Istana Maimun Medan, Melongok Terowongan Misterius & Benda Pusaka di Sekeliling Raja

Bagikan Berita :

www.MartabeSumut.com, Medan

Kota Medan, ibu kota dari Provinsi Sumatera Utara, memiliki beberapa objek wisata yang sangat indah dan menarik dikunjungi. Selain tempat wisata non religi, ada juga yang bersifat religi. Untuk yang non religi, Anda bisa coba datang ke Merdeka Walk. Di sana pengunjung bisa bersantai menikmati suasana kota. Termasuk menikmati hiburan hingga beragam kuliner. Merdeka Walk buka setiap hari mulai pukul 11.00 WIB hingga tengah malam. Pada sisi lain, ada pula Museum Perjuangan yang terletak di Jalan Zainul Arifin Medan. Di museum tersebut terdapat benda bersejarah milik ABRI (nama dulunya) dan rakyat Sumatera Utara. 

Beberapa barang langka bisa ditemukan di Museum Perjuangan Medan. Diantaranya senjata, obat-obatan, hingga seragam perang yang digunakan saat perang kemerdekaan Indonesia melawan pemberontakan tahun 1958. Nah, sedangkan untuk wisata religi, Anda boleh berkunjung ke Masjid Raya Almaksum atau Masjid Raya Medan atau Istana Maimunyang terletak di Jalan Brigjen Katamso Kelurahan Sukaraja Medan Maimun Kota Medan.

Sejarah Berdirinya Istana Maimun

Sebelum Istana Maimun berdiri megah dan kokoh seperti sekarang, pada tahun 1632 Kesultanan Deli dipimpin oleh Tuanku Panglima Gotjah Pahlawan. Dimana Kesultanan berhasil mengalahkan Kerajaan Haru hingga menaklukkan wilayah Semenanjung Malaysia, Kamboja, Sumatera dan Kalimantan. Lalu, setelah menaklukkan wilayah itu, Tuanku Panglima Gotjah Pahlawan menikah dengan anak kejuran hitam penguasa daerah Gunung Klaud atau disebut Percut. Dari Istrinya ini Gotjah Pahlawan melahirkan seorang putra bernama Parunggit. Setelah menikah dan memiliki anak, Gotjah Pahlawan meluaskan wilayah Kesultanannya sampai ke daerah Kesawan (Kelurahan Kesawan Kecamatan Medan Barat) dan menjadikan Kesawan sebagai ibu Kota Kerajaan Sultan Deli. Posisi Raja Sultan ke-2 sepeninggalnya Gotjah Pahlawan dipercaya kepada Tuanku Panglima Parunggit. Dalam buku Hikayat dijelaskan, Parunggit menikah dengan Nang Baluan, anak Datuk Sunggal yang pada saat itu berkuasa atas wilayah Karo. Oleh sebab pernikahan itu, Tengku Parunggit mendapat gelar adat karo “Sembiring” yang mana seterusnya menjadi gelar adat bagi keturunan-keturunannya sampai sekarang. Kemudian, setelah berakhirnya usia Parunggit, Raja Sultan ke-3 dipercaya kepada Tuanku Panglima Padrap. Pada tahun 1698, Tuanku Padrap memindahkan Ibu Kota Kerajaan ke Pulo Brayan sebelum mangkat tahun 1728 (tentang raja/meninggal) dan dimakamkan di Pulo Brayan. 

Pada tahun yang sama (1728), Raja Deli ke-4 jatuh kepada Tuanku Panglima Pasutan. Berdasarkan kebijakan bersama, Pasutan memindahkan ibu kota kerajaan dari Pulo Brayan ke Labuhan Deli. Pasutan pun membentuk satu lembaga kerajaan yang dikenal dengan “Datuk Empat Suku” yang terbagi dalam empat daerah (Urung) diantaranya Urung XII Kuta (Sepuluh dua Kuta, Hamparan Perak), Urung Serbayaman (Sunggal), Urung Senembah (Patumbak dan Tanjung Morawa) dan Urung Sukapiring (Kampung Baru hingga sebagian Medan Kota). Kemudian Tuanku Panglima Pasutan Mangkat tahun 1761 dan diganti oleh Tuanku Panglima Gandar Wahid, yang menjadi Raja Sultan ke-5. Gandar Wahid meneruskan program “Datuk Empat Suku” dan keinginan rakyat ampai akhirnya wafat tahun 1805. Raja Sultan ke-6 yaitu Sultan Panglima Awaluddin Mangedar Alam, Raja Sultan ke-7 Sultan Osman Perkasa Alam, Raja Sultan ke-8 Sultan Mahmud Perkasa Alam, Raja Sultan ke-9 Sultan Mamoen Al Rasyid Perkasa Alam, Raja Sultan ke-10 Sultan Awaluddin Sani Perkasa Alam, Raja Sultan ke-11 Sultan Osman Al-Sani Perkasa Alam, Raja Sultan ke-12 Sultan Azmi Perkasa Alam, Raja Sultan ke-13 Sultan Otteman Mahmud Paderap Perkasa Alam dan terakhir yaitu Sultan Mahmud T Perkasa Alam. Raja Sultan ke-14 ini mulai menjabat tahun 2005 sampai sekarang (2019). Memang, Kesultanan Deli sudah ada sedari tahun 1632. Tetapi pada tahun itu Istana Maimun belum berdiri di Kecamatan Medan Maimun. Istana Maimun mulai didirikan berdasarkan gagasan Raja Sultan ke-9 Sultan Mamoen Al-Rasyid Perkasa Alam atau tepatnya pada 26 Agustus tahun 1888.

Bangunan Istana Maimun Ber-arsitektur Tentara Hindia Belanda


Pembangunan Istana Maimun pastinya sangat diharapkan rakyat pada masa itu. Sebab bertujuan mempermuda komunikasi dan menjadi tempat tinggal seluruh sanak keluarga kerajaan. Istana Maimun nampak terlihat unik dengan perpaduan beberapa unsur kebudayaan Melayu bergaya Islam (Timur Tengah), Spanyol, India dan Italia. Semasa memimpin, Sultan Deli ke-9 ini menjadikan Tentara Hindia Belanda bernama Thedore Van Erp sebagai arsitekturnya. Bukan hanya bangunan, singgasana kerajaan juga didesain hingga terlihat mewah dengan warna kuning.

Benda Pusaka Sekeliling Raja Sultan

Setiap Raja Sultan tidak terlepas dengan benda pusaka di sekelingnya. Benda Pusaka dianggap penting mendampingi para raja. Hingga kini, benda pusaka yang dipakai untuk berperang dahulu masih tersimpan di Istana Maimun. Benda Pusaka dimaksud antara lain: Tombak, Keris dan sebagainya. Benda Pusaka yang selalu mendampingi Raja Sultan diantaranya Tepak Siri, yang masing-masing memiliki makna sejarah. Selain itu, ada pula piring makan Kesultanan atau Kerajaan, alat musik untuk menghibur para tamu serta tempat duduk singgasana kerjaan. Sampai saat ini masih terlihat mewah dan kokoh terawat di Istana Maimun. 

Ada Lubang Misterius di Istana Maimun

Dari berbagai kisah tentang Istana Maimun yang berdiri pada tahun 1888, terdapat juga kisah terpendam tergolong misterius. Salah satunya adalah lubang cukup dalam atau terowongan yang terletak di bagian bawah bangunan Istana Maimun. Dulunya, beredar kabar bahwa terowongan bawah tanah itu diperuntukkan bagi tahanan atau pelaku kejahatan. Terutama pelaku kejahatan yang mencoba masuk sembarangan ke Istana atau bisa disebut sebagai penyusup. Teka-teki terowongan bawah tanah di Istana Maimun ini belum terungkap sampai sekarang. Baik seberapa dalam lubangnya dan sejauh mana lubang tersebut. Bahkan saat ini lubang itu telah ditutup karena dianggap menjadi suatu misteri yang sulit diungkap. 

Sediakan Sewa Pakaian Adat dan Live Musik Melayu


Rupanya, selain banyak tersimpan benda-benda bersejarah milik Raja Sultan, di Istana Maimun juga tersedia perlengkapan pakaian adat dan selalu menampilkan Live Musik Melayu setiap hari. Bukan itu saja, ada juga penjualan souvenir khas Kota Medan. Hal tersebut dibenarkan oleh Tengku Muhammad Dicky selaku Kepala Bidang SDM Yayasan Sultan Mamoen Al-Rasyid Perkasa Alamsyah ketika ditemui, Kamis (14/2/2019). Menurut data yang dimiliki Dicky, para pengunjung Istana Maimun setiap hari selalu ramai. Namun pengunjung akan meningkat/padat pada awal bulan. Tiket masuk ke Istana Maimun juga relatif murah Rp 5.000 bagi umum dan Rp 3.000 untuk pelajar. “Disini (Istana Maimun) para pengunjung bisa melihat benda bersejarah, kisah sejarah Raja Sultan Istana Maimun dan Live Musik Melayu. Kita buka setiap hari pukul 13.30 WIB sampai 15.00 WIB. Kami menyewakan pakaian adat Melayu serta penjualan asesoris,” terang Tengku Dicky. (MS/REZA PAHLEVI)

Bagikan Berita :

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here