Pakar Lingkungan Ir Jaya Arjuna, MSc: Penyebab Banjir di Sumut Ada 3

Bagikan Berita :

Penyebab banjir pada beberapa kab/kota di Sumut sudah sangat kompleks. Mulai dari perubahan iklim ekstrim dengan curah hujan tinggi, kerusakan ekosistem lingkungan hingga lemahnya kesiapan infrastruktur dari hulu, tengah sampai hilir. Banjir semakin sulit tertanggulangi tatkala infrastruktur semisal drainase tidak berfungsi dan minus kawasan daerah resapan air.

 

Analisis tersebut disampaikan Pakar Lingkungan Universitas Sumatera Utara (USU) Ir Jaya Arjuna, MSc, kepada MartabeSumut, Senin sore (5/11). Menurut Jaya, kompleksnya masalah yang muncul saat ini semata-mata terjadi akibat rendahnya kepedulian pemerintah dalam menyelesaikan akar persoalan semenjak dini. Jaya memastikan, bila curah hujan tinggi terjadi di hulu dan tengah sementara daya dukung lingkungan seperti hutan telah rusak, maka akan berdampak banjir kiriman ke hilir. Artinya, lanjut dia, banjir kiriman yang datang sebenarnya bisa saja ditangkal bila pemerintah daerah di hilir telah mempersiapkan kawasan resapan air yang baik. “Penyebab banjir di Sumut ya yang 3 tadi itu. Sungai meluap karena hutan gundul, curah hujan tinggi dan drainase tidak berfungsi. Belum lagi masyarakat yang suka membuang sampah sembarangan di got atau parit. Ya kalau sekarang ini curah hujan tinggi, jangan terkejut bila banjir melanda,” ujar Jaya.

 

Bagi Jaya, jalan keluar menghadapi musibah banjir di Sumut cuma ada 2. Pertama, pemerintah dan masyarakat harus pandai-pandai beradaptasi dengan kekinian alam/lingkungan supaya dampaknya tidak membuat kualitas hidup jadi rendah. Kedua, pemerintah jangan lagi bersikap seperti pemadam kebakaran yang menunggu musibah banjir terjadi sewaktu-waktu. Melainkan serius membangun infrastruktur yang tangguh dalam mengatur resapan air di hulu, tengah sampai hilir. Jaya pun mencontohkan banjir yang selalu terjadi di Medan (hilir) karena bersumber dari air kiriman daerah kab/kota lain (hulu/tengah). “Saya sudah capek memberi masukan ke Walikota Medan kita itu. Medan ini drainasenya sangat lemah dan harus dikuatkan. Tapi sampai sekarang kerja Pemko Medan cuma pandai menghabiskan anggaran untuk mengorek parit. Apa artinya parit dikorek kalau saluran atau tempat aliran yang representatif justru berantakan,” sindir Jaya dengan nada tinggi.

Banjir Rendam Ribuan Rumah di Sumut

 

Seperti diketahui, curah hujan tinggi sejak Minggu sore (4/11), mengakibatkan ribuan rumah di Kab Serdang Bedagai (Sergai) dan Kab Deli Serdang Sumatera Utara porakporanda ‘diterjang’ banjir. Air Sungai Rampah dan Sungai Belutu meluap ke permukiman warga dengan ketinggian mencapai 1,5 Meter. Melalui siaran persnya, Senin (5/11), Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo, mengatakan, banjir yang terjadi di Kab Sergai merendam sekira 1.842 rumah warga. Kendati menegaskan belum ada korban jiwa hingga saat ini, toh Sutopo membeberkan kalau musibah banjir menimpa warga desa di Kecamatan Perbaungan, Kecamatan Bamban dan beberapa desa di Kecamatan Dolok Masihul.

Banjir juga dilaporkan terjadi di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Puluhan rumah terendam air akibat meluapnya Sungai Rantopuran dan Sungai Batang Angkola. Sementara ribuan rumah di kabupaten Deli Serdang juga masih terendam air. Data lain dihimpun menyebutkan, di kabupaten Deli Serdang diperkirakan 1.200 rumah terendam akibat meluapnya sungai Batu Gingging, Sungai Kuala Namu dan Sungai Ular. Ketinggian air mencapai 3 Meter. Banjir terparah terjadi di kelurahan Syahmad Lubuk Pakam.

Bagikan Berita :

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here