Soal Tuntutan Warga Palas yang Mogok Makan, DPRDSU Panggil PT SSL/PT SRL Akhir Juni

Bagikan Berita :

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara (DPRDSU) akhirnya mengagendakan pemanggilan manajemen PT Sumatera Riang Lestari (SRL) dan PT Sumatera Silva Lestari (SSL) pada akhir Juni 2012. Tujuannya untuk membahas sengketa lahan antara 300-an anggota Kelompok Tani Torang Jaya Mandiri (KTTJM) Desa Tobing Tinggi, Kec Aek Nabara Barumun, Kab Padang Lawas (Palas) dengan PT SSL/PT SRL, yang berujung pada aksi mogok makan 11 orang petani di depan gedung DPRDSU.

Wakil Ketua DPRDSU Chaidir Ritonga, yang dikonfirmasi MartabeSumut di gedung Dewan, Jumat siang (8/6), membenarkan pihaknya telah mengagendakan pemanggilan tersebut. “Ya, Badan Musyawarah (Bamus) DPRDSU sedang mengatur waktu tepat di bulan Juni ini juga. Kita mau dengar dari warga dan perusahaan apa sebenarnya yang terjadi di lahan sengketa itu,” ujar Chaidir. Sebagai wakil rakyat yang juga dari daerah asal pemilihan Palas, Chaidir mengaku miris menyaksikan petani yang mogok makan. Dia oun mengaku telah menelepon Kapoldasu untuk mempertanyakan proses dan penyebab penahanan petani bernama Sinur Situmorang di Polres Tapsel.

Menurut politisi Partai Golkar itu, selama ini dirinya kurang simpati mengetahui operasional PT SSL/SRL yang memiliki konsesi Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan Hutan Tanaman Industri (HTI) di Palas. Pasalnya, lanjut Chaidir, truk dan tronton yang membawa kayu kerap merusak jalan kabupaten, jalan provinsi dan jalan nasional. “Cuma saya terkejut juga mendapat informasi dari Kapolres Tapsel kalau konsesi HPH mereka berlaku selama 100 tahun. Seharusnya mogok makan petani Palas tidak terjadi di Medan bila perusahaan mengakomodir secara bijak aspirasi berkembang,” sesalnya.

Alat Negara Dipakai untuk Kriminalisasi Petani

Lalu, bagaimana pendapat Anda soal ‘budaya busuk’ investor/BUMN/BUMD yang cenderung mengedepankan kekerasan, intimidasi atau kriminalisasi petani/warga dengan melibatkan alat negara serta Pamswakarsa? Chaidir terlihat tersentak dan terkesan enggan mengomentari. Ketika didesak lagi dan disampaikan fakta empiris kekerasan yang akhir-akhir ini marak terjadi di penjuru Sumut, Chaidir mengatakan bahwa polisi pasti punya pertimbangan. Baginya, hal itu tidak boleh terjadi bila perusahaan bijak mengakomodir persoalan. “Ya janganlah ada kekerasan. Pokoknya pemanggilan manajemen perusahaan sudah diagendakan Bamus,” tutupnya.

Satu Petani Pingsan

 

Seperti diberitakan MartabeSumut, Kamis dan Jumat (7-8/6-2012), dari 11 petani asal Padang Lawas (Palas) yang mogok makan di depan gedung DPRDSU, 1 orang petani bernama Lindani Nainggolan (37) pingsan dan dilarikan ke Rumah Sakit Malahayati Medan pada Kamis (7/6) sekira pukul 12.00 WIB. Kepada Simantab di lokasi aksi, Uci, dari Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) yang tampak mendampingi 11 petani mogok makan, mengatakan, Lindani tiba-tiba tak sadarkan diri setelah sebelumnya terlihat pucat pasi. “Benar bang, dia tiba-tiba pingsan. Kami langsung membawanya ke Rumah Sakit Malahayati. Dokter bilang kondisi fisik korban sangat lemah, kurang cairan dan harus dirawat inap (opname),”
beber Uci.

Menurut dia, pihaknya di SMI Sumut bersama puluhan organisasi mahasiswa dan komponen masyarakat Sumut lainnya telah menyatakan sikap solidaritas untuk mendukung aksi Kelompok Tani Torang Jaya Mandiri (KTTJM) Desa Tobing Tinggi, Kec Aek Nabara Barumun, Kab Palas, yang menuntut hak atas penguasaan lahan. Upaya itu dikatakan Uci telah dilakukan melalui penggalangan dana di tempat umum seperti Jalan Imam Bonjol Medan depan gedung DPRDSU. “Rekan-rekan kami di kampus UMSU sudah membuka kotak sumbangan. Uangnya nanti akan kami pakai untuk biaya berobat korban yang sakit atau untuk keperluan para petani selama beraksi di Medan,” akunya, sebari menambahkan bahwa saat Lindani dirawat, 1 petani lain langsung menjadi sukarelawan mogok makan sehingga jumlahnya tetap 11 orang.

Mogok Makan Sejak 6 Juni 

Awalnya, sebanyak 25 orang warga yang terhimpun dalam KTTJM Desa Tobing Tinggi, Kec Aek Nabara Barumun, Kab Palas, mendatangi gedung DPRDSU, Rabu (6/6) pukul 10.50 WIB. Kehadiran mereka ke Medan bertujuan meminta anggota DPRDSU dan Pemprovsu membantu persoalan petani KTTJM terkait penyerobotan lahan yang disebut-sebut dilakukan PT SRL dan PT SSL. “PT SRL dan PT SSL telah menyerobot lahan petani, merusak tanaman warga, mengintimidasi petani yang mengusahakan lahan serta menangkap anggota KTTJM Sinur Situmorang pada tanggal 27 Mei 2012. Kami minta bantuan anggota Dewan dan Pemprovsu,” cetus Sugianto dalam orasinya, salah satu pengunjukrasa.

 

Tetap Bertahan

 

Dia membeberkan, petani akan tetap bertahan di gedung DPRDSU bila penyerobotan lahan petani yang dilakukan PT SSL dan PT SRL tetap dibiarkan. “Kami semua yang 25 orang sudah sejak 3 hari lalu datang ke Medan. Kami siap menerima risiko apapun di sini. Kami akan berkemah di depan rumah rakyat ini dan sebanyak 11 orang sudah siap mogok makan,” seru Sugianto. Sejak datang ke Medan, massa yang diterima anggota Komisi B DPRDSU M Faisal, langsung mendirikan tenda berwarna biru di depan pagar gedung DPRDSU. Sebanyak 7 laki-laki dan 4 perempuan terlihat duduk diam di bawah tenda dengan kondisi mulut dilakban. Satu spanduk besar menyatakan aksi mogok makan pun dibentangkan pengunjukrasa. Koordinator aksi, T Simatupang, yang dijumpai MartabeSumut di tenda mogok makan, mengatakan, ke-11 warga Padanglawas yang duduk ditenda dengan mulut dilakban adalah orang-orang yang secara sukarela menyiapkan diri untuk aksi mogok makan.

Bagikan Berita :

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here