mereka melanggar aturan maupun norma-norma kesusilaan khususnya perempuan,” tegas Elvi, seraya mengimbau pihak-pihak tertentu terkait pentingnya menjaga sikap fanatik namun jangan justru jadi terkesan munafik karena memaksakan kehendak tanpa dasar. Sedangkan Dra Nunung, staf Humas DPRDSU, juga menegaskan setuju tapi tetap dengan sedikit catatan. “Saya kurang setuju bila busana-nya tidak benar, vulgar terbuka atau kurang wajar. Kalo sopan sih, ya oke-oke saja,” akunya tersenyum. (MS/BUD)

Bagikan Berita :

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here