Gaya Pedagang di Medan Saat Ramadhan, Ada yang “Bulu”, Tak Sedikit Pula yang “Bubar”

Bagikan Berita :

MartabeSumut, Medan

Gaya para pedagang di Kota Medan saat bulan puasa Ramadhan memang tergolong unik. Ketika berjualan di kawasan publik atau emperan jalan, sebagian besar mereka menyulap gerobak memakai tenda, spanduk bekas dan terpal dengan konsep “bulu” alias buka malu-malu. Sementara tidak sedikit pula pedagang yang membuka lebar (bubar) warungnya tanpa rasa sungkan sedikitpun.

Pantauan MartabeSumut di kawasan publik seperti bundaran Stadion Teladan Medan, Kamis (3/7/2014), puluhan pedagang yang berjualan masing-masing membawa gayanya. Suyatno (35), misalnya. Pedagang

es kelapa dan gorengan ini sengaja menata gerobaknya dengan konsep “bulu” karena menghormati publik khususnya umat Islam yang berpuasa. “Ya kita tutup pakai spanduk atau terpal bang. Segan dan gak enak dilihat orang yang berpuasa,” kata Suyatno. Hal senada disampaikan Hendro (45), penjual mie sop, bakso dan mie ayam keliling. Bagi Hendro, gerobak dan tempat makan kecil yang ada selalu didisain tertutup untuk menghormati orang lain yang berpuasa. “Saya selalu tutup dengan kain walau dari luar terlihat malu-malu juga sih. Tapi mau gimana lagi bang, namanya saya cari makan,” cetus Hendro.

Berbeda dengan Suyatno dan Hendro, Wati (31), penjual es kelapa, es buah dan makanan kecil, itu justru membuka lebar-lebar warungnya yang bertengger di pinggir ruas jalan. Wati tidak menutup sedikitpun warung buatannya namun membiarkan kursi dan meja pelastik tersusun rapi untuk para pengunjung. Saat dikonfirmasi situasi warung “bubar” miliknya bisa mengganggu warga lain yang berpuasa, Wati memang terlihat tersentak. Tapi dia memastikan, tidak ada niat mengganggu puasa orang lain. “Saya juga Muslim dan puasa kok bang. Saya jualan cari makan untuk anak-anak dan bantu suami. Dagangan saya untuk umat agama lain atau masyarakat yang tidak berpuasa,” cetusnya. Menurut warga Simpang Limun Medan ini, warung dagangan buka malu-malu atau buka lebar-lebar sebenarnya tidak menjadi masalah sepanjang dijalankan secara baik. Wati memastikan, menghormati orang yang berpuasa adalah suatu kepatutan. Namun kalau seorang Muslim ikhlas menunaikan ibadah puasa, lanjutnya, melihat warung terbuka lebar-lebar atau buka malu-malu bukanlah suatu alasan untuk menuding pedagang apalagi membatalkan puasa. (MS/GREVIN)

Bagikan Berita :

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here