www.MartabeSumut.com, Medan
Capres petahana Joko Widodo (Jokowi) memiliki track record kuat sehingga punya modal dasar maju kembali dalam Pilpres 17 April 2019. Sementara acungan jempol patut dialamatkan terhadap kehebatan semangat Capres Prabowo Subianto yang tampil lagi berkompetisi ke-2 kalinya.
Penilaian tersebut dilontarkan politisi senior Partai Golkar Ir Leo Nababan kepada www.MartabeSumut.com, Senin malam (13/8/2018). Dihubungi melalui saluran telepon, Leo meyakini, kekuatan track record Jokowi didasari fakta-fakta karakter dan integritas diri yang teruji. Leo membeberkan, dari memimpin Solo 2 periode, menjabat Gubernur DKI Jakarta hingga presiden kurun 4 tahun lebih, Jokowi tidak pernah tersandung kasus pidana, korupsi bahkan tuduhan publik atas suatu perkara. Setiap jadi pemimpin, kata Leo, Jokowi selalu fokus bekerja untuk rakyat. “Makanya Pak Jokowi sangat kuat sampai sekarang. Anak-anak dan keluarganya mandiri tanpa menyusahkan negara. Jelas sekali track record-nya kan ? Pak Habibie bilang, musuh Jokowi paling besar ya fitnah dan hoax. Saya tambahkan lagi, kesalahan Pak Jokowi selalu dicari-cari dengan isu politisasi agama dan kriminalisasi ulama,” sindir Leo.
Mantan Ketua Korwil DPP Partai Golkar ini melanjutkan, selama menjabat presiden, Jokowi nekad berhutang hanya demi pembangunan infrastruktur pemersatu wilayah Nusantara. Diantaranya jalan tol, jalan raya, pelabuhan, irigasi, rumah sakit serta berbagai fasilitas olahraga. Kemudian penetapan hari Santri nasional juga baru terjadi di era pemerintahan Jokowi. Leo percaya, kerja-kerja nyata Jokowi sudah dilirik internasional termasuk pemimpin besar dunia seperti Mahatir Mohamad dan Lee Kuan Yew. “Di belahan bumi manapun sangat susah cari pemimpin seperti Pak Jokowi. Kini beliau membuktikan tidak memusuhi ulama dengan menggandeng Pak KH Maruf Amin sebagai Wapres. Keduanya simbol umara-ulama yang cukup pas memimpin Indonesia 5 tahun kedepan,” yakin Leo. Kendati demikian, pria yang pernah dipercaya menjabat Plt Ketua DPD Partai Golkar Sumut itu memastikan, Pemilu 2019 patut dicermati serius karena momentum sejarah pertama Indonesia menggelar bersamaan Pemilu legislatif dan eksekutif. “Lihat lagi track record keseharian Pak Jokowi yang rendah hati, sederhana dan mau mengerjakan urusan pribadi di kelas-kelas ekonomi. Misalnya membuat SIM, KTP hingga kepekaan melihat nasib pengungsi korban gempa Lombok. Beliau duduk dan sholat bersama rakyat di tenda-tenda pengungsian,” ungkapnya.
Kompetitor Hebat
Menyinggung Capres Prabowo Subianto, mantan anggota MPR RI itu mengaku kurang paham selain karir militernya. Namun Leo mengagumi kehebatan semangat Prabowo yang kembali nyapres. “Setahu saya beliau gak pernah di pemerintahan. Jadi gak mungkin terlalu jauh menilai. Kalau track record di militer hampir semua rakyat Indonesia tahu sepak terjang mantan Danjen Kopassus ini. Keluarganya Nasionalis. Saya ucapkan selamat berjuang,” simpul Leo, sembari menambahkan, semangat nyapres Prabowo yang luar biasa adalah hak yang dijamin konstitusional. Terhadap figur Cawapres Sandiaga Uno, Leo mengungkapkan telah berteman dekat sejak 30 tahun silam. Bagi dia, Sandiaga Uno pernah bekerja dan memiliki saham di PT Saratoga/PT Adaro milik keluarga Soeryadjaya. “Semangat Sandi juga menyala-nyala. Saya haturkan selamat berjuang buat kawanku itu,” tutup Alumni Lemhanas tahun 2006 tersebut. (MS/BUD)